Mohon tunggu...
Zikrillah
Zikrillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Aku adalah aku dan akan tetap menjadi aku yang akan mengatakan tidak pada narkoba

Kerjakan Sesuatu Dengan Sungguh-Sungguh

Selanjutnya

Tutup

Money

Bagaimana Bisa, Aceh Daerah Modal Menjadi Provinsi Termiskin di Sumatera

16 Februari 2021   11:23 Diperbarui: 16 Februari 2021   11:25 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi di NTB 

Membaca berita edisi 15 Februari 2021 berjudul "Aceh Kembali Jadi Provinsi Termiskin di Sumatera" membuat kami orang Aceh terengah-engah, bagaimana bisa provinsi yang dulunya dijuluki Daerah Modal oleh Bung Karno menjadi provinsi termiskin urutan pertama di Sumatera. Berkaca pada zaman dulu orang Aceh mengumpulkan emas membeli pesawat Prakemerdekaan RI, lantas ketika 75 tahun RI Merdeka mengapa Aceh menjadi Provinsi no Wahid termiskin di Pulau Sumatera. 

Aceh merupakan Provinsi terujung Sumatera, tentunya perhatian pemerintah pusat diharapkan tidak di nomor sekian kan. Komitmen Presiden Joko Widodo membantu Aceh sudah direalisasikan dengan kunjungannya beberapa kali ke Aceh, bukankah perhatian pemerintah Pusat selama ini untuk Aceh sudah maksimal. Aceh tidak asing di mata Presiden Jokowi, lantas faktor apa yang menyebabkan Aceh menjadi Provinsi Termiskin di Sumatera. Jawabannya tanyakan pada rumput yang bergoyang dalam lirik lagu Ebiet. 

Bentuk komitmen dan kepedulian Pemerintah Pusat kepada Aceh tertuang dalam UU Nomor 20 Tahun 2019 tentang APBN 2020. Aceh pada Tahun 2020 mendapatkan suntikan dana tambahan sebesar 8,3 triliun bersumber dari Otsus, dana ini sebenarnya diperuntukkan untuk pembangunan dan pengentasan kemiskinan di Aceh. Namun lagi-lagi pada Februari 2021 Aceh mendapatkan Rapor Merah dengan Peringkat Pertama Termiskin di Sumatera. Terus, apa kerja Pemerintah Aceh selama ini ?. 

APBA Aceh pada tahun 2020 mencapai angka Rp 15,798 triliun yang sebelumnya Rp 17,279 triliun setelah terjadinya pengurangan untuk penanganan Pandemi Covid-19 sebanyak 2,3 triliun, ditambah lagi dana Otonomi khusus untuk Aceh sebesar 8,3 triliun. Dengan dana sebesar ini kalau benar-benar dialokasikan untuk peningkatan perekonomian dan pengentasan kemiskinan tentu angka kemiskinan di Aceh bisa ditekan. 

Selanjutnya dana penanggulangan Covid sebesar 2,3 triliun tentu dialokasikan untuk membantu masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19, entah sudah terbantu atau belum, hanya tuhan yang tau. Sejatinya Aceh dengan keistimewaan dan kekhususan yang dimiliki, tentu akan membawa Aceh ke arah yang lebih baik. Entah dimana akar tunggal masalah kemiskinan di Aceh, hingga terdampak demikian. Sebagai Orang Aceh, tentunya penulis merasa malu dengan torehan prestasi yang di raih oleh Aceh. 

Sejatinya, Aceh mampu bangkit dari keterpurukannya, pasca Perdamaian RI dan GAM, pemerintah pusat sudah berkomitmen membantu Aceh, justru yang didapatkan Aceh malah sebaliknya, selalu terpuruk dan terpuruk. Sudah terpuruk di MTQ, terpuruk pula di pengentasan kemiskinan. Aceh hebat hanya label, tidak hebat seperti yang digaungkan-gaungkan, hebatnya di merek, bukan di produk, inilah Aceh. Ibarat kata bijak "Uot Jalo Toeh Kapai" (telan perahu, keluar kapal). Nyoe keuh Aceh (inilah Aceh). 

Teringat dalam satu bait syair Aceh era 90 an karya Yusbi Yusuf "Meunyoe Aceh Nyoe Daerah Modal, Ureung Bi Pangkai Pakoen Ek Susah" (kalau Aceh ini Daerah Modal, Kenapa yang Kasih Modal Bisa Susah). 

Yang bisa menjabarkan syair di atas adalah pemangku kekuasaan, dengan jumlah APBA Rp 15,798 triliun, dana penanggulangan Covid 19 sebesar 2,3 triliun, plus tambahan dana Otsus sebesar 8,3 triliun pada 2020, Aceh masih saja meraih predikat lulus bersyarat. 

Kemiskinan Berdasarkan Data BPS

Berdasarkan data BPS, Aceh masuk dalam daftar termiskin di Sumatera, namun aplikasi dilapangan justru berbanding terbalik. Mari kita lihat lagi data pengguna sepeda motor di Aceh "pada 2020 total penjualan motor di Aceh mencapai angka 106.000 unit" (sumber: Serambi Indonesia edisi 12 Februari 2021).   

Data statistik yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) ada 19 ribu orang Aceh miskin pada bulan September 2020. Secara persentase, angka kemiskinan di Aceh sebesar 15,43% atau tertinggi di Sumatera. Sementara itu penjualan sepeda motor di Aceh awal tahun 2021 masih tinggi. Pada bulan Januari 2021 jumlah penjualan mencapai 9.128 unit, naik sebesar 15,13 persen, dibandingkan penjualan bulan Desember 2020 lalu, hanya sebanyak 7.928 unit kenderaan bermotor baru, dari berbagai jenis dan tipe. Berdasarkan data yang disajikan oleh Serambi Indonesia dalam rapat terpadu tim Samsat Aceh pada tahun 2020, jumlah kendaraan yang laku dari berbagai tipe di atas 100.000 unit (sumber: Serambi Indonesia edisi 12 Februari 2021). Angka yang sangat fantastis di Aceh yang dijuluki Propinsi termiskin di Sumatera.

Kemiskinan Berdasarkan Realitas

Orang bisa saja berasumsi, bahwa Aceh hebat, Aceh kaya, laut, gunung semua milik Aceh, namun apa boleh dikata, data BPS mengatakan bahwa Aceh merupakan provinsi termiskin di Sumatera. Miskin-miskin orang Aceh, belum ada yang tinggal di bawah kolong jembatan. Rumah boleh saja Jambo (gubuk) namun pasti ada satu atau dua binatang ternak, ada si are (satu petak) tanah sawah. Ditambah lagi pada perhelatan Perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW di Aceh, orang Aceh tentu berlomba-lomba memeriahkannya dengan Khanduri Maulid. Semiskin-miskin orang Aceh, sudah barang tentu dibawakan dua atau tiga nasi bungkus ke Meunasah (mushalla). Itulah Aceh, Miskin berdasarkan Data, Kaya Berdasarkan Realitas. 

Mungkin saja orang Aceh banyak mengurus surat miskin, agar dapat bantuan Covid atau modal usaha dari pemerintah karena terdampak pandemi Covid-19. Ini mungkin yang menjadi data sehingga Aceh masuk dalam kalender Provinsi nomor satu termiskin dari bawah. 

Dalam sebuah tatanan keluarga di Aceh, sudah tentu memiliki satu unit sepeda motor walaupun bekas, Hp pun Android, apalagi generasi millenial, pasti mereka gak mau kalah sama teman-teman nya agar memiliki sepeda motor maupun Android. Yang demikian sudah menjadi kebutuhan pokok keseharian dalam masyarakat maupun pendidikan. Bantuan dari berbagai Negara untuk Aceh pasca rehab rekon, tentu menjadi modal utama bagi Aceh bangkit dari ketertinggalan pasca 30 tahun berkonflik dengan pemerintah RI.

Harapan terbesar Aceh ada dipundak Orang Aceh, Masyarakat, terima sekali Pemangku Kebijakan agar lebih pro aktif membina dan mengedukasi rakyat Aceh dengan mengembalikan Marwah Aceh sebagai Daerah Modal tempo dulu. 

Inilah Aceh, pernah menyandang Indeks Prestasi Kumulatif "Daerah Modal" yang terus dikenang dalam setiap ulasan sejarah, selalu diceritakan dari generasi ke generasi, larut dalam ber romantisme sejarah. Aceh Lon Sayang Aceh Lon Malang. 

Penulis Zikrillah 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun