Mohon tunggu...
Zarmoni
Zarmoni Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penggiat Seni dan Budaya Kerinci

Penggiat Seni, Adat dan Budaya Kerinci

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mantra Dalam Kehidupan Masyarakat Kerinci

24 Juni 2022   03:00 Diperbarui: 24 Juni 2022   03:41 2590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MANTRA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT TIGO LUHAH TANAH SEKUDUNG SIULAK 

KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI

Oleh : Zarmoni

Penggiat Seni dan Kebudayaan Kerinci

Dinukil dari tokoh-tokoh yang telah meninggal dunia ketika masih hidup Nara Sumber : 

1. Alm. Gento Alam (Siulak Gedang), 

2. Alm. Mat Salim, (Siulak Mukai)

3. Alm. Abu Rahim (Napal Patakuk)

4. Alm. Abu Seman/Rio Mudo (Koto Beringin)

Mantra berasal dari bahasa sansekerta yaitu “mantra” atau “manir” yang merujuk pada kata-kata yang berada di dalam kitab Veda, yaitu kitab suci umat Hindu. Dalam masyarakat Melayu, mantra biasa dikenal sebagai serapah, jampi atau seru.

Mantra adalah kumpulan kata-kata yang dipercaya mempunyai kekuatan mistis atau gaib. Mantra juga termasuk dalam puisi lama/tua, yang pada masyarakat Melayu bukan dianggap sebagai sebuah karya sastra, tetapi lebih berhubungan dengan adat istiadat dan kepercayaan[1].

 Di Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi, mantra juga banyak macamnya. Baik digunakan untuk mengobati orang sakit, panglarisan, pengasih, penunduk, penguat, dll.

 Mantra di Daerah Siulak Kabupaten Kerinci disebut dengan “Cuco, Lam, Jampi, Idu, Tawa” yang diamalkan oleh seorang “Dukun” sebagai tabib khusus mengobati penyakit yang berakitan dengan mistis.

 Cara membaca mantrapun juga beraneka ragam. Ada yang dibaca dengan bersenandung, berdiri, ketika berjalan, maupun waktu tidur. Namun pada hakikatnya adalah pembacaan mantra untuk membuat lawan/musuh ataupun orang lain dapat kita kendalikan.

 Mantra Kerinci juga demikian adanya, ada yang diamalkan dengan bersemedi, melalui ritual “palaho”[2], ataupun dengan gerakkan tangan dan “nyaro”.[3]

Dok. Pribadi : Wawancara tentang tradisi bersama Nenek Nanti Arab
Dok. Pribadi : Wawancara tentang tradisi bersama Nenek Nanti Arab

 Pada dasarnya, mantra di Kerinci ini tidak didahulukan dengan membaca basmalah, namun penulis yakin dan percaya dengan hadirnya para ulama dan mubaligh yang menyebarkan agama Islam di Kerinci, tradisi dalam mantrapun berobah, diawali dengan basmalah dan disudahi dengan kalimat tauhid “Laa ila ha illallah”.[4]

 Begitu banyak mantra yang bertebaran di bumi Sakti Alam Kerinci, tergantung dari “Tuan Guru” yang mengajarkannya secara hafalan turun temurun sehingga tidak terkaper bagi kita untuk mendokumentasikan keseluruhannya, dikarenakan kadang kala tidak semua mantra dapat dipublikasikan secara Cuma-Cuma, apalagi di ajarkan secara gratis kepada khalayak ramai.[5]

Dok. Pribadi : Pelantunan Mantra Pemanggilan Roh nenek moyang oleh para Balian Salih
Dok. Pribadi : Pelantunan Mantra Pemanggilan Roh nenek moyang oleh para Balian Salih

 Dibawah ini penulis memberikan contoh beberapa mantra yang penulis dapatkan dari para tetua maupun masyarakat/pelaku yang masih memakai mantra didalam kehidupannya, serta cara pengamalannya dan langkah pertama sebelum mempelajari mantra tersebut.

MENJADI MURID SEORANG GURU

Sebelum mengamalkan suatu mantra yang didapat, seseorang harus menjadi murid sang “guru” dengan persyaratan yang berbeda-beda, sebagai contoh :

Orang tersebut bersedia dan ikhlas menerima mantra;

Memberikan “jikat”[1] kepada tuan guru, seperti contoh ::

 Beras putih bersih 1 gantang;[2]

 Kain putih limo ito;[3]

 Mahar/Tunggu ikat 1 ringgit;

 Sirih pinang lengkap;

 Bunga cempaka putih

 Jeruk nipis 3 buah

 Jeruk purut 3 buah

 Jeruk/limau kunci 3 buah

 Semua alat tersebut diatas diberikan kepada sang guru untuk menerima ilmu mantra yang akan disampaikan.

  

Dok. Pribadi : Wawancara tentang Mantra bersama Alm. Mat Salim Tokoh Adat dan Budaya Kerinci 13 ‎November ‎2018
Dok. Pribadi : Wawancara tentang Mantra bersama Alm. Mat Salim Tokoh Adat dan Budaya Kerinci 13 ‎November ‎2018

MANTRA PEMBERSIHAN DIRI

 Murid diwajibkan mandi sebelum air dilangkahi burung sekitar pukul 4.00 WIB dini hari dengan memakai jeruk/limau yang sudah dipotong dan dimantrai oleh sang guru, mandi di sungai yang mengalir airnya seraya membaca mantra :

 Bismillahirrahmanirrahim

 Haik… bungo alak bungo ali

 Katigo bungo likiang putih

 Bungo idak tau layu 

 Bungo idak tau kupu

 Mandi haq mandi hu

 Mandi Allah dingan aku

 Aku mandi sarto Alloh

 Aku mandi sarto Muhammad

 Aku Cahayo cinak Allah

 Aku cahayo cinok Muhammad

 Mustajab kato guru

 Makbul kato Allah

 Berkat kalimat Laa ila ha illallah[4]

 

 Bismillahirrahmanirrahim

 Wahai bunga alak bunga ali[5]

Yang ketiga bunga likiang putih[6]

 Bunga yang tidak pernah layu

 Bunga yang tidak pernah kufur

 Mandi “haq” mandi “Hu”[7]

 Mandi Allah bersamaku

 Aku mandi bersama Allah

 Aku mandi bersama Muhammad

 Aku bercahaya seperti Allah

 Aku bercahaya seperti Muhammad

 Mujarab kata Guru

 Dikabulkan kata Allah

Berkat La ila ha illallah

 Setelah membaca mantera tersebut lalu sang murid menimpuk air tiga kali dan langsung mandi dengan membersihkan diri dengan jeruk yang sudah dipotong tersebut. Lalu seraya mengusap seluruh badan dari ujung kaki terus keujung kepala seraya membaca mantera.

 Mantera ini berguna untuk kebugaran dan semangat yang tinggi, untuk tidak cepat kelelahan dalam bekerja manteranya ialah :

 Bismillahirrahmanirrahim

 Haik.. naek kau insan darah

 Naek kau insan daging

 Naek kau insan jangat

 Naek kau insan kulit

 Naek kau insan urat

 Naek kau insan tulang

 Naek kau insan utak

 Naek kau insan bnak

 Mako naeklah sagalo insan dalam tubuh badan aku

 Bulan bintang tumbuh diblakang aku

 Mato ahi tumbuh kak muko aku

 Mustajab kato guru

 Makbul kato Allah

 Berkat kalimat Laa ila ha illallah[8]

 

 Bismillahirrahmanirrahim

Wahai… naiklah engkau keberanian dalam darah

 Naiklah engkau keberanian dalam daging

 Naiklah engkau keberanian didalam jangat

 Naiklah engkau keberanian didalam kulit

 Naiklah engkau keberanian didalam urat

 Naiklah engkau keberanian dari dalam tulang

 Naiklah engkau keberanian dari dalam otak

Naiklah engkau keberanian dari dalam benak

Maka naiklah segala keberanian dari dalam jiwaku

 Bulan dan bintang terbit di belakangku

 Matahari tumbuh di wajahku

 Mujarab kata Guru

 Dikabulkan kata Allah

 Berkat La ila ha illallah

  Lalu mandi sampai bersih, dan berwudhuk. Setelah sampai dirumah laksanakan shalat sunat taubat dua rakaat dilanjutkan dengan shalat subuh, begitulah selama tujuh hari kedepannya.

 Setelah tujuh hari, maka mantra dapat di pelajari dan di amalkan dalam kehidupan sehari-hari. Dan ketika seluruh mantra sudah dipelajari, maka sang guru akan memberikan “sertifikat” atau dalam bahasa Kerinci disebut “nyuda/nyuntuk kaji” dengan cara kenduri syukuran ala kadarnya.

Dok Pribadi : Wawancara tentang tradisi lampau dengan masyarakat
Dok Pribadi : Wawancara tentang tradisi lampau dengan masyarakat

MANTRA MENYERU ROH NINIK MOYANG/

PENUNGGU SUATU HUTAN RIMBA RAYA

Kebiasaan orang Kerinci pada zaman dahulu kala ialah memanggil roh ninik moyang untuk memohon petunjuk, meminta obat, menanyakan sesuatu yang berkaitan dengan kehidupan, sakit, kehilangan, dan lain sebagainya. Begitu juga ketika orang Kerinci pergi mencari nafkah kehutan untuk berburu ataupun mencari rezeki lainnya, mereka berdamai dengan alam semesta.

Sebelum memasuki hutan rimba raya, dipintu hutan biasanya orang Kerinci akan meletakkan sirih tiga kapur, rokok tiga batang[1] dan menghidupkan api kemenyan seraya menghamburkan beras kunyit dan membaca mantera :

 

Bismillahirrahmanirrahim

 Hai kayu jarang bersiu jarang bersilo, jarang putih namo ibu kau, jarang putih namo bapak kau, kau menyeru ruh sekalia sakti sekalian keramat untuk nyampaikan pintak pinto aku, kepado Allah, kepada Rasul, kepada Tuhan aku ngan sibenanyo, kepado kayo ngan tuwe ingat kalano sini neh.

 Berkat kayo wali batigo liyam dipuncak gunung marapi, berkat pri dingan mandiri, berkat diwo digunung tinggi.

 Kayo kuseru cpat tibo, kayo kuimbau cpat datang, idak baseru sajo bae, idak barimbau sajo kiyan, ado sihih tigo kapu, ukok ngan tigo batang, mintak dijawat mintak dijapo kupado kayo ngan tuwen ingat kalano sinin, dingan tuwen cincang dingan latih, tuwen imbo dingan mindawo, dingan ngingat ka batang ayie ini. Sulo sili brang itu brang ini, mintak jawat mintak japo sihih tigo kapu ukok tigo batang ini, dikarnokan mintak diingat mintak dikalano siang dingan malam, ptang dingan pagi.

 Kalu ado hulubalang kayo dingan tiuco-uco, tiangah-angah, dingan sibusuk buo salingka dendam, kalu ado duri dingan tajam, tajam mintak tumpun, kalu ado daun kayu dingan biso, biso mintak tawa, karno kami takut dihulubalang kayo itu. Kami mintak dipapah mintak dibimbing kupado kayo ngan tuwen ingat kalano sini neh.

 Snggok itu pumen ngan dapat aku nyampai ka kak kayo sinin, kalu ado kulebih dingan kurang, lewat dingan lampau, ntah ado dingan idak kno seru kno imbau, karno aku idak kutau di tap dingan bilang, tutu dingan tabanonyo, kususun jari sepuluh kutundukkan kapalok yang satu, aku mintak ampun, mintak maaf ngadap pado kayo sini. (taburkan beras kunyit)[2]

 

 Bismillahirrahmanirrahim

 Wahai kayu yang jarang bersiul jarang duduk bersila, Jarang putih nama ibumu, jarang putih nama bapakmu. Kamu menyeru ruh sekalian sakti sekalian keramat untuk menyampaikan permintaan dan permohonanku kepada Allah, kepada Rasul kepada Tuhan aku yang sebenarnya. Kepada tuan sekalian yang menghuni hutan ini.

 Berkat tuan Wali Bertiga yang tinggal dipuncak gunung Kerinci, berkat Peri dan anggotanya, berkat Dewa-dewa di gunung yang tinggi.

 Tuan ku seru marilah cepat kesini, tuan kupanggil marilah cepat datang, tidaklah tuan kuseru sembarangan saja, dan tidak pula tuan ku panggil sia-sia, ini ada Sirih Pinang tiga kapur dan rokok tiga batang, mohon diterima mohon diambil kepada tuan yang menghuni hutan ini. Yang memeliki hukum dan peraturan dalam hutan ini. Yang memiliki hutan yang berdewa-dewi, yang menjaga keselarasan sungai dan alamnya baik dihulu hingga kemuara, maupun daratan sini dan seberang sana, mohon diterima mohon diambil Sirih Pinang tiga kapur dan rokok tiga batang ini dikarenakan kami minta di ingatkan, minta di jaga siang dengan malam, petang dan pagi.

 Jikalau ada hulubalang tuan yang seram (harimau dan binatang buas lainnya) kalau ada duri yang tajam, tajam mohon ditumpulkan, kalau ada dedaunan yang berbisa, bisanya mohon di lumpuhkan. Karena kami sangat takut dengan hulubalang tuan, kami mohon untuk di iringi, di bimbing dan dijaga kepada tuan yang menghuni hutan ini.

 Hanya itulah yang dapat kusampaikan kepada tuan sekalian yang menghuni hutan ini, mungkin dalam penyampaian ku ini ada yang lebih dan kurang, yang terlewatkan dan terdahului, mungkin ada yang tidak kena seru kena panggil, dikarenakan aku ini tidak tahu di bilanganya tuan sekalian, tidak pandai dengan urutan tuan yang tinggal dihutan ini, mungkin ada yang lebih dan kurang, aku susun sepuluh jari dan menundukkan kepala yang satu mohon ampun dan mohon maaf kepada tuan sekalian yang ada disini.

 Setelah menghamburkan beras kunyit, maka mereka akan memasuki hutan dan mencari tempat untuk membuat pondok tempat tinggal sementara. Semuanya ada mantranya, baik untuk berburu rusa, menjangan, kancil, kambing hutan, maupun menangkap ikan disungai yang terdapat dihutan itu.

 

MANTRA BEPERGIAN/PLANGKA[3]

 Ketika mau berangkat meninggalkan kampung halaman atau merantau mengadu nasib ke negeri orang biasanya orang kerinci zaman dahulu memperhatikan langkah “plangka”, dengan mempedomani tanggal maupun hari dan jam. Disini penulis mengambil sebuah contoh berupa plangka bepergian.

 Perhatikan Tanggal Bulan Arab lalu hitunglah searah jarum jam pada tangan:

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi

Keterangan Gambar :

  1. Nasib baik dalam perjalanan; untuk selamat dalam bepergian tanggal yang bagus untuk berangkat adalah tanggal 1, 7, 13, 19,25, 31
  2. Mudah Mencari rezeki yaitu hari yang dinanti oleh para pencari pekerjaan, yaitu jatuh pada tanggal 2, 8, 14, 20, 26
  3. Naas yang amat besar/paling besar, yaitu tanggal yang harus dihindari untuk bepergian, memulai suatu pekerjaan, yaitu jatuh pada tanggal 3, 9, 15, 21, 27 karena biasanya akan mengalami kerugian, musibah, dan penuh kesialan.
  4. Berlaba besar; yaitu salah satu hari yang dinanti oleh pedagang untuk memulai jualannya agar mendapat laba yang besar yaitu jatuh pada tanggal 4, 10, 16, 22, 28
  5. Was-was/berganda hati; hari ini semua aktivitas penuh keraguan dan kurang optimis untuk memulai suatu kegiatan, yaitu jatuh pada tanggal 5, 11, 17, 23, 29
  6. Berjinak-jinakkan/tertolak maksud; yaitu hari dimana seluruh rencana sering mengalami kegagalan, yaitu jatuh pada tanggal 6, 12, 18, 24, 30

Setelah mendapat jadwal berangkat untuk memulai suatu kegiatan Perhatikan pula Plangka waktu/jam yang bagus untuk berangkat :

Jam berangkat yang bagus untuk siang hari

Ahad

7

8

10

12

14

Senin

7

9

11

14

16

Selasa

8

9

11

13

16

Rabu

8

10

13

15

17

Kamis

7

10

12

14

16

Jum’at

7

9

11

14

16

Sabtu

8

10

11

13

15

Jam berangkat yang bagus untuk malam hari

Ahad

20

22

24

1

3

Senin

19

21

22

24

2

Selasa

21

23

1

2

4

Rabu

20

23

1

3

-

Kamis

19

21

24

2

4

Jum’at

20

22

24

3

-

Sabtu

21

23

1

3

4

Bepergian untuk bertemu dengan orang, baik orang besar, maupun tujuan menagih hutang (negosiasi) dengan pihak lain, maka perhatikan pula plangka dibawah ini dengan tetap berpedoman pada bulan dan tanggal hijriyah dengan hitungan putarnya berlawanan dengan jarum jam:

dok. pribadi
dok. pribadi

 

Keterangan : Kita berada di lingkaran luar dan orang yang akan kita temui berada dalam lingkaran dalam. Apabila kita utuh berkepala dan orang utuh berkepala maka sama-sama kuat, dan adu argumen akan terjadi, apalagi untuk menagih hutang, orangnya akan keras kepala. Namun sebaliknya apabila kita utuh berkepala musuh/orang yang kita temui tidak utuh berkepala maka kita yang kuat, begitu pula sebaliknya jika orang utuh berkepala kita tidak utuh, maka orang tersebut yang kuat daripada kita.[1]

Endus nafas di lubang hidung dengan jari. Bila kuat nafas yang keluar dari lubang kanan berarti langkah Allah, bila kuat nafas dari lubang hidung sebelah kiri berarti langkah Muhammad.

 Langkah Allah :

 Tatap langit keatas, 

 hentakkan kaki tiga kali, lalu di baca mantra :

 Bismillahirrahmanirrahim

 Wujud aku Allah, Nur Allah meliputi diri aku

 Hai Bumi ibuku, Langit Bapoku

 Kuserahkan diriku kepada Allah

 Berkat La Ila Ha Illallah

 

 

 Langkah Muhammad :

 Tatap langit keatas, 

 hentakkan kaki tiga kali, lalu di baca mantra :

 Bismillahirrahmanirrahim

 Wujud aku Muhammad, Nur Muhammad meliputi diri aku

 Hai Bumi ibuku, Langit Bapoku

 Kuserahkan diriku kepada Allah

 Berkat La Ila Ha Illallah

  

Lalu melangkah dengan kaki kanan seraya membaca mantera :

 “Bismillahirrahmanirrahim

 Hai jiriji putih galigo putih

 Linggang muhammad

 Muh dulu muncari labo 

 Aku munurut dari blakang

 Mustajab kato guru

 Makbul kato Allah 

 Berkat La ila ha illallah”[2]

 

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,

 Wahai mantra yang putih dan riwayatku yang putih

 Dalam pengawasan Muhammad

 Ayo dahulu mencari keuntungan

 Saya mengikuti dari belakang

 Sembuh kata Guru

 Dikabulkan kata Allah

 Berkat La ila ha illallah

 Menurut pendapat penulis, mantra ini lahir dengan keyakinan dan keikhlasan si pembuat mantra. Agar seseorang mempunyai sikap optimis dalam perjalanan, otomatis aura tubuhnya sendiri akan mengeluarkan sikap dan perilaku yang lebih kuat, karena keyakinan dan kemantapan jiwanya percaya dengan mantra yang diucapkannya.

 Pantangannya ialah, apabila ada barang yang tertinggal dirumah kita tidak boleh menjemputnya kembali kebelakang, tetapi disuruh orang lain untuk menjemputnya.

MANTRA PEMANGGILAN ROH NINIK MOYANG

Kepercayaan akan roh ninik moyang sudah ada sejak zaman dahulu kala, baik dalam agama kepercayaan (aninisme, dinamisme), agama Hindu, agama Budha, dan lain sebagainya.

Terkadang ketika seseorang mengalami sakit yang begitu parah, setelah berbagai macam media secara medis dilakukan, namun tidak kunjung sembuh, atau seseorang yang teraniaya di rantau orang, mereka “menyeru” roh ninik moyangnya untuk memberikan pertolongan.

Begitupun ditanah Kerinci yang mayoritas beragama Islam, namun kepercayaan terhadap arwah ninik moyang masih kental disebagian daerahnya. Bahkan ritual sesajian, “palaho” masih dilaksanakan.

Dibawah ini penulis menyajikan sebuah mantra untuk memanggil arwah ninik moyang yang sering dipakai di Kerinci. Namun terlebih dahulu harus diketahui, dari suku mana (di Kerinci Luhah dan Kalbu) dia berasal.

Karena Kerinci menganut sistim matrilinial[1] maka leluhur dari Pihak Ibu harus kita ketahui. Dalam hal ini penulis mengambil contoh dari Luhah Temenggung kalbu Rajo Simpan Bumi Siulak Gedang, dibacakan dengan irama “Nyaro”[2]

 

Bismillahirrahmanirrahim

 

Haiiiiiihhh….  kayu jarang barsiu… jarang basilo…., jarang putih… namo ibu kau….., jarang putih neh namo bapak kau….., haiih….kau menyeru ruh sikalian sakti… kau munyeru ruh sikalian kuramat…. untuk nyampaikan pintak pinto aku….., pado Allah, kupada Rasul…, pado Tuhan aku ngan si..benanyo, pado kayo ngan tuwen ingat kulano sini….

 

Haiih…. Berkat kayo neh wali ngan butigo…. liyam dipuncak gunung marapi…. berkat pri neh dingan mandiri…., berkat diwo digunung ngan tinggi. Berkat kayo nih ninek Tamenggung… ninek tamenggung neh tigo sudaro… tigo sakanti neh tigo sadiring…. Berkat kayo ninek Tamenggung Adil kayo… duo ninek Tamenggung Adil Bicaro…. Tigo Tamenggung nih Rio Bayan Putih… dingan butempat neh dipasambe indah… pasambe indah Pasaguh lah Agung… berkat Kayo ninek Rajo Simpan Bumi… Rajo Simpan neh Bumi Ajo ga…. Ajo Ga ninek kuramat ngan kuramat… dibutempat lah di dusun jambu alo… dibutapak neh lahdi rumha gedang kito… umah gedang neh dipasusun kito…

 

Haeiiiihhh…… Kayo kuseru nih tibo cpat tibo, kayo kuimbau neh datang cpat datang…., idak baseru neh seru sajo bae, idak barimbau aeh rimbau sajo kiyan, ado sihih guru kapu tigo kapu…. , ado ukok guru dingan tigo batang…, mintak jawat guru mintak lah dijapo…. pado kayo guru dingan kno seru… pado kayo guru dingan kno imbau….dikarno guru mintak lah diingat… dikareno guru  mintak dikalano… papah bimbing guru siang dingan malam, papah bimbing guru ptang dingan pagi…..

 

Haeiih…. Tabik guru neh diburibu tabik…. Mintak ampun guru siyo mintak ampun…. Ntah alat guru genap idak genap…. Ntah alat guru cukut idak cukut….. jangan guru latang dero dimundero… jangan guru aeh datang nak mengih…. Ini siyo guru kno alah ucap…. Siyo ini guru kno alah sayo…. Sayo anak buah guru anak punakan…. Mintak guru aeh latang lah nian…. Kibak guru alah hulubalang kayo…. Hulubalang guru dingan lah garang… siyo takut ladi hulubalang kayo…. Mintak kiba guru hulubalang kayo…. Latang guru nian dingan lah bna…. Latang guru nian dingan lah btu…. Luhuh-luhuh guru ngayun ka langkah… luhuh-luhuh guru nunjuk ka kami… 

 Haiiih….. ini guru sirih dipu ala ngucap…. Ini guru sihih dipu alah nyayo…

 Mintak jawat guru mintak lahdi japo… bagih jugo guru kato gok sipatah… imak snang hati anak alah buah…. Imak snang ati anak dipunakan…..

  

Bismillahirrahmanirrahim

 Wahai kayu yang jarang bersiul jarang duduk bersila, Jarang putih nama ibumu, jarang putih nama bapakmu. Kamu menyeru ruh sekalian sakti sekalian keramat untuk menyampaikan permintaan dan permohonanku kepada Allah, kepada Rasul kepada Tuhan aku yang sebenarnya. Kepada tuan sekalian yang menghuni hutan ini.

 Berkat tuan Wali Bertiga yang tinggal dipuncak gunung Kerinci, berkat Peri dan anggotanya, berkat Dewa-dewa di gunung yang tinggi. Berkat tuan leluhurku temenggung tiga bersaudara, yang pertama temenggung Adil Kay kedua temenggung adil bicara ketiga temenggung rio bayan putih yang bertempat di pasambe indah pasuguh agung. Berkat leluhurku raja simpan bumi ajo ga. Ajo ga leluhur yang keramat  yang bertempat di dusun jambu alo, tinggal dirumah gedang pasusun, rumah gedang kita.

 Haiih… tuan kuseru cepatlah datang tuan kupanggil cepatlah sampai, bukan berseru asal-asalan, bukan memanggil sembarangan saja, ada sirih tiga kapur rokok tiga batang, mohon diambil guru kepada semua tuan yang kupanggil, dikarenakan mohon didampingi mohon disayangi, siang dan malam petang dan pagi.

 Heiiih… ampun guru beribu kali ampun, mungkin alat saya tidak cukup tidak genap, jangan sampai kekurangan ini membuat guru marah dan merajuk. Ini saya disuruh dan diamanatkan untuk memanggil tuan, mohon tuan datang dengan sebenarnya tuan, jangan biarkan hulubalang tuan datang menjelma, karena saya takut dengan mereka. Lurus-lurus tuan datang menghampiri saya, betul-betul tuan yang datang, jangan biarkan hulubalang menjelma.

 Haiiiih… guru ini sirih dan pinang sebagai ganti ucapan anak cucu untuk memanggil tuan, mohon guru terima dan bicaralah walau sepatah kata agar senang rasanya hati anak cucu anak kemenakan

 Setelah hadir/menjelma roh leluhur didalam tubuh si penyeru, maka akan diadakan lah tanya jawab yang diinginkan selama yang diperlukan. Setelah itu si penyeru akan menghaturkan sembah dengan membaca mantra :

 Haiiih…. Berkat kayo sado ngan kno seru sado ngan kno imbau, ntah ado ngan idak kno seru idak kno imbau, ntah ado alat ku cukut idak cukut, ntah ado alat ku gnap idak gnap, ntah ado ngan lulu jadi kanian, aku idak kutau di tap dingan bilengnyo, idak kutau di tutu dingan tabanonyo, jangan kayo jadi ajuk jadi mengih, minin kususun jahi ngan sapuluh, kutunduk kan kapalok ngan satu yo mintak maaf baribu kali maaf mintak ampun baribu kali ampun kupadi kayo. (lalu sipenyeru menghamburkan beras kunyit)

 Heiiih… berkat tuan semuanya yang kena seru kena panggil, mungkin ada yang tidak kena seru kena panggil, mungkin ada alat saya yang tidak genap tidak cukup, mungkin ada yang dahulu jadi terakhir, aku tidak tahu bilangannya dan tidak tahu urutannya, jangan tuan datang memarahi kami, jangan pula tuan merajuk, sekarang saya susun jari yang sepuluh menundukkan kepala yang satu menghadap tuan guru tolong beri maaf dan pengampunan.

 

Kerinci memiliki banyak tradisi dan kebudayaan, tradisi mantra ini sudah jarang kita temukan para pelakunya, namun masih ada sebagian orang yang menggunakannya. Tetapi bagi penulis, terlepas dari "khasiatnya" mantra ini merupakan bagian dari sastra lama yang perlu di teliti dan dikaji ulang sebagai bahan edukasi bagi gennerasi berikutnya.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun