KOTA BAU BAU- Di balik deru kendaraan yang melintas di jalan By Pass pesisir itu, berdiri sebuah warung sederhana. Tak mencolok, tapi hangat dan bersahabat. Di sinilah Bapak Joni, seorang pedagang kaki lima, menyambung hidup dan menebar manfaat---bukan hanya untuk dirinya, tapi juga bagi masyarakat sekitar.
Sambil tersenyum ramah dan menyambut pembeli yang mampir, Joni 42 tahun mengisahkan awal mula usahanya. "Dulu saya jualan di rumah saja, tanpa pop ice. Tapi sejak jalan By Pass dibuka, saya tertarik berjualan di sana karena tempatnya strategis dan ramai," tutur Joni saat diwawancarai oleh Asdira Zein.
Bukan hanya pop ice yang ia jajakan. Warung kecilnya juga menyediakan kopi, susu, mie siram, hingga gorengan. Menu yang sederhana, tapi cukup untuk menarik pengunjung, terutama para pengendara yang kelelahan atau kehujanan. "Bagi para pengguna jalan yang kehujanan, mereka bisa singgah dan berteduh di warung saya. Setidaknya mereka punya tempat untuk berhenti sejenak," tambahnya.
Sejak pindah ke By Pass pada tahun 2022, kehidupan Joni berubah. "Kalau dulu jualan di rumah sepi, sekarang alhamdulillah lebih ramai dan penghasilan meningkat," ucapnya dengan nada syukur.
Namun, jalan menuju keberhasilan tak selalu mulus. "Awal merintis usaha ini penuh lika-liku. Kedai saya dulu sering bongkar pasang, sampai akhirnya bisa jadi kedai yang tetap seperti sekarang," kenangnya. Ada juga tantangan dari pihak luar. Ia sempat hampir digusur oleh Satpol PP. "Tapi kami sempat demo, menyampaikan pendapat kepada anggota dewan. Sekarang, sudah tidak ada lagi larangan berjualan di sekitar By Pass," katanya.
Joni tidak sendiri dalam perjuangannya. "Istri saya sangat mendukung, begitu juga keluarga dan karang taruna," ujarnya. Dukungan itu menjadi bahan bakar semangatnya untuk terus bertahan, meski berjualan di wilayah pesisir menghadirkan tantangan tersendiri, mulai dari cuaca ekstrem hingga kebijakan pemerintah yang tak selalu berpihak pada pedagang kecil.
Dalam memasarkan dagangannya, Joni tidak mengandalkan toko fisik semata. "Kadang promosi dari mulut ke mulut, teman dan keluarga. Tapi sekarang juga mulai pakai Facebook," katanya. Media sosial menjadi jembatan antara warung kecilnya dan dunia yang lebih luas.
Namun, bukan hanya keuntungan materi yang jadi tujuannya. Joni juga merasa punya tanggung jawab sosial dan lingkungan. "Kalau ada pembeli datang, saya selalu himbau agar jangan buang sampah sembarangan, apalagi ke laut. Kita jaga bersama kebersihan," katanya tegas.
Harapannya kepada pemerintah pun sederhana, namun berarti besar. "Kalau bisa, UMKM seperti kami ditata rapi, seperti di Tirta Rimba. Warna dan bentuknya diseragamkan, biar indah dipandang dan nggak semrawut," ujarnya.
Kisah Joni bukan sekadar cerita tentang menjual pop ice atau gorengan di pinggir jalan. Ini adalah potret keteguhan hati seorang warga pesisir, yang dengan segala keterbatasan, tetap mampu berdiri dan memberi arti bagi lingkungannya.