Mohon tunggu...
yudhi risdiyanto
yudhi risdiyanto Mohon Tunggu... -

Hanya dapat menyetujui apa yang saya anggap benar, atau anda dapat memberikan pembenaran terperinci.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kurindu

17 April 2012   09:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:31 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Disudut kamar, aku terisak.
Menahan air mata, ingus dan gumpalan reak.
Mengingat dia, yg meninggalkanku tanpa jejak.

Dia?!
Siapa dia?
Aku tak mengenalnya.
Bahkan aku tak pernah ingat aku pernah menatapnya.

Tapi aku tau dia ada di dekatku.
Bersemayam di sela pembuluh arteri ku.
Sesekali berenang di arus deras aliran darah ke otakku.
Dan merusak mimpi mimpi malamku.
Aku tak terganggu.
Malah ku terus menunggu masa itu.

Dia?!
Mungkin kata dia terlalu kasar terdengar.
Untuk orang yang meregang nyawa demi aku anaknya.
Yang menjadi benalu perusak tubuh.
Sembilan bulan menyerap semua asupan gizi yang beliau makan.
Dan membunuhnya perlahan dengan tangisan perkenalan.
Walau beliau membalas dengan tangis bahagia.
Senyum yang membawanya ke nirwana.
Senyum pertamanya berstatus Ibu.


Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun