Mohon tunggu...
Puji Sasongko
Puji Sasongko Mohon Tunggu... -

Langkah sekecil apapun dia telah membawa menuju perubahan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Dongeng Senjata Ampuh yang Terlupakan

2 November 2012   00:51 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:06 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

DONGENG SENJATA AMPUH YANG TERLUPAKAN

Kondisi perilaku dan kepribadian siswa dewasa ini memang masih jauh dari yang diharapkan. Banyak siswa yang mempunyai perilaku menyimpang. Program pembinaan moral dan etika yang dilakukan di sekolah melalui Pendidikan Agama dan Pendidikan Pancasila dinilai oleh sebagian orang belum sepenuhnya berhasil dalam membentuk kepribadian siswa. Walaupun penilaian ini masih dapat diperdebatkan kebenarannya, karena banyak faktor eksternal yang berpengaruh terhadap perilaku siswa. Disepakati bahwa pembinaan kepribadian siswa di sekolah masih belum optimal.

Bila dilihat kebijakan-kebijakan pendidikan yang dikeluarkan pemerintah beberapa hal memang mendukung terjadinya kondisi demikian. Contoh kebijakan pemerintah tentang ujian nasional. Ujian nasional untuk siswa SD, SMP, SMA/SMKdan MI, MTs, MA hanya dibatasi pada beberapa mata pelajaran saja. Konon kabarnya mata pelajaran-mata pelajaran itulah yang dianggap “penting”. Penilaian yang demikian menimbulkan ketidak seimbangan dalam sistem pendidikan kita. Guru-guru yang mengajar mata pelajaran yag diujikan secara nasional merasa diri sebagai guru penting. Arah penilaian ujian nasional pun hanya mengacu pada kecerdasan kognitif. Aspek-aspek kecerdasan lain tidak tampak ada di sana. Sehingga hal-hal yang berbau kepribadian, budi pekerti, tatakrama dan sebagainya seakan merasa enggan untuk berkembang. Padahal aspek-aspek kepribadian dan budi pekerti ini sangat berperan dalam pembentukan manusia Indonesia seutuhnya seperti yang termaktub dalam tujuan pendidikan nasional kita. Tapi mengapa hal itu dikesampingkan?

Guru dalam dunia pendidikan menempati posisi yang sangat strategis. Peranannya dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa sangat menonjol. Guru-guru merupakan ujung tombak utama dalam pembentukan watak dan kepribadian anak didik. Sebab anak pada usia sekolah masih sangat patuh dengan pendidikan-pendidikan yang diberikan guru. Bahkan mereka bisa lebih patuh kepada guru-guru mereka dari pada kepada orang tuanya.

Memang banyak cara untuk memasukkan unsur-unsur moral dalam pelaksanaan pendidikan dan pembelajaran yang kita lakukan. Bahkan setelah merasakan betapa pentingnya pendidikan budi pekerti diberikan kepada anak didik, pada kurikulum 1994 telah dicanangkan pengintegrasian antara pendidikan imtaq ke dalam mata pelajaran. Pada KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dititipkan pendidikan karakter. Setelah sekian lama berjalan apa/bagaimana hasilnya?

Jawabannya jelas langkah yang telah ditempuh pemerintah dengan kebijakan itu belum sepenuhnya berhasil. Buktinya sampai detik ini keadaan anak-anak kita terutama para remaja (hasil) produk kurikulum 1994, maupun KTSP yang tertitipi pendidikan karakter perilakunya masih banyak yang menyimpang. Perkelahian antar pelajar, banyaknya pelajar yang terjaring dalam operasiPSK dan tempat-tempat mesum, beredarnya video-video porno karya nyata dari pelajar-pelajar kita. Yang disebut tadi hanya beberapa bukti. Masih banyak lagi yang lain.

Menghadapi kenyataan seperti sekarang ini kita sebagai tenaga pendidak (guru)tentu merasa sangat prihatin. Akhirnya berpulang pada diri kita apa yang bisa kita perbuat untuk mencegah kerusakan moral anak-anak didik kita. Paling tidak bisa menghambat laju kerusakan yang akan ditimbulkan. Syukur-syukur bisa menyingkirkannya. Salah satu langkah yang bisa penulis tawarkan untuk itu adalah dengan “mendongeng”.

Dongeng memang satu hal yang telah lama bisa dikatakan kuno, bahkan mungkin ada yang menyebutnya sebagai sesuatu yang sudah tidak “gaul” lagi. Namun yakinlah kekuatan dongeng tidak sekecil penilaian miring yang ditujukan kepadanya. Masih ingat dengan pak Hafsan? Seorang guru sederhana dari tanah Belitong dengan mutiara-mutiara brilliant anak-anak Laskar Pelangi ? Pak Hafsan berceritera tentang kisah Nabi Nuh a.s. Beliau telah membuktikan betapa kuat daya magis, daya tarik, sekaligus daya pikatnya. Dengan dongeng anak-anak akan berkhayal. Masing-masing anak memiliki khayalan yang berbeda satu dengan lain. Dengan dongeng anak terbius, terhipnotis dan tergerak untuk tertawa, menangis, berdebar-debar, haru, marah dan sebagainya. Dengan dongeng pula anak-anak bisa diajak untuk bisa mengerti, memahami bahkan melakukan apa yang harusnya dimengerti, dipahami dan dilakukan dengan baik serta benar, meninggalkan apa yang harus ditinggalkan dan dibuang.

Melihat kekuatan dongeng yang sedemikian dahsyat sangat disayangkan bila metode ini tidak digunakan. Hanya sedikit guru-guru kita yang masih suka dan bisa mendongeng. Untuk itu mari kita mulai untuk mendongeng. Mendongeng dengan memasukkan unsur-unsur pendidikan yang baik kepada anak-anak didik kita. Mendongeng dengan menyisipkan pesan-pesan moral kebaikan dalam setiap geliatnya. Mendongeng untuk dunia. Dunia masa depan watak dan kepribadian anak-anak kita mendatang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun