Mohon tunggu...
Muhammad Zamzami
Muhammad Zamzami Mohon Tunggu... Supir - Mahasiswa Uin Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Ushuluddin dan pemikiran Islam

seorang yang introvert tapi terinspirasi Thomas Shelby

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Haruskah Kita Mengenal Diri Sendiri?

7 Juni 2022   14:09 Diperbarui: 7 Juni 2022   14:16 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kita sebagai manusia digambarkan dalam islam sebagai makhluk yang utuh/sempurna dibanding dengan makhluk lain yang Allah SWT ciptakan dimuka bumi. 

Tentu dengan keistimewaan itu manusia mendapatkan kelebihan yaitu berupa mandat sebagai Khalifah di bumi. Akan tetapi dibalik  keistimewaan yang Tuhan anugerahkan  itu terdapat sisi buruknya, seperti dalam Al Qur'an Surat Al-baqarah ayat 30 malaikat menyinggung tentang manusia diciptakan Allah untuk menjadi Khalifah di muka bumi, para malaikat menolak manusia dijadikan sebagai khalifah karena manusia hanya dapat melakukan kerusakan saja.  

Hal itu terbukti adanya sejak manusia menginjakkan kaki di muka bumi, yang mana kita tahu bahwa Qabil putra Adam melakukan tindak kekerasan pertama dimuka bumi berupa pembunuhan terhadap saudaranya sendiri yaitu Habil. 

Kejadian tersebut berakar sampai sekarang ini yang kita tahu manusia di berbagai negara, suku, agama, ras dan budaya banyak melakukan kekerasan. Demikian itu seakan-akan menjadi fitrah (Human Nature) manusia yang tidak bisa dilepaskan.

Tentu keberadaan manusia di muka bumi perlu dikaji lebih dalam lagi bagaimana ia bisa dijadikan sebagai makhluk pilihan diantara makhluk lainnya. Tentu hal tersebut menimbulkan banyak pendapat dari para ilmuwan baik dari ilmuwan muslim maupun non muslim, kita sebut saja Sigmund Freud dengan konsep Psikoanalisisnya. Freud berbicara mengenai kepribadian manusia khususnya dari dari struktur, dinamika dan perkembangannya.

Kemudain ada Al-Ghazali dengan konsep Psikosufistiknya yang mendasarkan manusia untuk mengenal/menganalisis dirinya. Al-Ghazali mengembangkan kosep kejiwaan (al-nafs) sebagai dasar untuk menuju (al-ghayah) yaitu mengenal Allah. Sedikit berbeda dengan Freud, Al Ghazali memadukan dengan unsur ruh (spiritual) di dalamnya.

Selain Sigmund Freud dan Al-Ghazali ada juga Martin Heidegger dengan konsep Manusia Sebagai Dasein (ada-di-sana). Heidegger menyampaikan bahwa untuk memahami "Ada" terlebih dahulu memahami yang memikirkan "Ada", yaitu manusia. 

Satu-satunya yang dapat memikirkannya hanyalah manusia melalui tindak kesadaran yang penuh. Artinya, manusia menyadari keberadaannya. Berbeda dengan hewan yang tidak mempunyai kesadaran penuh, hewan tidak menyadari keberadaannya di dalam dunia dan untuk apa dia ada di dunia.

Manusia menurut Heidegger adalah Dasein (Ada-di-sana). Manusia Ada-di-sana, yang berarti ada-di-dalam-dunia (Being-in-the-world). Manusia terlempar di dunia tanpa memilih dan manusia selalu berada pada suatu sejarah. Dengan kata lain, manusia adalah makhluk yang menyejarah, karena manusia secara struktur ontologisnya Ada-dalam-dunia.

Dasein mempersoalkan makna "Ada"nya. Artinya, Dasein memberi pemaknaan pada Ada. Contohnya, ketika anda berhadapan dengan sebuah gitar, maka akan timbul sebuah pemaknaan bahwa gitar adalah alat untuk bermusik, hiasan, dan aktifitas musik lainnya. 

Heidegger dalam konsepnya mengenai Dasein, memperlihatkan sesuatu yang sangat berharga dalam mengkhayati ada-dalam-dunia (Being-in-the-world). Manusia tercipta di dunia tanpa memilih, sebuah faktisitas (alasan dan tujuan tidak dapat diketahui dengan jelas oleh manusia itu sendiri)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun