Mohon tunggu...
Zarna Fitri
Zarna Fitri Mohon Tunggu... Terus bermimpi

Hidup harus bermakna

Selanjutnya

Tutup

Diary

Kereta Sekarang Bukanlah Kereta yang Dahulu

5 Juni 2025   22:24 Diperbarui: 5 Juni 2025   22:24 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Potret dalam kereta, dokumen pribadi.

Masih teringat jelas di kepala dahulu pertama kali ke Jakarta setelah wisuda untuk tanda tangan kontrak kerja diajak teman ke kampungnya naik kereta api. Saya yang waktu itu terbiasa dengan kereta di Padang yang walaupun belum sebagus sekarang tapi enak dan lumayan untuk dijadikan transportasi umum. Jadual yang masih sangat terbatas tetap membuat saya sebagai anak kuliahan yang menjadikan kereta sebagai pilihan. Tentu saja karena ongkosnya yang terjangkau terlebih di kalangan mahasiswa. Memang, belum menjadi sefavorit sekarang.  Mungkin, ya karena dahulu juga stasiun terbatas. Saya kebetulan beruntung, kampus dan kosan tinggal jalan kaki, sampai dech di stasiun.

Saya lupa naik keretanya di stasiun mana, kalau tidak salah Cawang. Entahlah, bisa jadi bukan. Kemananya juga saya lupa karena setelahnya saya dan teman-teman melanjutkan perjalanan dengan bus. Yang saya ingat adalah suasana di kereta. Tidak bisa dibilang penuh, tidak juga sepi. Penjual asongan, pengamen, bahkan ada kambing juga di atasnya. Terngiang jelas di telinga sampai sekarang teriakan, "mijon, mijon. Aqua," yang diteriakan pedagang kepada penumpang. Sampah ada di lorong kereta. Rasanya, kok begini amat ya naik kereta, pikir saya waktu itu.

Beberapa tahun kemudian saya kembali ke Jakarta untuk urusan lain. Sudah banyak kemajuan. Yang saya ingat adalah tiket kereta dibeli dengan kartu jaminan. Setelah turun di stasiun tujuan, kartu jaminan bisa dikembalikan dan uang jaminan kita dikembalikan oleh petugas stasiun. Kereta juga sudah sangat bersih dan tentunya tidak ada lagi pengamen, pedagang asongan dan tentunya hewan yang ikut naik kereta.

Berikutnya, setelah menikah dan diboyong suami ke ibukota, kereta menjaadi alternatif utama saya kemana-mana di Jabodetabek. Memecah kemacetan ibukota dan sekitarnya. Jika tak ada kereta, entah apa jadinya saya dan masyarakat ibukota lainnya.  Pernah juga saya da suami liburan ke Yogya, Malang, Solo dan sekitarnya , tentunya naik kereta dong. Kalau ditanya tingkat kepuasan, tentu saja saya akan menjawab dengan lantang, "sangat puas sekali."

Untuk kereta jarak jauh, tidak masalah jika tak bawa makanan. PT KAI menyediakan kantin dan makanannya juga tergolong enak. Cemilan, minuman sampai makanan berat tersedia. Petugas selalu siap siaga, toilet baik di kereta ataupun di stasiun semua bersih karena memang sudah ada petugasnya yang membersihkan setiap hari. Pokoknya jangan ragu dan bimbang.

Tak hanya sampai di situ, PT KAI terus memberikan gebrakan dengan menghadirkan MRT dan LRT. Satu lagi yang saya suka, banyak stasiun kereta yang terkoneksi dengan stasiun atau halte transportasi umum lainnya seperti transjakarta. Sangat memudahkan hidup sekali bukan? Untuk angkutan daring juga tersedia shelternya yang tak jauh dari stasiun.

Terbaru, 1 Juni kemarin PT KAI menghadirkan tiga kereta baru yang semakin memanjakan memberikan kehangat kepada penumpang setianya yaitu CLI 125. Salah satu keunikannya yaitu menghadirkan motif ondel-ondel di kursi penumpang. Memperkenalkan budaya dalam dunia transportasi.  Semoga makin menjangkau semua daerah, ya.

Harapan saya kepada PT KAI sebagai perantau tentu saja agar kereta api Indonesia bisa ada di seluruh Nusantara agar memudahkan saat mudik bertemu sanak keluarga. Semoga semakin banyak lagi gebrakan dan inovasinya dalam memajukan perkeretaapian di Indonesia yang memberikan kenyamanan dan kemudahan penumpang seperti saya dan lainnya. Terakhir, tentunya bersyukur dengan hairnya kereta api. Terima kasih, PT KAI.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun