Mohon tunggu...
Ziyadatul Hikmah
Ziyadatul Hikmah Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, IPB University

Love nature and young forester.

Selanjutnya

Tutup

Nature

Perayaan HUT Ke-75 RI, Gambut Merdeka Mimpi Belaka

17 Agustus 2020   12:17 Diperbarui: 17 Agustus 2020   12:28 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kebakaran hutan dan lahan di Riau awal tahun 2020. Sumber: kompas.com

Badan Restorasi Gambut (BRG), siasati langkah guna menghindari kebakaran hutan dan lahan di Gambut, tahun ini.

Karhutla tetap jadi prioritas kerja pemerintah sebagaimana arahan bapak presiden. Meski kita menghadapi masa sulit karena penyebaran COVID-19.

Tahun lalu, Indonesia kehilangan 1,6 juta hektar tutupan hutannya. Termasuk 495 ribu hektar lahan gambut. Artinya 30% lahan gambut hilang! Siapa yang bertanggungjawab? 

Gambut hilang, 99% penyebabnya adalah manusia, entah mengalami kebakaran, kemalingan kayu-kayunya, atau campur tangan para pengusaha sawit untuk meraup keuntungan dari konversi lahan gambut menjadi perkebunan kelapa sawit. 

Awal tahun 2020 saja, berita kebakaran hutan dan lahan di Indonesia sudah dirasakan. Kebakaran terjadi di wilayah hutan gambut di Kabupaten Siak, Riau yang telah memakan satu hektar lahan gambut. Ini merupakan berita buruk untuk mengawali tahun baru. BMKG Indonesia (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ) memperkirakan akan datangnya bulan-bulan kering tahun ini. Perkiraan terjadi variasi musim di Kalimantan, Jambi, Sumatera Selatan, Aceh dan Bangka Belitung akan mengalami musim kemarau pendek (1-4 bulan). Sedangkan daerah Riau dan Papua akan mengalami musim kemarau lebih dari 4 bulan. 

Kemunculan titik-titik panas di beberapa wilayah di Indonesia cukup membuktikan adanya pengaruh musim kemarau tahun ini. Sepanjang bulan Januari hingga Juni 2020, tercatat 778 titik panas muncul. Perkiraan bulan Juli-Oktober 2020 akan terus bertambah. Badan Restorasi Gambut (BRG) telah mensiasati langkah guna menghindari kebakaran hutan dan lahan terutama di lahan gambut, tahun ini. 

Siasat Badan Restorasi Gambut (BRG) dalam mencegah kebakaran hutan dan lahan  gambut dengan membasahi lahan gambut saat musim kering tiba. Upaya tidak lagi parsial, melainkan menyeluruh berbasis ekosistem KHG (Kesatuan Hidrologi Gambut). Saat ini, upaya berbasis ekosistem KHG masih tahap percobaan di wilayah Riau, mengingat Riau menjadi salah satu prioritas titik rawan karhutla. 

Dikutip dari media Siti Nurbaya mengungkapkan, "Karhutla tetap jadi prioritas kerja pemerintah sebagaimana arahan bapak presiden. Meski kita menghadapi masa sulit karena penyebaran COVID-19, kerja lapangan dan koordinasi tim supervisi tetap jalan mengantisipasi karhutla terutama di wilayah rawan."

Data kebakaran hutan dan lahan di tujuh provinsi yang memiliki areal gambut. Foto bersumber dari KLHK.
Data kebakaran hutan dan lahan di tujuh provinsi yang memiliki areal gambut. Foto bersumber dari KLHK.

Sekarang ini, upaya "Gambut Merdeka" sangat diharapkan dari masyarakat terutama yang tinggal di wilayah rawan. Data KLHK bulan Agustus-September 2019 mencatat sebanyak 708 megaton emisi karbon terjadi akibat karhutla di wilayah gambut. 

Upaya strategis guna mencegah karhutla di area gambut muncul akibat adanya tren peningkatan titik panas disejumlah wilayah di Indonesia. Badan Restorasi Gambut (BRG) mengungkapkan, upaya berbasis ekosistem KHG mendapat dukungan dari Peraturan Menteri LHK Nomor 10/2019 tentang perhitungan neraca air di kubah gambut. 

Upaya lain dengan melibatkan satuan tugas terpadu untuk deteksi dini hotspot. Analisa iklim oleh BMKG juga membantu pengelolaan titik rawan karhutla di gambut didukung dengan teknologi modifikasi cuaca membantu membasahi lahan gambut yang kering.

Gambut yang mengalami kekeringan cukup beresiko memicu kebakaran. Apalagi kebakaran di lahan gambut sulit dideteksi karena kebanyakan terjadi di bawah permukaan atau biasa disebut kebakaran "Ground Fire." Konspirasi gambut merdeka tercetus mengingat banyaknya kasus karhutla di sepanjang tahun 2020. Permasalahan karhutla cukup pelik, masih tren dari tahun ke tahun. 

Apakah di perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke 75 ini, nasib gambut akan baik? Awal tahun saja kolom berita di media Indonesia mengangkat kasus terbakarnya gambut seluas satu hektar di Kabupaten Siak, Riau. Gambut Merdeka patut disuarakan saat ini. Berapa luasan tutupan hutan dan lahan gambut di Indonesia yang terancam? 

Di Kalimantan Tengah, Badan Restorasi Gambut menyetujui usulan Presiden Jokowi  untuk gambut menjadi areal persawahan dengan pertimbangan masa pandemi tahun ini menurunkan devisa negara. 

Telah kita ketahui pula, tanah Kalimantan memang miskin mineral sehingga sejak dahulu masyarakatnya menerapkan ladang berpindah. Tetapi, bagaimana dengan habitat orangutan? Bukannya hutan gambut menjadi tempat hidup meraka? Pemikiran-pemikiran seperti ini memang sering bermunculan.

Memang saat ini kebebasan gambut terus diragukan, pemerintahan orde baru pernah mencanangkan hal yang  sama dengan pemerintahan sekarang. Proyek 'lahan gambut sejuta hektar' yang dilaksanakan tahun 1995 berakhir pada tahun 2001 karena kebijakan ini kurang mendapat dukungan. Tersedotnya Dana APBN sebanyak 1,6 triliun tidak mendapat hasil memuaskan karena minimnya pengetahuan ekosistem gambut. 

Jika hal ini terulang kembali bukankah ekosistem gambut akan semakin rusak? Degradasi lahan gambut cukup beresiko, di musim kemarau mendatangkan kebakaran dan di musim penghujan mendatangkan banjir. Urusan pangan saat masa pandemi ini lebih baik diserahkan pada petani, yakni dengan memberikan hak atas tanah. 

Jokowi juga terungkap memiliki janji membuat perhutanan sosial dan TORA yang hingga kini tidak berbanding lurus dengan capaian di lapangan. Selain itu, terdapat pula program cetak sawah dengan TNI yang dikerjakan Kementan.

Pada saat yang sama petani kesulitan lahan dan tidak jarang berhadapan dengan konflik agraria. Gambut merdeka tidak akan tercapai jika pandemi menjadi alasan mengeksploitasi alam. (ziy).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun