K.H. Ahmad Dahlan lahir pada 1 Agustus 1868 di Kauman, Yogyakarta. Nama kecilnya adalah Muhammad Darwis. Ayahnya bernama K.H. Abu Bakar, seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta. Ia merupakan anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan, kecuali adik bungsunya. Dalam silsilah ia termasuk keturunan kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, seorang pelopor pertama penyebaran Islam di tanah Jawa.Â
K.H. Ahmad Dahlan lahir pada tahun 1868 di Kauman, Yogyakarta. Nama kecilnya adalah Muhammad Darwis. Ayahnya bernama K.H. Abu Bakar, seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta. Dalam silsilah ia termasuk keturunan kedua belas dari Maulana Malik Ibrahim, seorang pelopor pertama penyebaran Islam di tanah Jawa.Â
Pada umur 15 tahun ia sudah pergi ke Mekah selama lima tahun untuk menimba ilmu. Dalam rentang waktu itu ia mulai berinteraksi dengan pemikir-pemikir pembaharu, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Taimiyah. Ketika pulang ke tanah air, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan. ia menikah dengan Siti Walidah, yang kelak dikenal dengan nama Nyai Ahmad Dahlan, seorang Pahlawan Nasional dan pendiri Aisyiyah.
Sejak tahun 1905 ia banyak melakukan dakwah dan pengajian-pengajian yang mengajak umat islam untuk berpikiran maju. Ia mudah diterima dan dihormati di kalangan masyarakat dengan gagasannya yang cemerlang.
Pada tanggal 18 November 1912, Ahmad Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah yang bertujuan untuk melaksanakan cita-citanya melaksanakan pembaharuan Islam di Indonesia. Ia ingin mengajak masyarakat Indonesia untuk kembali pada kemurnian ajaran Islam yang sudah banyak yang menyeleweng, dengan kembali pada Al-Qur'an dan Hadist.
K.H. Ahmad Dahlan wafat di Yogyakarta pada tanggal 23 Februari 1923 pada usia 54 tahun dan dimakamkan di pemakaman Karangkajen Yogyakarta. Beliau ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional atas jasa-jasanya dalam membangkitkan kesadaran bangsa melalui pembaharuan Islam dan pendidikan.