Mohon tunggu...
Zuhaira Fajarna
Zuhaira Fajarna Mohon Tunggu... Psikolog - 22 Tahun, Mahasiswa

Mahasiswa psikologi Unsyiah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Melihat Kepuasan Pernikahan Pada Individu yang Menikah di Usia Muda

15 Juni 2021   00:36 Diperbarui: 15 Juni 2021   01:19 1278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Source: https://id.pinterest.com/pin/813955332641338857/

Kepuasan dalam pernikahan penting untuk dimiliki kedua belah pihak pasangan yang menikah. Kepuasan menikah bisa menentukan keberhasilan pernikahan dan menghindari perceraian. Pendapat ini didukung oleh banyak penelitian yang telah dilakukan terkait kepuasan menikah. Seperti pendapat dari Ardhianita dan Andayani (2005) dalam Marni (2018) yang mengatakan bahwa kegagalan pernikahan datang ketika satu atau lebih anggota keluarga merasa tidak puas. Hambatan pemenuhan kebutuhan satu atau lebih anggota keluarga akan menimbulkan ketidakpuasan. Begitu pula pendapat yang datang dari Olson & Fowers (1993) yang menyatakan bahwa kepuasan pernikahan menjadi prediktor terbaik apakah suatu rumah tangga akan bertahan atau tidak.

Untuk mencapai kepuasan pernikahan tersebut, dibutuhkan kematangan individu baik secara usia, fisik maupun aspek psikologis. Menurut Heaton (Dalam Alder, 2010) kemungkinan pernikahan berakhir dengan perceraian akan lebih rendah apabila pasangan menikah sudah memiliki usia yang lebih matang. Fina (2014) juga mengatakan bahwa Menikah muda dianggap berpengaruh pada kepuasan pernikahan yang rendah, yang rentan akan konflik hingga berujung pada perpisahan. Sehingga berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melihat bagaimana dinamika dan tingkat kepuasan pernikahan yang dimiliki oleh individu-individu yang menikah pada usia muda dan melakukan penelitian kecil berupa wawancara dengan beberapa subjek yang menikah di usia muda.

Untuk melihat dan mengukur kepuasan pernikahan, dapat dilihat dari aspek-aspek kepuasan pernikahan itu sendiri. Olson dan Fowers (1989), mengemukakan beberapa aspek mencapai kepuasan pernikahan, yaitu:

1. Komunikasi (Communication)

Source: https://id.pinterest.com/pin/813955332641315132/
Source: https://id.pinterest.com/pin/813955332641315132/

Kepuasan pernikahan dapat dilihat dari segi bagaimana perasaan dan sikap individu terhadap komunikasi dengan pasangannya. Aspek ini berfokus pada tingkat kenyamanan yang dirasakan oleh pasangan dalam membagi dan menerima informasi emosional dan kognitif.


2. Aktivitas Bersama (Leisure Activity)

Source: https://id.pinterest.com/pin/813955332632661142/
Source: https://id.pinterest.com/pin/813955332632661142/

Aspek ini mengukur dan melihat bagaimana individu/pasangan memilih kegiatan untuk menghabiskan waktu senggang. Apakah terdapat pilihan untuk saling berbagi antar individu dan terdapat harapan dalam menghabiskan waktu senggang bersama dengan pasangan atau tidak.

3. Orientasi Keagamaan (Religius Orientation)

Source: https://id.pinterest.com/pin/813955332655199500/
Source: https://id.pinterest.com/pin/813955332655199500/

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun