Kamis mendung [07.58 Waktu Pangkalan di Indonesia]
Hai!
Aku kembali! Apa kabarmu setelah duapuluh tahun? Atau nyaris menyentuh tiga puluh tahun? Jejangan rambutmu pun memutih?
Rambutku baru sebagian yang berganti warna. Uban itu, tak perlu kusembunyikan. Biarlah! Bilang temanku, itu pertanda baik. Beralih dari dunia hitam ke dunia putih. Lumayanlah, walau baru sebatas rambut yang berpindah. Haha...
Berdasarkan Ngupikologi, seharusnya, dirimu lebih tua. Alasanku? Saudaraku yang paling tua, juga sering menulis diari. Beberapa kali kubaca secara sembunyi. Sekarang mempunyai lima orang cucu!
Hayuk ngaku!
Tapi tenang saja. Tua itu hanya urusan angka di usia, atau rapuh dan kokoh raga. Hati serta pikiran tak pernah tua, kan? Entahlah, kalau tentang ingatan dan kenangan. Ahaaay...
Setidaknya, tak semua orang pernah dan sempat mengalami tua. Sebab, tua bukan pilihan, tapi jarak perjalanan kehidupan.
Pemuisi legendaris Chairil Anwar terhenti di angka tiga puluhan. Penyanyi favoritku, Nike Ardilla, di awal dua puluhan. Musisi Jimi Hendrixs, Jim Morison bahkan Kurt Cobain tak sempat meniup lilin angka tiga dan nol yang tertancap di kue ulang tahun.
Sengaja kupilih nama-nama itu, agar kau ingat! Aku bisa saja mengulang kisah tentang saudaraku, teman sekolahku atau anak temanku. Mereka pergi, sebelum sempat menginjak tua. Tapi tak mau kuulang cerita, akan mengorek luka lama.
Jadi, jangan marah, jika kusapa tua!
Anggaplah hari ini, kita gencatan senjata. Dan, baru hitungan minggu tak bertemu. Cara termudah, kita mulai menghitung dari tahun baru! Sepakat, ya?