Setiap pemimpin di negeri sembilan naga ini pasti punya cara terlihat bersih tangan dan mukanya. Bukan hanya pemimpin negara bahkan sampai ke pemerintahan desa juga punya caranya sendiri, meskipun kurang lebih hampir sama.
Pak Kastono, kepala desaku yang kini hampir habis masa periode pertamanya. Sejak selalu diajari oleh pemimpin tertinggi negeri sembilan itu bahwa memoles dan cuci tangan setelah melakukan kesalahan itu penting dilakukan untuk menjaga nama. Kastono sering melihat akrobat yang dipertontonkan secara terbuka di stasiun TV yang ia nikmati di kantor desa.
"Begitu ciamik memang silatnya" gumam kastono melihat jurus pemimpin negri sembilan
"Wah dahsyat betul, yang kanan menangkis, sementara tangan kirinya menyebar ranjau" kastono melanjutkan gumamnya
Selesai menyaksikan pertunjukan akrobat silat, Kastono menatap jauh ke pelataran kantor desa. Sambil krepal krepul menyesap kretek djarum coklat kesukannya. Pak Kastono sadar kalau sebentar lagi jabatan sebagai kepala desa akan berakhir dalam satu tahun kedepan. Dalam benaknya ada rasa khawatir jika dalam kepemimpinannya selama ini akan dipermasalahkan warga.
Memang betul  empat tahun memimpin.tidak ada warga yang protes secara terbuka. Tapi rasa khawatir itu semakin nyata ketika Pak Kastono teringat dengan jalanan didukuh sunen. Dukuh sunen ini dukuh yang terletak lima kilo meter dari kantor desa. Sepanjang jalan dukuh sunen banyak yang berlubang. Sampai empat tahun memimpin, jalanan dukuh sunen memang belum ada perbaikan, padahal dalam janji - janjinya dulu ia akan segera memperbaiki dengan dana desa.
Pak Kastono pernah mendengar tentang keluhan warga dukuh sunen. Misalnya Sukardi, sopir angkot, warga dukuh sunen yang kebetulan masih saudara dengan Pak Kastono. Setiap kali Sukardi berkunjung ke tempat Pak Kastono ia menyampaikan keluhannya.
"Pak Kapan jalan dukuh sunen diperbaiki"
"Sebagai Kepala Desa Saya sudah lapor Ke Pusat kang, sabar dulu. Lagi pula negara kita sedang menghadapi hajat besar" jawab Pak Kastono santai
"Warga sudah menamai jalan itu sebagai jeglongan sewu lho Pak, apa ndak malu dengan Jabatan Bapak" jelas sukardi
Mendengar istilah jeglongan sewu, Pak Kastono tetap nampak santai namun mukanya berubah merah jambu.