Mohon tunggu...
Ahmad Ziyaul Wahid
Ahmad Ziyaul Wahid Mohon Tunggu... Aku bukanlah aku yang kupahami

-

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Renatus Cartesia (Bagian Satu: Cogito)

12 Agustus 2020   19:00 Diperbarui: 12 Agustus 2020   18:59 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Renatus bertanya-tanya,  “Bukankah aku tidaklah sebuah sesuatu?” Dia telah mengakui walaupun dia tidak memiliki indera dan tubuh, tapi apakah itu berarti dia juga tidak dapat eksis? Dia juga mencatat bahwa dunia fisik tidak ada, sehingga keberadaannya pun tidak ada. Namun, untuk memiliki keraguan ini, ia harus ada. 

“Pasti ada ‘aku’ yang bisa meragukan, ditipu, dan sebagainya.” Mungkin karena galau karena ketidakpastian yang ia temukan, ia lantas berkesimpulan, “Jadi setelah mempertimbangkan semuanya dengan sangat seksama, akhirnya aku harus menyimpulkan bahwa dalam proposisi ini, aku, aku ada, pasti benar jika setiap kali dikemukakan olehku atau dikandung di dalam pikiran saya.” Baik ‘karena itu’ atau ‘aku pikir’ muncul dalam meditasinya.

Tidak adanya ‘karena itu’ adalah hal penting, sebab menghalangi untuk membaca cogito sebagai qiyas iqtirani syarthiyyah hamliyyah dengan muqaddimah al-sughra ‘sesuatu yang dapat berpikir adalah ada’ dan muqaddimah al-kubra ‘saya adalah sesuatu yang mampu berpikir’, sehingga menghasilkan natijah ‘saya ada’. 

Namun jika semuanya harus diragukan, bagaimana dia bisa mengetahui cogito itu? Maka dari itu, sejumlah pembacaan telah diberikan untuk memahami langkah ini. Salah satunya adalah membacanya sebagai intuisi dan bukan natijah atau kesimpulan, sebagai sesuatu yang datang sekaligus, dalam sekejap. Pembacaan lain menginterpretasikan cogito sebagai ujaran performatif, di mana ujaran itu sendiri adalah apa yang menegaskan kebenarannya. Artinya, kita tidak bisa mengatakan “saya ada” jika kita tidak ada atau jika kita tidak berpikir.

Dari uraian di atas, Renatus mengklaim bahwa dia adalah sesuatu yang berpikir atau res cogitans. Ada tiga kontroversi mengenai klaim “Saya, dalam pengertian ketat hanya hal yang berpikir”  yang akan kita periksa pada gilirannya –apakah klaim itu bersifat metafisik atau epistemologis; apa yang dimaksud dengan ‘sesuatu’ dan apa yang sebenarnya dimaksudkan dengan ‘berpikir’. Hayoo, bingung, to?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun