Mohon tunggu...
Yayi Solihah (Zatil Mutie)
Yayi Solihah (Zatil Mutie) Mohon Tunggu... Guru - Penulis Seorang guru dari SMK N 1 Agrabinta Cianjur

Mencintai dunia literasi, berusaha untuk selalu menebar kebaikan melalui goresan pena.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Kisah di Raudhah

6 Januari 2021   17:13 Diperbarui: 6 Januari 2021   17:22 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar latar: pinterest.com

"Udahlah, jangan bahas si pengkhianat itu. Udah kubuang nama itu ke laut, kemaren Vika kirim surat dan foto, di situ si Amar deket banget ama si kuntilanak Farah," jawabku ketus.

"Ehmmm ... ok, mungkin kisah cintamu akan terukir di sini, Mut." Senyum manisnya terukir. Membuat emosiku sedikit mereda.

***
Berbagai kegiatan osis aku ikuti hanya untuk dapat bersama dengan kakak kelas bernama Sidqi Fauzan Athar. Bahkan puisi-puisi receh mulai kukirim ke meja redaksi mading yang nota bene dikelola Sidqi.

"Keren, puisi ini bagus banget. Pake bahasa Inggris pula!" seru Sidqi di depan mading sekolah siang itu.

"Wah, punya siapa, tuh? Perasaan baru liat, deh." Seorang temannya menimpali.

Aku yang tak sengaja lewat ke lorong itu mendadak panas dingin. Dipuji orang yang dikagumi? Ya Allah, rasanya kaya terbang ke langit ketujuh.

***

Sejak saat itu, kisahku dimulai. Sidqi memanggilku dengan menitip surat kepada Aini. Walaupun kami satu pondok, tapi di pesantren tidak bisa berinteraksi langsung dengan lawan jenis. Semua acara terpisah, kecuali acara akhir pekan yaitu hadorohan--semacam pengajian umum yang diwajibkan setiap santri untuk berdakwah di depan santri dan ustaz-ustaz.

Sidqi memuji karya-karyaku. Dia memang jago puisi, tapi tidak bisa menggunakan bahasa Inggris dalam menulis puisi. Apalagi sejak berita kemenanganku dalam poetry contest salah satu kampus ternama di kota kami mulai tersiar di sekolah. Aku bahagia bisa mendapatkan perhatian dari seseorang yang kupuja diam-diam. Hanya Aini yang tahu rahasia ini. Kalau Kakak tahu, bisa tamat riwayatku.

***
Acara kenaikan kelas berlangsung meriah, tak menyangka jika akhirnya aku bisa masuk juara umum mengalahkan Anna, santriyat yang selama ini menjadi rivalku. Yang lebih menyenangkan adalah bisa berdiri satu panggung dengan Sidqi yang waktu itu meraih juara pertama di kelasnya.

"Selamat, ya. Kamu hebat, Mutie," ucapnya sambil tersenyum dan mengatupkan kedua tangannya. Seketika hati ini berbunga-bunga. Kalaulah bisa aku ingin berteriak kepada semua yang hadir, jika aku bahagia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun