Mohon tunggu...
Zulaikha
Zulaikha Mohon Tunggu... Selesaikan Pendidikan strata satu dalam 4 tahunn

Hobi saya adalah menulis, membaca dan mendengarkan musik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hari Gawat

8 Juli 2018   14:23 Diperbarui: 8 Juli 2018   14:28 463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namun, waktu aku masuk aku tidak ingin berpikir terlalu keras dan membiarkan orang yang waras yang mikir, bagaimana cara menolongku dari rasa sakit yang sudah tiada terasa kata orang saking dalamnya luka yang diderita. Karena aku enggan mikir aku tidak masalah mereka memintaku untuk bagaimana, yang penting aku sembuh dan tidak menyusahkan orang lama-lama. Bisa strees aku karenanya.

Setelah aku berada di sebuah kamar IGD aku mulai diperiksa dan diberi obat serta perawatan layaknya mengobati bocah umur belasan tahun. Mereka menanyaiku dimana sekolahnya, kenapa aku bisa dapat luka itu,terus siapa yang bakal dikabari duluan. Mungkin pacar, tetapi malangnya aku tidak punya selain laptop dan hp. Bagiku merekalah pacarku, bukan tetangga atau teman, bahkan teman yang ada di dalam handphone atau laptop juga bukan pacarku. Lagipula mereka itu ada di kampus. laptop, Handphone milikku tidak aku bawa baik sebelum masuk IGD ataupun sudah.

Jujur setelah diobati aku ingin segera pulang ke kampus bukan rumah. Karena aku takut kena marah ayah atau ibu lantaran terkejut dengan keadaanku yang sangat buruk ini..  Lagipula, aku tak mau kehilangan nilai kehadiran untuk dua kuliah yang tersisa. Namun bukan itu kehawatiranku yang paling utama, tetapi bagaimana jika ada orang yang mengabarkan hal ini kepada ayah atau ibu dan sehingga terburu waktu untuk segera pulang dari luar kota. Tetapi, semua rencana dan kekhawatiranku tidak terjadi.

Bukan masalah jika aku melakukan kesalahan, namun, aku tiada sanggup jika kesalahanku ini membawa masalah bagi yang lain, Namun, aku tidak bisa mencegah kenyataan bahwa apa yang salah padaku membuat mereka menjadikanku  obyek perhatian dan juga masalah.

 Hingga mereka rela dengan sangat rela membuang uang di rumah sakit, meskipun ada ansuransi karena takut lapor polisi lantaran temanku tak membawa SIM dan STNK Lebih menjengkelkan lagi, bila motor dikerek ke kantor polisi. Inilah yang paling ditakukan temanku,  karena dia tak bisa membawa pulang motor untuk seumur hidupnya, jika polisi menggunakan kendaraan roda dua miliknya sebagai bahan pemeriksaan.

Membuang uang dan tenaga mereka untuk merawatku dan memenuhi keinginanku. Beberapa bahkan membuang-buang suara mereka untuk menanyaiku sebab bagaimana dapat perban di dagu dan ada dari beberapa manusia yang tanpa diminta jadi penasihat dadakan yang sok tahu.
Jujur padamu, aku tak ingin menyusahkan dan menjadi obyek perhatian seperti ini Luka ini, tidak sebanding dengan rasa bersalah karena membuat orang menjadi merasa iba dan terseret dalam lelah dan masalah karena memenuhi keinginanku. 

Bahkan ibuku tidak marah, ketika temanku datang mengabarkan kecelakaan yang menimpaku. Bukannya dari dulu begitu, setiap kali aku terluka secara fisik mereka langsung teriak dan panik. 

Tetapi, jika aku luka batin lantaran mereka mempertanyakan usaha dan kesungguhanku dalam bertindak, karena tak sesuai harapan, mereka langsung naik pitam dan menganggap akulah yang salah lantaran malas. Itulah manusia, mereka tak pernah memahami sesuatu jika hanya memperhatikan orang lain ketika dia terluka fisiknya bukan batinnya.

Pandangan temanku yang jatuh bersamaku tentang kecelakaan itu. Kecelakaan terjadi lantaran hari itu adalah hari meninggalnya ibunya dan dia tak ingat sehingga dia akhirnya mengalami petaka. 

Itulah orang Indonesia kadang tingkahnya tak jelas. Jadi orang Islam masih percaya jika yang sudah dikubur masih harus dimintai restu. Inilah apabila sesuatu sudah jadi keyakinan, sehingga semuanya terlihat jadi nyata.

Tetapi untuk diriku kecelakaan ini adalah sebuah pengalaman seru tak terduga .

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun