Mohon tunggu...
Zheerlin LarantikaDjati
Zheerlin LarantikaDjati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jurnalisme Warga sebagai Panggungnya Jurnalis Non-Profesional

15 Desember 2023   23:47 Diperbarui: 16 Desember 2023   00:08 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jurnalisme warga mewarnai lanskap media digital saat ini. Jurnalisme tak lagi hanya menjadi ranah para profesional di media massa besar. Kini masyarakat juga bisa ikut ambil bagian dalam produksi konten berita. 

Siapapun bisa menjadi jurnalis warga. Tidak lagi sekadar kontributor pasif, masyarakat menjadi pendorong dalam melaporkan peristiwa sehari-hari. Partisipasi aktif masyarakat telah mengukir narasi yang mencerminkan realitas sebenarnya dari sudut pandang yang berbeda. 

Apa itu jurnalisme warga? Simak penjelasan berikut ini. 

Pengertian Jurnalisme Warga

Dikutip dari Widodo (2020) pada bukunya, jurnalisme warga adalah aktivitas dimana masyarakat dapat melakukan praktik jurnalistik. Artinya, jurnalisme warga adalah kegiatan jurnalistik yang dilakukan oleh orang-orang yang bukan merupakan jurnalis profesional. 

Praktik jurnalistik yang dimaksud adalah proses pencarian, pengumpulan, dan penyusunan sebuah kejadian menjadi sebuah informasi. Gaya penulisan dan penyampaian berita yang dilakukan jurnalis warga menjadi hal yang otentik. Hal tersebut dikarenakan jurnalis warga menyampaikan informasi dengan gaya dan penyampaiannya sendiri. 

Berbeda dengan jurnalisme profesional, praktik jurnalisme warga biasanya menggunakan media seperti web, blog, atau media sosial. Jurnalisme warga menjadi kunci bagi masyarakat untuk menyajikan informasi secara jurnalistik. 

Awal Mula Jurnalisme Warga di Indonesia

Awal kemunculannya, jurnalisme warga berawal dari stasiun radio. Bersumber dari Widodo (2020), Radio Sonora Jakarta menjadi pelopor munculnya jurnalisme warga di Indonesia. Saat itu, pendengar Radio Sonora dihimbau untuk melaporkan apa yang dilihat dan dialami oleh warga pada era kerusuhan Mei 1998. 

Dilanjutkan oleh radio berita Elshinta yang memiliki 100.000 reporter warga. Walau jurnalis warga berkompeten, media lain seperti TV, media cetak, dan website di Indonesia enggan mengadopsi jurnalisme warga. Kehilangan kredibilitas dan reputasi menjadi ketakutan media lain saat itu. 

Kekuatan dan Kekurangan Jurnalisme Warga

Terlepas dari sejarahnya, jurnalisme warga memiliki pengaruh terhadap media pemberitaan masa kini. Mengangkat berita yang terabaikan oleh media, jurnalisme warga memungkinkan terungkapnya kisah yang berdampak. 

Jurnalisme warga telah menunjukkan kekuatannya saat ini. Widodo (2020) dalam bukunya menyatakan bahwa terdapat kekuatan dan kekurangan jurnalisme warga. Berikut merupakan kekuatan dari jurnalisme warga : 

1. Kemampuan jurnalisme warga

Jurnalisme warga memiliki kemampuan untuk menghadirkan informasi lebih dalam. Jurnalisme warga cenderung bisa mendapatkan informasi, yang tidak bisa didapatkan oleh media mainstream. 

2. Blog sebagai media penyampaian berita

Jurnalis warga menggunakan blog dalam menyampaikan beritanya. Hal ini dikarenakan jurnalis warga cenderung tidak memiliki latar belakang jurnalis profesional. 

3. Ketersediaan informasi jurnalisme warga

Jurnalisme warga menyuarakan suara yang tidak diperhatikan oleh media mainstream. Jurnalisme warga memainkan peran penting dengan membawa perhatian pada suara-suara yang sering diabaikan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun