Mohon tunggu...
Muhammad Izdihar Fikri
Muhammad Izdihar Fikri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Tanjungpura Pontianak

Tomorrow is a secret

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mendapatkan Bantuan Namun Malah Semakin Mempersulit Kehidupan Mereka

20 Agustus 2023   21:00 Diperbarui: 20 Agustus 2023   22:58 475
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di tengah gemuruh kehidupan di kota pontianak, terdapat kisah keluarga yang tengah berjuang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Keluarga ini tinggal di Kecamatan Parittokaya, di alamat RT. 1 RW. 9. Dengan beranggkotakan 4 orang.

Kepala keluarga, Bapak Rian, bersama istrinya Gita Fitra Pitaloka, dan dua anak mereka yang masih kecil yang masing-masing berumur 4 tahun dan 1 tahun, mereka menjalani kehidupan dengan pendapatan yang terbatas. Dengan usia suami 24 tahun dan istri 25 tahun, keduanya hanya memiliki pendidikan terbatas, dengan suami hanya menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama dan istri hanya menempuh pendidikan di Sekolah Dasar.

Keluarga ini mengandalkan penghasilan harian Bapak Rian dari pekerjaannya di sebuah warung di Jalan Penjara dekat Bakso Pak Sabar. Bapak Rian bekerja sebagai tukang masak, pelayan, dan pengantar pesanan. Meski pendapatan per harinya mencapai Rp. 60.000, atau sekitar Rp. 1.800.000 per bulan jika bekerja setiap hari, kehidupan sehari-hari tetap menjadi tantangan, terutama setelah keluarga ini mendapatkan program bantuan bedah rumah.

Gita Fitra Pitaloka, sang istri, berperan sebagai ibu rumah tangga. Meskipun usahanya untuk mengelola uang Rp. 40.000 yang diberikan oleh suaminya setiap harinya sudah maksimal, pengeluaran terbesar tetap terkait dengan kebutuhan rumah dan belanja jajan untuk kedua anak mereka. 

Dalam sebulan keluarga Rian biasanya menghabiskan 2 tabung gas 3kg dan saat membeli gas, maka mereka tidak akan makan nasi dan menggantinya dengan mie karena tidak cukupnya uang yang mereka miliki. Kemudian jika saat membeli beras, mereka hanya membeli sebanyak 1kg saja seharga Rp 11.000 / Rp. 12.000 tergantung harga dipasar dan membeli telur juga sebagai lauknya dan untuk Jajan anak biasanya sebanyak Rp 1.000-2.000 saja untuk memenuhi keinginannya yang paling besar agar ia senang.

Rumah yang dihuni oleh Keluarga Bapak Rian merupakan bukan miliknya sendiri melainkan milik ibu dari istrinya Pak Rian. Meskipun begitu, rumah tersebut tidaklah cukup untuk bisa dikatakan sebagai rumah yang layak untuk dihuni, dikarenakan kayu-kayu yang menyanggah rumah tersebut sudah terlihat tidak kuat untuk menopang lagi bangunan tersebut dan juga disaat kita berjalan dalam rumah tersebut lantai papannya akan bergoyang-goyang karena sudah lapuk dan keropos

Dokumentasi Pribadi
Dokumentasi Pribadi

Meskipun begitu, tantangan keluarga ini tidak hanya terbatas pada aspek ekonomi. Anak mereka yang paling kecil, usianya satu tahun, menderita alergi terhadap telur dan mie instan. Kondisi ini membuatnya mengalami ruam-ruam merah gatal yang memicu rasa tidak nyaman dan mengganggu aktivitas sehari-hari. Meski ada obat yang membantu, keterbatasan finansial membuat mereka terpaksa memberikan makanan yang memicu alergi ini, memperburuk kondisi anak.

Sumber air minum yang dipergunakan dirumah Bapak Rian adalah air hujan hasil menampung menggunakan tempayan dan air galon jika tidak ada air hujan sama sekali. Kemudian air untuk keperluan lainnya seperti mandi, mencuci, dsb menggunakan air sumur. Tempat mandi yang mereka pergunakan adalah wc/kamar sendiri yang berada di bagian belakang rumah. Untuk tempat BABnya sendiri mereka menumpang di rumah keluarganya yang kebetulan berada tepat disamping rumahnya.

Bantuan bahan bangunan senilai Rp. 20.000.000 dari program bedah rumah telah menjadi angin segar bagi keluarga ini. Meskipun harus membayar sejumlah dana awal dan melibatkan Bapak Rian dalam proses pembangunan, mereka memiliki harapan baru untuk memiliki tempat tinggal yang lebih layak. Dana bantuan tersebut digunakan untuk beli bahan bangunan secara bertahap dan diambil langsung oleh Bapak Rian yang dibayarkan oleh pemerintah. Dana yang diterma tersebut dibagi jadi Rp.17.500.000 untuk bahan dan Rp.2.500.000 untuk tukang.

Namun, proses pembangunan rumah tidak berjalan semulus yang diharapkan, dikarenakan adanya beberapa kendala yang dihadapi serta kurangnya dana bantuan yang diterima untuk membangun kembali rumah mereka. Sehingga Setelah hampir tiga bulan, rumah tersebut baru mencapai tahap kerangka luar saja. Pekerjaan rumah sebagian besar dilakukan oleh Bapak Rian, yang mengurangi pendapatannya karena harus absen bekerja untuk mengurus pembangunan rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun