Mohon tunggu...
Zeyra Haya Sefrizal
Zeyra Haya Sefrizal Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Zeyra Haya Sefrizal - Seorang mahasiswi jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Nasional Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Nilai Emansipasi R.A Kartini pada Kaum Minoritas

11 Juni 2022   20:40 Diperbarui: 11 Juni 2022   21:12 187
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

R.A Kartini adalah seorang wanita yang banyak mempengaruhi pandangan dan kebijakan terhadap wanita. Melalui pemikiran-pemikirannya, Kartini menyalurkan dan mengajarkan toleransi dan kesamarataan derajat bagi setiap kaum. Baik perempuan maupun laki-laki, disegala bidang kehidupan.

Kaum minoritas banyak menjadi pihak yang dirugikan pada suatu persoalan. Baik tindakan, pendapat dan apapun yang dilakukan minor, kerap dipandang sebelah mata bahkan diabaikan. Melalui nilai emansipasi yang diajarkan R.A Kartini, kondisi ini dapat diperbaiki.

Dahulu kala, perempuan kerap menjadi kaum minoritas pada kalangan laki-laki. Baik itu dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan kesetaraan hidup. Sehingga banyak memunculkan kesenjangan-kesenjangan yang sebagian besar merugikan para kaum perempuan. Sosok RA Kartini kali ini adalah perempuan yang berjasa besar dalam perkembangan peradaban pendidikan dan hak mandiri kaum perempuan. Kehadirannya menawarkan gagasan membangun sebagai vaksin kala itu. Kondisi rakyat yang bias akan pendidikan dan diskriminasi perempuan menjadi cikal bakal lahirnya revolusi feminisme RA Kartini.

Perempuan memiliki karakteristik yang unik. Menurut pandangan Sudarti dan Jupriono dalam bukunya yang memberikan penekanan pada karakter wanita yakni selalu mengalah dengan keadaan dan senantiasa berbakti atau tipikal yang manutan. Wanita tidak berdaya akan kebebasannya dalam hal pendidikan. Mereka juga tunduk akan hak dalam memilah-memilih pasangan masa depan. Faktor adat dan tradisi juga kerap membuat perempuan terkekang untuk melakukan sesuatu yang ia inginkan.

Dengan adanya emansipasi yang dilakukan Kartini, lambat laun presepsi akan perempuan mulai berubah. Tentu hal ini tak luput dari perjuangan seorang Raden Ajeng Kartini yang berjuang mengedepankan kesetaraan bagi perempuan.

Sosok R.A Kartini tak hanya baik untuk dijadikan panutan pada jaman dahulu saja, namun juga bagi saat ini. RA Kartini sebagai sosok perempuan dalam kesehariannya tidak lepas dari aktivitas produktif yang jarang digeluti kaum perempuan pada umumnya. Aktivitas membaca senantiasa mewarnai kesehariannya dan semua gagasannya dituangkan melalui tulisan.

Perjuangan Kartini tidak hanya berfokus pada keprihatinan akan perempuan. Namun juga kepada keharusan sebuah pemikiran bahwa ia tidak ingin nasib generasi yang akan datang akan bernasib sama. Potret kondisi rakyat pada kala itu kemudian dapat dilihat dari tulisan-tulisannya yang penuh kritikan dan gambaran akan kondisi perempuan.

Melalui buku karyanya, Habis Gelap Terbitlah Terang, R.A Kartini dengan berani menyuarakan perlawanan terhadap kesenjangan perlakukan pada perempuan. Melalui tulisannya, R.A Kartini melawan budaya atau tradisi patriarki, feodalisme sekaligus kolonialisme.

Tradisi di masa itu begitu mengkungkung kebebasan orang-orang khususnya perempuan tanah air dalam hal berkereasi bahkan bercita-cita. Hak-hak mereka tidak diberikan dan disetarakan. Penilaian berdasarkan kasta, diskriminasi rakyat, kerja paksa dan tragedi kemiskinan yang menyengsarakan rakyat adalah potret perjuangan ibu kita RA Kartini. Tragedi kemanusiaan yang dihadapi ibu kita Kartini adalah gambaran umum masyarakat yang hidup di bawah penjajahan Eropa. Bangkitnya revolusi Kartini tidak lain sebagai bentuk keprihatinan terhadap gejolak kesengsaraan rakyat akan kungkungan penguasa. RA Kartini hadir bak pahlawan yang menawarkan kedamaian dan semangat hidup khususnya bagi kaum perempuan.

Dalam sejarah tradisi patriarki, kaum perempuan sungguh sangat dipandang sebelah mata. Konsep-konsepsi rakyat tentang perempuan berbeda condong merendahkan. Akibat doktrin bangsa eropa yang menjajah kala itu. Sejak dini putra-putri Indonesia kita ditanamkan pemahaman ideal tentang perempuan. Perempuan tidak memiliki tujuan lain selain kawin atau dinikahi. Konsepsi ideal perempuan dipandang hanya sebatas kategori fisik lemah dan tak diperhitungkan.

Menerapkan emansipasi pada masa modern, esensi emansipasi yang dilantangkan R.A Kartini dapat membantu kaum minoritas untuk lebih dipandang dan tidak disepelekan. Kini tak hanya bagi perempuan, nilai-nilai emansipasi juga dapat diterapkan oleh semua genderisasi selama mereka mengalami diskriminasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun