Hedonisme berasal dari bahasa Yunani yaitu hedone yang berarti kesenangan. Hedonisme adalah pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan adalah tujuan utama (Moeliono, 1988). Pola hidup hedonisme ini dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Hedonisme tidak hanya menyerang orang dewasa yang sudah bekerja, tetapi dapat terjadi di kalangan anak remaja hingga orang tua.
Di era globalisasi yang membawa perubahan, nilai-nilai budaya mulai berubah dalam cara berfikir oleh ramaja saat ini. Perubahan yang terjadi sangat cepat menyebabkan perubahan perilaku dan gaya hidup remaja. Dalam perkembangan saat ini, hedonisme sudah banyak dianut oleh mahasiswa di Indonesia.
Gaya hidup yang dijalani para mahasiswa ini cenderung glamor, suka menghabiskan uang, dan hanya menghabiskan waktu untuk bersenang-senang. Hal ini dapat kita amati dari kecenderungan perilaku mahasiswa yang mengarah pada gaya hidup hedonisme, mereka sering menghabiskan waktu untuk mengunjungi pusat perbelanjaan, kafe, belanja online, dan lainnya untuk mencari kesenangan dengan beralih untuk menghilangkan penat. Masalah inilah yang banyak terjadi pada mahasiswa saat ini, dengan gaya hidup hedonis yang menganggap kepuasan materi menjadi tujuan utamanya. Gaya hidup hedonisme adalah suatu dorongan individu untuk berperilaku dengan memegang prinsip kesenangan (Benthem dalam Faqih, 2003).
Dalam teori sosiologi yang dikemukakan oleh Emil Durkheim mengenai peran lingkungan dalam pembentukan sikap sosial seseorang, yang artinya dalam dunia perkuliahan juga ikut andil dalam pembentukan gaya hidup hedonisme mahasiswa.
Saat ini, mahasiswa sangat antutias dengan hal-hal baru, maka dari itu gaya hidup hedonisme ini dianggap menarik, mengingat gaya hidup hedonisme memiliki daya tarik yang besar terhadap kehidupan mahasiswa (Trimartati,2014).  Sudah banyak mahasiswa yang terjebak dalam gaya hidup hedonis karena salah memilih lingkup pertemanan. Bagi remaja, gaya hidup hedonisme merupakan hal utama yang harus dipenuhi, mereka sangat senang mengikuti perkembangan trend yang ada. Salah satu contohnya gaya hidup remaja yang mengikuti trend saat ini seperti memakai fashion yang berbagai macam model terbaru agar dapat mengetahui perkembangan mode, yang umumnya memiliki penampilan yang modis, trendy dan sangat memperhatikan penampilan.
Hedonisme dapat berakhir positif tetapi dapat berakhir negatif juga pada kehidupan seseorang yang menganut pandangan hedonisme maupun kepada lingkungan sekitar. Hedonisme tidak terjadi karena inisiatif orang tersebut, tetapi karena ada faktor-faktor atau alasan yang mempengaruhi orang tersebut hingga akhirnya memiliki gaya hidup hedonisme.
Saat ini sudah banyak sekali aplikasi pada media social yang menjual ataupun mengiklankan barang-barang untuk meracuni maupun membuat para remaja tergoda untuk membeli barang tersebut. Salah satunya seperti pada aplikasi TikTok, sekarang banyak sekali mereka yang menjual outfit, tas-tas yang keren maupun aesthetic, dan masih banyak lagi barang-barang lucu yang mereka jual disana. Sekarang ada saja yang tergoda untuk langsung membeli hanya karena bagus dan lucu walaupun ia tidak membutuhkan nya. Hal ini bukan masuk kedalam hedonisme saja, tetapi dapat disebut juga sebagai FOMO "Fear of Missing Out".
FOMO "Fear of Missing Out" adalah rasa takut untuk tertinggal dengan segala hal. Hal ini terjadi bukan hanya takut ketika tidak mengikuti trend yang sedang booming, tetapi terjadi juga dalam hal membeli barang. Orang tersebut akan rela menghabiskan uangnya untuk hal-hal yang tidak penting. Maka dari itu ia akan merasa takut jika akan dinilai orang lain bahwa ia ketinggalan zaman apabila tidak mengikuti trend masa kini dan tidak membeli barang tersebut.Â
Gaya hidup hedonisme dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam diri individu (internal) dan faktor dari luar diri sendiri (eksternal) Kotler (1993). Faktor Internal terjadi dari dalam diri individu yang didasari pada keyakinan diri sendiri untuk bergaya hidup sesuai dengan keinginannya. Faktor eksternal yaitu muncul dari luar diri individu yang dipengaruhi oleh kelompok referensi. Kelompok referensi ialah kelompok yang memberikan pengaruh secara langsung ataupun tidak langsung terhadap perilaku dan sikap seseorang. Pada faktor eksternal ialah dengan bergabung bersama orang-orang yang bersifat berlebihan dalam melakukan konsumsinya, kelompok orang-orang tersebut disebut konformitas hedonis (Eva Oktafikasari, 2017).
Dalam hal ini, orang tua menjadi salah satu faktor yang paling bertanggung jawab dalam mengontrol pola perilaku anak. Peran orang tua sangat penting sebagai langkah efektif untuk menghindari maupun mengurangi perilaku dan gaya hidup hedonisme yang terjadi dikalangan remaja ataupun mahasiswa. Jika peran orang tua tidak ada dalam permasalahan ini, perilaku dan gaya hidup hedonisme akan mengubah kehidupan sosialnya (Muhamad, 2022).