Mohon tunggu...
Zia Mukhlis
Zia Mukhlis Mohon Tunggu... Jurnalis - Pemerhati Pendidikan dan Sosial Budaya

Jurnalis Lepas

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Muhammadiyah dari Yogyakarta ke Minangkabau lalu ke Makassar

18 November 2018   21:38 Diperbarui: 18 November 2018   21:53 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ada sebuah keresahan yang tumbuh pada dada seorang putra daerah itu. Rasa tak puas berbungkus kesal melihat masyarakatnya kehilangan arah, miskin dan tak berpendidikan. Kegelisahan itu ia lampiaskan dengan mewujudkan sebuah ide besar, yaitu mendirikan Persyarikatan Muhammadiyah pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 bertepatan dengan 18 November 1912. Walau itu ide besar namun banyak orang tak menganggapnya ide besar.

Ide itu diuji pada zamannya dan kini setelah zamannya berlalu berbuah dengan rindangnya, Muhammadiyah ada dimana-mana. Keresahan putra daerah tersebut terobati lewat lembaga yang fokus pada mendidik anak-anak bangsa. Dan putra daerah itu adalah Darwis nama lamanya, Ahmad Dahlan nama barunya sejak pulang dari Makkah.

Salah orang mengira lembaga pendidikan pertama yang ada di bumi nusantara adalah Taman Siswa yang didirikan oleh Ki Hadjar Dewantara. Lupa orang membaca sejarah, yang padahal Muhammadiyah 10 tahun lebih tua daripada Taman Siswa.

Mari kembali kita letakkan sejarah pada tempatnya dan berikan hak pada yang berhak. Kira-kira apakah kita sudah tepat menjadikan Ki Hadjar Dewantara sebagai bapak pendidikan? Toh yang dahulu berdiri adalah Muhammadiyah, dan toh yang menjmur di pelosok Indonesia adalah Muhammadiyah. Entahlah silahkan jawab sendiri

Ahmad Dahlan yang sejoli dengan Hasyim Asy'ari menuntut ilmu pada guru yang sama Syekh Khatib Alminangkabawi di tanah suci Makkah. Pulang dengan pandangan baru dan tentunya dengan semangat berdakwah.

Walau orang bertanya kenapa ia amat beda dengan sejolinya Hasyim Asy'ari yang mendirikan pesantren tak dihiraukannya cakap orang dan dilanjutkannya mendirikan lembaga pendidikannya. Karena sekolah yang ia bangun menggunakan kursi dan meja, datanglah usil orang, datanglah emosi orang membabi buta, "kafir!" , "atek-atek penajajah", teriak orang padanya.

Namun hatinya tak bergeming, karena ia punya alasan dan ilmu. Ahmad Dahlan pernah mengajar di sekolah Belanda, tujuannya adalah berdakwah dan mengenalkan Islam pada siswa-siswa sana. Karena ia tahu bola mesti dijemput. Pandangan orang berubah atas Islam, bahkan ada yang tertarik dengan Islam.

Jauh dari tanah tempat Ahmad Dahlan berdakwah, ada sebuah daerah di pulau seberang yang bernama Minangkabau. Telah berjuang juga dengan gigihnya mempertahankan masyarakatnya dari pengaruh penjajah Belanda, ujung tombak perjuangan itu adalah Inyiak Doktor Haji Abdul Karim Amrullah  sang ayahanda Buya Hamka.

Inyiak Doktor adalah sekian dari banyak ulama minangkabau yang resah dengan berbagai kebijakan penjajah yang berusaha menguasai minangkabau dan mengelabui ulama-ulamanya. Sosok Inyiak Doktor adalah yang paling keras diantara ulama-ulama yang lain.

Sempat ia mendirikan sebuah Madrasah Thawalib, namun karena suatu sebab ia meninggalkannya. Kala PKI mulai mempengaruhi masyarakat minangkabau, Inyiak Doktor tampak kepayahan dan ingin melawat sahabat seperguruannya ke tanah Jawa. Pergi menemui sahabat seperguruannya di Makkah dan motor gerakan Islam di Kauman, Yogyakarta.

Tanpa ia sadari ternyata sang menantu A.R Sutan Mansur menjadi petinggi di Muhammadiyah. Lalu dari pertemuan dengan sang sahabat pulanglah sang ulama minangkabau ini dengan cita-cita mendirikan Muhammadiyah di minangkabau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun