Bagi sebagian mahasiswa, berpindah dari Kampus Kalimalang ke Depok bukan lagi hal yang asing. Perjalanan ini mungkin memakan waktu berjam-jam, tapi justru di situlah banyak cerita bermula. Terutama bagi teman-teman yang aktif dalam organisasi yang berpusat di Depok, perjalanan ini sudah menjadi bagian dari keseharian. Meski melelahkan, pengalaman naik-turun transportasi umum sering kali menghadirkan kesan tersendiri yang tak ditemukan lagi setelah lulus nanti.
Kemarin pagi, suasana di Kampus J1 terasa sedikit lebih tegang dari biasanya. Kelas kami dijadwalkan mengikuti ujian praktikum lebih dahulu. Soal yang cukup menantang membuat waktu terasa cepat berlalu, hingga akhirnya semua harus tetap dikumpulkan, apapun hasilnya.
Usai ujian, saya dan seorang teman memutuskan untuk sarapan bersama. Pilihan jatuh pada bubur ayam, namun bukan bubur ayam khas Cirebon yang umum dijumpai. Bubur yang kami makan lebih menyerupai bubur ala restoran Chinese, tanpa kuah kuning, kacang tanah goreng, ataupun cakwe sebagai pelengkap. Sederhana, tapi cukup mengobati perut kosong setelah berpikir keras sejak pagi.
Setelah sarapan, teman saya memilih untuk pulang, sementara saya melanjutkan perjalanan ke Depok. Saya lebih dulu menuju Stasiun Buaran untuk menitipkan motor, lalu langsung bersiap naik KRL.
Bagi teman-teman yang belum familiar, akses transportasi umum dari Kalimalang ke Depok bisa ditempuh menggunakan KRL Commuter Line. Dari arah Bekasi, penumpang harus terlebih dahulu transit di Stasiun Manggarai. Di sana, perjalanan dilanjutkan dengan berpindah ke peron 11 atau 12, tempat KRL menuju arah Bogor biasa berangkat.Â
Sesampainya di peron menuju arah Bogor, saya cukup terkejut dengan situasi yang ada. Peron tampak begitu padat, hingga petugas terpaksa menutup akses ke bagian depan demi alasan keamanan dan keteraturan. Alhasil, penumpang yang baru tiba harus berjalan cukup jauh ke arah belakang peron untuk mencari ruang dan mengantre naik KRL.
Namun, saya paham betul bahwa situasi ini bukan karena jam sibuk biasa. Ini adalah akhir pekan, hal seperti ini memang kerap terjadi. Banyak masyarakat memanfaatkan hari libur untuk pergi ke Bogor, baik untuk berwisata, berkumpul dengan keluarga, atau sekadar melepas penat. Tak heran jika peron menuju arah Bogor selalu dipadati penumpang yang sama-sama ingin menikmati hari liburnya.