Mohon tunggu...
Zata Amani
Zata Amani Mohon Tunggu... Tata

Hai

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Kedudukan Bahasa Indonesia Dibidang Pendidikan Pada Masa Pandemi

18 Desember 2020   14:00 Diperbarui: 18 Desember 2020   18:11 619
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

    Bahasa persatuan bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang terpenting di wilayah Indonesia. Dalam UUD  1945 pasal 36 dinyatakan bahwa “Bahasa negara adalah bahasa Indonesia”. Artinya, bahasa Indonesia telah diakui keberadaannya sebagai bahasa negara dan telah dilindungi oleh aturan hukum.

     Bahasa Indonesia dan diikrarkan dalam Sumpah Pemuda sebagai bahasa persatuan atau bahasa nasional. Bahasa Indonesia yang kita gunakan sebagai bahasa pengantar dan bahasa persatuan merupakan salah satu dialek bahasa Melayu yang digunakan sebagian masyarakat di sekitar pesisir pantai Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, masyarakat Melayu di Singapura, Malaysia, dan Brunei. Bangsa asing yang datang ke Indonesia menggunakan bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar kepada penduduk setempat, seperti pada saat penjajahan Belanda. Hal ini sangat menguntungkan karena penyebaran bahasa Melayu yang tak lain adalah bahasa Indonesia menjadi menyebar dan berkembang lebih luas.

    Bahasa memiliki peran penting dalam membentuk karakter manusia. Peran bahasa Indonesia adalah sebagai cerminan pembentuk karakter bangsa. Bahasa Indonesia harus digunakan sesuai konteks dan kedudukannya secara baik dan benar. Dengan penggunaan bahasa Indonesia secara baik dan benar, orang-orang di sekitar kita termasuk orang asing akan menilai bahwa karakter orang Indonesia adalah berkarakter sopan-santun. Selain itu, dengan mempelajari bahasa secara baik dan benar, manusia diharapkan dapat belajar tentang apa itu karakter positif maupun karakter negatif lainnya dalam kehidupannya. Ketika manusia sudah bisa memilah mana karakter yang positif dan karakter yang negatif, diharapkan karakter tersebut dapat diintegrasikan dalam kehidupannya sehari-hari.
     Pemberian pendidikan akan tersampaikan dengan baik jika penggunaan bahasa diberikan dengan tepat. Bahasa dapat pula berperan sebagai alat integrasi sosial sekaligus alat adaptasi sosial. Hal ini mengingat bahwa bangsa Indonesia memiliki bahasa yang majemuk. Kemajemukan ini membutuhkan satu alat sebagai pemersatu keberseragaman tersebut. Di sinilah fungsi bahasa sangat diperlukan sebagai alat integrasi sosial. Bahasa disebut sebagai alat adaptasi sosial apabila seseorang berada di suatu tempat yang memiliki perbedaan adat, tata krama, dan aturan-aturan dari tempatnya berasal. Proses adaptasi ini akan berjalan baik apabila terdapat sebuah alat yang membuat satu sama lainnya mengerti melalui sebuah alat yang disebut bahasa.
     Bahasa Indonesia memilki kedudukan dan fungsinya, antara lain, Bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional, yang memiliki fungsi bahasa Indonesia dijadikan sebagai lambang kebanggan nasional dan sebagai alat pemersatu bagi masyarakat indoesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara, yang memiliki fungsi bahasa resmi kenegaraan, sebagai pengantar di bidang pendidikan, dan bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk hubungan tingkatnasional.

     Pandemi COVID-19 merupakan keadaan yang membutuhkan individu untuk menjaga jarak dalam interaksi sosial (social distancing), karantina, dan isolasi agar setiap individu yang rentan tidak terkena virus COVID-19. Upaya tersebut dilakukan salah satu tujuannya untuk mengantisipasi meningkatnya jumlah pasien yang terinfeksi virus tersebut. Pendekatan yang digunakan dalam menghambat atau menghentikan lajunya penyebaran COVID-19 ini, menuntut agar setiap individu bertanggung jawab untuk memperlambat penyebaran virus. Hal ini dituangkan dalam kebijakan pemerintah salah satunya untuk meminta peserta didik belajar di rumah, sehingga kesempatan berkumpul dalam bentuk kerumunan dapat dicegah. Dalam kebijakan tersebut, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim melalui surat edarannya menyatakan bahwa pendidikan dalam masa darurat penyebaran virus COVID-19, belajar di rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh dilaksanakan. Hal ini untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna, tanpa memberikan beban ketuntasan untuk seluruh capaian kurikulum sebagai kenaikan kelas maupun kelulusan. Selanjutnya, dinyatakan pula bahwa belajar dari rumah (BDR) dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup. Salah satunya mengenai pandemi covid-19.

     Fenomena Covid-19 yang menjadi pandemi, yakni penyakit menular yang berjangkit dengan cepat di daerah yang luas dan menimbulkan banyak korban. Tidak dapat dimungkiri, fenomena ini kemudian berdampak luas terhadap berbagai asepek kehidupan, baik itu sektor ekonomi, sosial, politik, bahkan hingga kebahasaan pun terdampak. Pemerintah sendiri kemudian mengeluarkan berbagai macam kebijakan yang melibatkan munculnya istilah-istilah atau kosakata baru. Situasi inilah yang kemudian menjadi dasar bahwa fenomena berdampak terhadap perencanaan bahasa di Indonesia.

     Kedudukan bahasa Indonesia harus tetap dalam posisinya. Ia sebagai bahasa negara dan bahasa nasional harus terus mampu mempersatukan bangsa. Sementara itu, fenomena yang terjadi seringkali berdampak terhadap munculnya warna-warna baru dalam bahasa. Inilah ynag kemudian perlu diantisipasi. Termasuk seperti belakangan ini yang mulai ramai dengan adanya pandemi Covid-19. Kosataka dan istilah baru bertebaran bahkan tidak ayal, kosakata lama kemudian menjadi ramai diperbincangkan karena muncul dalam konteks yang dituturkan oleh kaum elit politik sebagai penjaga gerbang bangsa.

     Fenomena pandemi Covid-19 berdampak terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk bahasa. Kebijakan-kebijakan yang muncul dalam menyikapi fenomena ini mengeluarkan variasi-variasi bahasa baik dalam bidang kesehatan, sosial, maupun budaya. Munculnya variasi ini ditandai dengan adanya kosakata ataupun akronim baru yang pada akhirnya berkembang dan digunakan oleh masyarakat.

     Akronim merupakan proses pemendekan yang menggabungkan huruf atau suku kata atau bagian lain yang ditulis dan dilafalkan sebagai sebuah kata. Akronim-akronim yang muncul akibat dampak Covid-19 di antara ODP ‘Orang Dalam Pantauan’, OTG ‘Orang Tanpa Gejala’, PDP ‘Pasien dalam Pengawasan’, PSBB ‘Pembatasan Sosial Berskala Besar’, APD ‘Alat Pelindung Diri’, KLB ‘Kejadian Luar Biasa’. Selain akronim, kata pinjaman atau serapan ini merupakan kata atau istilah yang berasal dari bahasa asing dan digunakan secara umum di masyarakat penggunanya. Kata serapan yang menyebar luas digunakan oleh masyarakat akibat dampak Covid-19 di antaranya Droplet ¬‘butiran ludah’, Suspect ‘menunjukkan gejala/terduga’, Rapid test ‘tes cepat’, Swab test ‘tes usap’, Sosial Distancing ‘pembatasan sosial’, Psycal Distancing ‘pembatasan fisik’, Lockdown ‘penutupan’, Panic buying ‘pembelian besar-besaran/penimbunan barang’, Work From Home (WFH), Hand sanitizer ‘penyanitasi tangan’.

     Dalam pandemi ini, variasi bahasa juga muncul dari adanya sinonim yang menjadi isu panas. Hal ini didasari oleh adanya penggunaan kata dalam kebijakan presiden tentang kembali ke kampung halaman. Istilah “mudik” dan “pulang kampung” menjadi ramai dan berdampak pada pertanyaan dan kebingungan masyarakat pengguna bahasa. Salah satunya pun berdampak pada dipertanyakannya arti kata dalam KBBI.  

     Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yang berfungsi sebagai alat komunikasi mempunyai peran sebagai penyampai informasi. Kebenaran berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang disampaikan. Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya bahasa gaul. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik. Dewasa ini pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan seharihari maupun dunia film mulai bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal dengan bahasa gaul. Bahasa dapat pula berperan sebagai alat integrasi sosial sekaligus alat adaptasi sosial, hal ini mengingat bahwa bangsa Indonesia memiliki bahasa yang majemuk.

     Kemajemukan ini membutuhkan satu alat sebagai pemersatu keseragaman tersebut. Di sinilah fungsi bahasa sangat diperlukan sebagai alat integrasi sosial. Dalam pemakaian bahasa Indonesia, termasuk bahasa Indonesia ragam ilmiah, sering dijumpai penyimpangan dari kaidah yang berlaku sehingga mempengaruhi kejelasan pesan yang disampaikan. Bulan bahasa sesuai dengan unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan pernyataan tekad bahwa  bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Pemuda bertekad dalam mempersatukan bangsa melalui bahasa. Kridalaksana mengemukakan, bahwa ragam bahasa adalah “variasi bahasa menurut pemakainannya yang dibedakan menurut topik, hubungan pelaku dan medium pembicaraan.” Remaja masa kini lebih sering senang menggunakan bahasa gaul daripada bahasa resmi. Menurut mereka bahasa gaul lebih nyaman dan cocok digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun