Mohon tunggu...
khalid al-jihad
khalid al-jihad Mohon Tunggu... mahasiswa -

kulangkahkan kaki, melompat lebih tinggi, kugapai semua mimpi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Belajar Bersyukur dan Menghargai Hidup

10 November 2015   21:07 Diperbarui: 10 November 2015   21:42 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="selalu bersyukur dan menghargai hiup"][/dok.pribadi]

Di masa yang serba modern saat ini, urusan duniawi lebih sering diutamakan oleh umat manusia ketimbang urusan akhirat. Walaupun tak sedikit juga yang masih menyeimbangkan maupun mengutamakan urusan akhrirat. Dalam urusan duniawi, rasa bersyukur sering dianggap remeh bagi sebagian orang. Memang, pada hakikatnya manusia itu mempunyai naluri yang tak pernah puas atas apa yang telah Allah berikan. Tapi konsep ini tidak berlaku bagi mereka yang beriman. Dalam QS. Ibrahim ayat 7 Allah berfirman :

Yang artinya : “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka adzab-Ku sangat berat.”, penggalan surat ini sudah jelas mengandung arti bahwa jika Kita bersyukur, maka Allah akan memberikan sesuatu yang lebih kepada kita.

Pada wawancara yang telah kami lakukan, kami mengambil obyek sebuah keluarga dengan satu gerobak berisikan tumpukan sampah yang kami temukan di Jalan Alianyang, Pontianak. Yang kami wawancarai yakni bernama Ibu Jamilah, seorang pengepul sampah yang hidup di jalanan, hanya beratapkan langit, yang dibantu orang tua dan suaminya beserta 5 orang anaknya yang masih kecil. Beliau asli Pontianak, begitu juga dengan suaminya. Ibu Jamilah memenuhi kebutuhannya dengan mengepul sampah yang ada di jalanan, seperti kardus, botol minuman. Sampah-sampah tersebut dikumpulkan hari demi hari kemudian dijual ke tempah penjualan sampah kiloan. Dari penjualan sampah yang dikumpulkan selama 2-3 hari, Ibu Jamilah mendapatkan uang sekitar 50 ribu rupiah. Dengan hasil penjualan yang sangat terbatas untuk menghidupi keluarganya, beliau tetap merasa bersyukur dan tak ada rasa iri maupun dengki sedikitpun di hatinya.

Ibu Jamilah sendiri adalah seorang wanita yang dulunya hanya seorang manusia yang menganggap remeh untuk beriman kepada Allah. Tetapi setelah mendapat hidayah, Ibu Jamilah selalu berusaha untuk beriman dan mendekatkan diri kepada-Nya. Dulu, Ibu Jamilah juga pernah mendapatkan rejeki 500 ribu dari pemberian seseorang. Tapi setelah itu rejekinya jatuh, yang menurutnya disebabkan karena Ibu Jamilah pernah membuka aurat waktu mandi di sungai pinggir jalan, sehingga saat itu beliau dianggap mengidap kelainan jiwa bagi orang yang lewat di depannya. Hal itu menjadi suatu pembelajaran yang berharga bagi Ibu Jamilah. Sekarang beliau sudah berubah, “kejadian itu adalah teguran dari Allah”, ujarnya. Sejak kejadian itulah Ibu Jamilah menjadi semakin mendekatkan diri kepada Allah, dengan sholat 5 waktu dan juga mengaji.

Selain menghidupi keluarganya dengan mengepul sampah, Ibu Jamilah juga sering mendapat pemberian (tanpa meminta-minta) yang berupa makanan maupun uang dari orang yang melintas di depannya. Menurutnya, “pemberian itu adalah bentuk kalau Allah sayang sama kita”. Kebetulan juga saat itu ada orang lewat yang memberikan jajan berupa gorengan satu plastik, pemberian yang seperti inilah yang beliau anggap sebagai bukti kalau Allah sayang sama kita. Tetapi, pemberian-pemberian tersebut menjadi sumber kedengkian bagi sebagian orang. Ibu Jamilah mengakui bahwa banyak yang membenci beliau karena banyak orang yang dengki kenapa selalu saja ada yang memberi, entah makanan maupun uang kepada Ibu Jamilah. Tapi beliau lebih memilih diam, “dibenci manusia tidak masalah, yang penting Allah sayang sama Kita”, ujarnya. Ditambahkannya, “semua rejeki itu bersumber dari Allah, abaikan apa yang orang lain perbincangkan tentang kita, baik buruknya itu Allah yang menentukan, manusia tidak berhak menentukan. Karena semakin kita bersyukur, maka Allah akan semakin sayang dengan kita”.

Dalam QS. Al ‘Ankabut ayat 7 Allah berfirman :

            إِنَّ الَّذِينَ تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ لَا يَمْلِكُونَ لَكُمْ رِزْقًا فَابْتَغُوا عِنْدَ اللَّهِ الرِّزْقَ وَاعْبُدُوهُ وَاشْكُرُوا لَهُ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Yang artinya : “Sesungguhnya yang kalian sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezeki kepada kalian. Maka mintalah rezeki itu di sisi Allah, sembahlah Dia, dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nyalah kalian akan dikembalikan.” [QS Al ‘Ankabut:7]. Dari perjalanan hidup yang Ibu Jamilah alami, dapat memberi pembelajaran kepada kita bahwa kita harus selalu bersyukur, entah bagaimanapun kondisinya. Yang terpenting adalah bagaimana kita mendekatkan diri kepada Allah SWT. Bukan karena kondisi yang kita anggap kurang, malah menjadikan kita semakin jauh dari Allah SWT. Jadikanlah cobaan dan ujian sebagai bentuk rasa sayang Allah kepada kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun