Mohon tunggu...
Ary-23 H
Ary-23 H Mohon Tunggu... karyawan swasta -

manusia 50mm

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Trauma di Bandara TKI

18 Maret 2012   19:42 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:51 779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13320996041430965815

Kalau ingat peristiwa tiga tahun lampau di Bandara Soetta, sungguh menyakitkan. Para TKI atau mantan TKI yang keluar menuju ruang pengambilan bagasi langsung dirazia petugas BP2TKI. Umumnya yang diperiksa, didamprat, dihardik adalah TKI perempuan. Berikut pengalamanku saat itu.

[caption id="attachment_169517" align="alignleft" width="300" caption="surat visum itu"][/caption] Akhirnya penerbangan dari Kuala Lumpur ke Jakarta usai sudah. Pesawat Air Asia yang kutumpangi mendarat dengan sempurna pukul 14.00 tanggal 25 April 2009. Begitu diperbolehkan turun, aku bergegas menuju ke bagian pemeriksaan imigrasi. Tak ada antrian panjang seperti saat aku pulang cuti tahun lalu. Segera kuisi lembaran imigrasi cepat-cepat lalu menuju petugas yang duduk di ujung. Aku harus segera mengambil bagasiku, sebuah travel bag ukuran sedang.

Ah, ternyata bagasi belum diturunkan. Aku harus menunggu beberapa menit. Jantungku berpacu kencang. Andai kutak membawa bagasi seperti pulang cuti tahun lalu, tentu aku bisa menuju pintu keluar dengan cepat, lolos dari mata curiga para agen BP2TKI. Hari menjelang sore. Dimana-mana kulihat pegawai berbaju abu-abu di bandara, para mata-mata BP2TKI yang hendak menghadang TKI yang pulang lewat jalur biasa. Dadaku semakin berdetak kencang. Mungkinkah kali ini aku bisa lolos?

Travel bag hitamku pun muncul. Aku segera meraihnya. Hendak kutinggalkan antrian bagasi segera, namun seorang petugas menghadangku.

"Mana tiket bagasinya?" tanyanya ramah. Kutunjukkan tiket dari Kuala Lumpur ke Jakarta.

"Bukan yang ini, tapi yang dari Penang ke Kuala Lumpur," katanya. Kucari tiket yang dimaksud, tapi tak ada di kedua saku celanaku, juga di ranselku. Entah dimana kuletakkan tiket itu. Petugas itu memaksaku menunjukkan tiket itu. Sementara banyak penumpang lain yang sedang mengambil bagasi melenggang lepas begitu saja tanpa pemeriksaan nomor bagasi.


"Lupa Mas, "kataku.

"Tak bisa,  nanti saya dimarahi perusahaan kalau tiket itu tak ada." Aku panik. Tiba-tiba seorang perempuan cantik berbaju abu-abu datang. Dia menarik travel bagku.

"TKI ya," katanya," kamu harus lewat sana, tak boleh jalan sini."

"Bukan," kataku. Tapi seorang lelaki sudah menarik travel bagku dan membawanya pergi. Petugas bagasi pun tak berbuat apa-apa. Seolah itu sudah biasa.

"Mau dibawa kemana tas saya ?" tanyaku. Petugas yang seharusnya memeriksa nomor bagasi diam saja, malah menjauh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun