Mohon tunggu...
Zarmoni
Zarmoni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penggiat Seni dan Budaya Kerinci

Penggiat Seni, Adat dan Budaya Kerinci

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Aplikasi BBM dan Ekonomi Pengecer Jalanan Kerinci

6 September 2022   00:00 Diperbarui: 6 September 2022   14:51 1036
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi antre BBM (KOMPAS.COM/RASYID RIDHO) 

Di era digital saat ini, masyarakat Indonesia pada umumnya telah ikut serta merasakan kemudahan bertransaksi keuangan nontunai di segala aspek kehidupan, dimulai dari kota-kota besar hingga kepelosok tanah air. Asalkan terjangkau jaringan internet, semua merasakan segala kebutuhan hidup dapat terealisasi secara instan. Dimulai dari sistem keuangan yang menggunakan kredit card, hingga kesegala bidang yang menggunakan aplikasi keuangan seperti link aja, OVO, Gopay, Shopee Pay, dan lain sebagainya. Pendek kata, di zaman serba caggih ini, manusia dapat memenuhi hasratnya dengan mudah asalkan memiliki uang.

Kerinci Jambi merupakan daerah pegunungan yang berhawa sejuk, jauh dari pusat kota Provinsi Jambi dan Sumatera Barat. Kehidupan di sini berkembang dengan cukup pesat, serta kemajuan informatika dan teknologi juga cukup maju.

Para generasi muda, telah berkembang dan mengikuti trendingnya zaman, sehingga jasa kurir pengantar barang pun telah banyak bermunculan di sini, seperti J&T, JNE, Ninja exspress, SiCepat, Kargo, dan lain sebagainya. Tiap hari kebutuhan masyarakat yang tidak ada di Kerinci dapat dipesan dan diantar sang kurir hingga ke rumahnya.

Demikian juga dengan penggunaan aplikasi, masyarakat milenial telah pintar menggunakannya dan merasa cukup aman dengan menggunakan aplikasi keuangan tersebut, dari pada menggunakan uang cash, mending menggunakan aplikasi biar nggak ribet, caranya yang mudah, dan hasilnya juga memuaskan.

Namun ketika Pertamina meluncurkan aplikasi MyPertamina yang sejalan dengan LinkAja, dan masyarakat Kerinci dipaksa untuk menggunakan aplikasi tersebut, di sini mulai terjadi kisruh di tengah masyarakat.


Para generasi tua yang kurang mengerti IT merajuk dan bersedih hati tatkala mereka mengisi Bahan Bakar Minyak (BBM) untuk kendaraan mereka tidak bisa menggunakan uang cash.

Sedangkan para generasi muda tidak masalah, mereka hanya tinggal mengisi saldo LinkAja, isi bensin, dan selesai.

Tangkapan layar Aplikasi MyPertamina (dokpri)
Tangkapan layar Aplikasi MyPertamina (dokpri)

Kebingungan dan kegelisahan masyarakat benar-benar terjadi di saat pengisian bensin di Pom Bensin milik Pertamina Kerinci, yang mana bagi orang-orang yang sudah punya aplikasi MyPertamina juga belum bisa berpuas diri.

Pasalnya, kadangkala signal internet di Kerinci memang kurang bagus sehingga aplikasi sering eror dan tidak berjalan dengan mudah, sehingga menyebabkan antrean panjang kendaraan di Pom Bensin.

Jarak antara Pom Bensin satu dengan lainnya lumayan jauh, sebelum aplikasi my pertamina launching, di sepanjang jalan Kerinci-Jambi ataupun Kerinci-Padang berjejer para penjual minyak jalanan, sehingga orang-orang yang berkendaraan tidak merasa was-was ketika bahan bakar kendaraan mereka habis. 

Sumber. FB Eka Putra Antrian panjang pengisian BBM
Sumber. FB Eka Putra Antrian panjang pengisian BBM

BBM jarang langka jadinya, apalagi masyarakat Kerinci yang mayoritas petani, pedagang, dan wiraswasta senantiasa menggunakan Bahan Bakar Minyak untuk fasilitas kerja mereka. 

Petani membutuhkan minyak untuk mesin bajak sawah, mesin bajak ladang, mesin semprot, mesin pengisap air, kendaraan ladang, mesin parut kelapa, genset, dan lain sebagainya. 

Namun disaat launchingnya aplikasi My Pertamina, para penjual minyak eceran banyak yang berhenti menjual minyak sehingga kebutuhan minyak menjadi meningkat.

Sedangkan, minyak hanya dapat dibeli di Pom Bensin dan membelinya harus menggunakan aplikasi dan tidak boleh mengisi dirigen. Memang masih ada beberapa orang yang menjual minyak eceran, namun untuk mendapatkannya cukup sulit.

"Semenjak pembelian BBM harus menggunakan aplikasi, kami tidak bisa lagi berjualan, karena tidak tahu bagaimana cara menggunakan HP tersebut," keluh Hamsidar warga Siulak Gedang salah seorang penjaja minyak eceran yang telah lanjut usia, Kamis, (25/08).

"Tidak ada lagi agen yang mengantarkan minyak untuk kami, sedangkan kami sudah tua, hanya menjual minyak eceran yang kami bisa untuk memenuhi kebutuhan harian kami," unkgap Suarni warga Telago Biru.

"Entah bagaimana musim membajak sawah kedepannya, jika bensin yang kami butuhkan sangat sulit di dapat," keluh Pak Yos salah seorang warga yang bergerak dibidang jasa membajak sawah menggunakan mesin. 

"Beginilah nasib kami orang miskin. Usaha menjual minyak eceran ini telah kami geluti sejak lama, namun kali ini, kami tidak bisa lagi membiayai sekolah anak kami, karena untuk mendapatkan minyak cukup sulit," kata Warti salah seorang penjual minyak eceran.

Naiknya harga BBM sebenarnya tidak jadi soal buat pemilik kendaraan yang harus menggunakan kendaraannya, mau tidak mau, suka tidak suka mereka juga harus membeli minyak untuk kebutuhannya, mereka punya uang untuk membeli kendaraan tentulah punya komitmen tersendiri untuk membeli bahan bakarnya. 

Namun dari sudut pandang kemaslahatan umat dan kepentingan orang banyak, tentu nyalah kita merasa segala aspek ekonomi akan terkena imbasnya atas naiknya harga BBM. Lambat laun masyarakat juga akan mengerti selama untuk mendapatkan BBM tersebut tidak sulit.

Fenomena di kota-kota besar, dengan naiknya BBM, serta aplikasi pembelian minyak MyPertamina tidak menjadi persoalan yang signifikan, tetapi realitanya dimasyarakat yang jauh dari di daerah sana, seperti kami di pegunungan Kerinci yang hidup dari mengecer minyak, yang tidak tahu tentang IT, yang hidup dengan menggunakan minyak untuk mengolah lahan pertanian demi kelangsungan hidup dan ekonomi keluarga, akhirnya harus mengelus dada dan menangis dalam diam.

Apakah tidak ada jalan lain selain harus menggunakan aplikasi tersebut? Atau memang untuk kios-kios jalanan sudah ditiadakan lagi? Dan para pengisi diregen memang sudah di "haramkan"?

Kebutuhan hidup semakin meningkat, ekonomi semakin sulit setelah pandemi Covid-19, harga barang semuanya naik, ekonomi keluarga sudah ambruk, tidak adakah alternatif untuk kami masyarakat awam di pegunungan, selain antara aplikasi dan ekonomi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun