Di era media sosial saat ini di mana informasi mengalir tanpa batas dan serba cepat pemahaman terhadap Filsafat sering kali menyimpang, banyak orang salah kaprah dalam memahaminya yang pada akhirnya memicu berbagai miskonsepsi.Â
Media sosial dipenuhi dengan kutipan-kutipan filosofis yang disajikan secara singkat dan estetis, banyak orang mengonsumsi kutipan ini tanpa berusaha memahami konteks, argumen, atau pemikiran di baliknya.Â
Akibatnya Filsafat dianggap sebatas kumpulan kata-kata bijak yang tidak relevan dengan kehidupan nyata, padahal filsafat adalah proses berpikir yang mendalam bukan sekedar kalimat dalam kutipan.Â
Putri Yasmin Br Gultom Penulis Jurnal UIN Sumatera Utara menjelaskan, media  sosial adalah tempat yang subur bagi berbagai kesalahan berpikir (logical fallacy).Â
Daripada membangun argumen yang logis dan terstruktur banyak orang cenderung menggunakan serangan pribadi (ad hominem), mengalihkan isu (red herring), atau membuat kesimpulan yang terburu-buru.Â
Dalam Jurnal berjudul "Kesalahan Berpikir (Logical Fallacies) itu dijelaskan, Filsafat justru mengajarkan kita untuk mengenali dan menghindari kesalahan-kesalahan berpikir.Â
Agar diskusi bisa berjalan secara rasional dan produktif, namun di media sosial kemampuan ini sering terabaikan demi mendapatkan 'like' atau memenangkan perdebatan secara sepihak.Â
Kesalahan lain adalah anggapan bahwa filsafat bertolak belakang dengan sains di era media sosial orang seringkali lebih percaya pada "fakta" yang disajikan secara statistik atau ilmiah.Â
Kebanyakan orang meragukan pertanyaan-pertanyaan filosofis yang tidak memiliki jawaban pasti, padahal filsafat ilmu justru berperan penting dalam menganalisis dasar-dasar dan cara berpikir sains.
Â
Gen Z Sok Filsafat