Dunia inilah yang seringkali menampilkan kehidupan sempurna dan ideal sehingga dapat membuat Gen Z merasa kurang percaya diri, mereka mungkin merasa tertekan untuk selalu tampil sempurna di media sosial yang dapat mengarah pada kecemasan dan depresi.Â
Media sosial dipenuhi dengan konten-konten yang menggambarkan kehidupan ideal, pencapaian, dan penampilan fisik yang seringkali tidak realistis.Â
Hal ini memicu perbandingan sosial yang konstan, membuat generasi Z merasa tidak cukup, tidak percaya diri, dan terus-menerus berusaha untuk memenuhi standar yang tidak mungkin tercapai.Â
Media sosial mendorong individu untuk menampilkan versi diri mereka yang paling sempurna dan menarik, Gen Z seringkali merasa perlu untuk terus-menerus mengedit dan memfilter identitas mereka.Â
Agar sesuai dengan ekspektasi sosial, hal ini dapat menyebabkan perasaan tidak nyaman karena tidak mengenal diri sendiri yang sebenarnya.Â
Erica Coe Penulis Jurnal McKinsey Health Institute menjelaskan survei mereka terhadap Gen Z pada 2022 yang melibatkan 42 ribu responden dari 26 negara, berfokus pada 4 aspek pertanyaan yakni kesehatan mental, fisik, sosial, dan spiritual.Â
Tujuannya adalah menganalisis bagaimana kesehatan mental Gen Z yang dipengaruhi media sossial,  kemudian bagaimana hal  itu berkaitan kesehatan fisik, kemampuan sosial, dan spiritualnya.Â
Hasilnya memang rata-rata Gen Z lebih merasakan dampak negatif dari media sosial, ketimbang generasi lain sebelum mereka.Â
Ada juga temuan bahwa teknologi digital menjadi sarana dalam mengakses layanan kesehatan mental bagi Gen Z, mereka cenderung lebih paham dalam menggunakan aplikasi digital untuk menyelesaikan masalah kesehatan mentalnya.
Perubahan Lapangan Kerja
AI diperkirakan akan menggantikan banyak pekerjaan di masa depan Gen Z mungkin merasa khawatir tentang prospek kerja mereka, apakah keterampilan yang mereka miliki masih relevan untuk industri digital saat ini.Â