Mohon tunggu...
Zeni Zamara
Zeni Zamara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Tidak ada waktu yang tepat untuk seseorang yang menunggu.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Serunya Pelaksanaan Kurikulum Merdeka di SMAN 1 Sumberpucung

14 Desember 2023   01:34 Diperbarui: 14 Desember 2023   01:50 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SMALOKA? Begitulah julukan SMAN 1 Sumberpucung yang merupakan salah satu sekolah di Kabupaten Malang. Terdapat kutipan yang berbunyi "Sejauh apapun kamu pergi, jangan pernah lupakan kampung halamanmu". Perasaan yang sama bisa terjadi kembali dalam waktu yang berbeda. Sejak pengumuman adanya Program Asistensi Mengajar yang merupakan implementasi dari Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), saya telah menetapkan sekolah tujuan dan bersyukur bisa mendapat kesempatan kembali ke sekolah tempat saya mengenyam pendidikan sebelum bangku perkuliahan. Tentunya tidak lagi menjadi peserta didik, melainkan untuk pelaksanaan program Asistensi Mengajar.

Sebelum berlanjut pada intinya, sedikit perkenalan dari saya. Saya adalah seorang mahasiswi Universitas Negeri Malang yang mengambil prodi S1 Pendidikan Fisika. Sejak kecil, saya mengagumi sosok pahlawan tanpa tanda jasa yaitu "guru". Dengan kesempatan yang diberikan ini, saya akan menjadikan program Asistensi Mengajar sebagai bentuk persiapan calon guru yang memberikan pengalaman secara langsung. Semua materi mulai baik teori maupun konsep yang telah dipelajari di bangku perkuliahan akan diterapkan secara nyata dengan rancangan kegiatan.

Fenty Eka Nihayah, Faradila Azzahra Noor Sabila dan saya sendiri Zeni Zamara merupakan tim fisika dalam pelaksanaan Asistensi Mengajar di SMAN 1 Sumberpucung. Dalam pembagian tugas dan kelas, mahasiswi fisika mendapat 4 kelas X per mahasiswi. Kelas X di SMAN 1 Sumberpucung menggunakan kurikulum merdeka. Disaat pelaksanaan Asistensi Mengajar, materi fisika yang akan disampaikan terbagi menjadi dua yaitu pengukuran dan pemanasan global. Dalam Fisika, materi pengukuran memerlukan tindakan nyata agar peserta didik lebih memahami konsep yang telah dijelaskan. 

Oleh karena itu, dilakukan praktikum di laboratorium fisika sesuai jadwal belajar. Melalui beberapa tahapan pembelajaran, dapat diketahui bahwa peserta didik cenderung menyukai pembelajaran di laboratorium daripada di kelas. "Praktikumnya seru kak, lebih paham praktikum langsung kak", ujar Diandra saat mengikuti praktikum jangka sorong. 

Namun ada beberapa siswa yang masih belum terbiasa melaksanakan kegiatan praktikum dikarenakan masih kelas X. Karena laboratorium fisika di SMAN 1 Sumberpucung masih baru, maka guru pamong menyarankan agar terus memanfaatkan laboratorium selama proses pembelajaran berlangsung. Dari ketiga penggunaan alat ukur selama praktikum, banyak dari peserta didik yang mengatakan jika praktikum menggunakan Neraca Ohauss yang paling mudah dilakukan.

Pemanasan global merupakan materi terakhir yang diajarkan. Pada awal masuk materi, peserta didik diperkenankan untuk membaca materi terlebih dahulu. Setelahnya dilakukan permainan tebak-tebakan yang dilaksanakan seperti ice breaking. Sistemnya, disedikan satu spidol papan tulis yang akan disalurkan setiap deret.

 Lalu peserta didik diajak untuk menyanyikan lagu anak-anak yang dibarengi dengan tepukan. Disaat aba-aba bilang berhenti, maka nyanyian dan tepukan berhenti bersamaan dengan spidol yang berada di salah satu siswa. 

Siswa yang memegang spidol tersebut akan diberi pertanyaan seputar pemanasan global. Jika belum bisa menjawabnya, maka siswa tersebut diperkenankan meminta bantuan siswa lainnya dengan cara melempar jawaban. Dikarenakan biasanya tidak efektif dalam proses tersebut, maka dibatasi satu siswa setelah dikenai pelemparan harus menjawab pertanyaan yang telah diberikan. Jika masih belum bisa menjawab, maka akan diberikan pemahaman singkat atas pertanyaan yang telah diajukan.

Setelah dilakukannya permainan, waktunya memberi penugasan. Tugas yang diberikan dilakukan secara berkelompok dengan syarat harus bisa bertanggung jawab atas kelompok yang telah dipilihnya. Disaat waktu pengumpula tiba, saya terkagum-kagum atas semua kelompok yang telah diberikan penugasan. 

Dengan sepenuh hati mereka mengerjakan tugasnya, dapat dilihat dari tampilan hingga isinya. "Awalnya saya males kak, soalnya kalau kelompok itu biasanya ada yang nitip nama", ujar Yahya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun