Mohon tunggu...
Fauzia Noorchaliza Fadly Tantu
Fauzia Noorchaliza Fadly Tantu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sedang bertumbuh

Berjejak, tak berjasad

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Hari-hari Menjelang Perpisahan, Nonton "Motor Trail" Gratis

21 Januari 2018   16:56 Diperbarui: 21 Januari 2018   18:42 1733
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ketika merasa butuh pohon, awan datang melindungi dari jauh. Ah, romantis sekali, awan.

Wah, kalau ini aku senang sekali! Karena kali ini aku tak perlu susah payah mencari baju. Beberapa bulan sebelumnya aku menjadi finalis ARKI (Akademi Remaja Kreatif Indonesia) 2017 dengan kategori Cipta Syair, dan menjadi satu-satunya perwakilan dari Sulawesi Tengah. Salah satu pakaian yang wajib dibawa adalah piyama. Kenapa? Karena pas Awarding Night-nya, panitia mengadakan 'wisuda' untuk para finalis ARKI 2017 dari seluruh Indonesia. Nah, temanya Pajamas Party.

Jadi sejak dari rumah, aku sudah memakai piyama dan meminta tolong pada Papah untuk segera mengantarku pergi sekolah karena saat itu jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi. Melihatku yang memakai piyama, Papah malah mengira aku baru bangun dan belum mandi pagi. Katanya, 'Iyo, Papah antar. Tapi masa kau mau berpakaian seperti itu? Pergi mandi dulu, sana! Belum mandi, sudah minta antar!' Lho, aku jadi bengong sendiri! Karena, beberapa hari belakangan ini, aku selalu bercerita kepada kedua orang tuaku bahwa hari Sabtu ini akan ada sesi pemotretan di sekolah untuk buku tahunan. 

Tema baju kelompoknya yaitu piyama. 'Emang harus pakai piyama, Papah. Dan aku tuh udah mandi!' jawabku gemas pada papah yang dari raut wajahnya tidak dapat terbaca apakah kalimat tadi candaan saja atau memang serius.

Akhirnya setelah menunggu Papah memasak makanan untuk Eyang, ternyata Kak Ai, sepupuku, menawarkan diri untuk mengantarku karena dia juga kebetulan punya agenda keluar rumah pagi itu. Nah! Dengan piyama berwarna mencolok dan memeluk boneka beruang di jalanan, aku merasa menjadi perhatian orang. 

Padahal, mungkin saja dalam pikiran mereka itu adalah hal yang biasa saja. Tapi aku merasa diperhatikan karena memakai piyama, membawa ransel hitam, dan duduk di belakang sambil memeluk boneka beruang. Iya, aku emang sering berimajinasi terlalu tinggi.

Tiba di sekolah, aku tidak melihat teman-teman kelompok foto random yang pakai baju piyama. Jadi aku agak merasa aneh berlalu-lalang diantara teman-teman lain yang tidak pakai kostum piyama. Efeknya tuh ngerasa kayak yang belum mandi udah datang ke sekolah gitu, padahal udah. Iya tau, lebay!


Di beberapa sudut sekolah, tampak teman-teman perempuan berdandan, dan salah satu sudut sekolah yang ada colokannya dipakai untuk catokan. Intinya, hari itu sekolah seolah berubah fungsi menjadi salon dadakan. Aku sih sudah bersiap dari rumah biar nggakrepot saat tiba di sekolah. Dan benar aja!

Pas sedang jalan-jalan sendiri di lapangan upacara yang juga merupakan lapangan olahraga, aku melihat teman-teman kelompokku yang memakai piyama sudah duduk-duduk dan baring-baring cantik di bawah ring basket. 

Aku merasa kaget, karena properti yang dipakai benar-benar mendalami sekali dengan tema yang dipilih. Aku, sambil memeluk boneka beruangku, langsung menghampiri. Dan lihat, ada dua boneka besar juga satu boneka Doraemon, karpet-karpet dengan motif tokoh-tokoh kartun, selimut Doraemon, dua bantal tidur, berbagai macam warna sandal tidur, dan banyak lagi. Ah, kalian memang terbaik!

Pajamas Party!
Pajamas Party!
Kapan lagi coba ke Sekolah pakai piyama?
Kapan lagi coba ke Sekolah pakai piyama?
Tak lama kemudian, ternyata kelompokku mendapat giliran pertama untuk berfoto.  Sesinya berjalan seru dan lancar. Berlanjut ke kelompok-kelompok berikutnya. Setelah berfoto, aku mengajak beberapa teman dekat untuk berfoto bersama, mumpung kostumnya masih dipakai. Setelah itu kita berganti kostum dengan pakaian putih abu-abu. Dan dimulailah sesi foto untuk siswa berprestasi baik akademik maupun non-akademik.

Karena sejak kelas 10 aku suka mengikuti kegiatan atau lomba-lomba menulis dan beberapa kali mewakili sekolah dan provinsi untuk maju ke tingkat nasional, lahirnya buku antologi puisi yang kubuat untuk merayakan sweet seventeen-ku tahun lalu yang dikritisi oleh dosen-dosen kesusastraan, pakar sastra, dan juga beberapa penulis seperti Om Taufiq Pasiak, dokter ahli otak sekaligus penulis yang beberapa kali mengirimkan buku karyanya padaku, serta sastrawan  seperti Pak Kamajaya Al-Katuuk, dan lainya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun