Alam banyak mengajarkan filosofi kehidupan bagi manusia. Yang kemudian diterjemahkan dengan berbagai teori. Semisal, tentang Ilmu Padi bahwa semakin tua, semakin merunduk.
 Hal itu, bisa dimaknai semakin tinggi kemampuan dan pengetahuan seseorang, tak mebuatnya sombong dan angkuh. Namun juga semakin ia merendahkan dirinya.
Namun, dapat juga diartikan, bahwa semakin tinggi keilmuan seseorang atau jabatan seseorang, idealnya semakin mudah dimengerti dan difahami bahasa ujaran, penjelasan atau pemikirannya.
Sehingga sesudah suatu keputusan atau kebijakan diambil, orang tersebut memiliki kemampuan untuk memaparkannya, dengan menggunakan bahasa yang sederhana, serta dapat dilakukan dengan tujuan dan manfaat untuk bersama.
Jadi, seorang publik figur. Apatah itu pemimpin, akademisi atau sesiapa pun yang bisa mempengaruhi orang banyak, Kukira sebaiknya memiliki kemampuan itu, dikenal dengan istilah Kemampuan Menjual Ide (Having an ability to sell ideas)
Di era digital, dengan arus informasi yang menyebar dan mengular dalam hitungan perdetik. Maka bagi tokoh atau pejabat publik, kemampuan menjual dan menjelaskan ide menjadi hal penting yang mesti dimiliki.
Jika dulu, teman-teman pemburu berita cukup dengan menghadiri konferensi pers atau mendapatkan pers release untuk suatu berita, sekarang melakukan perburuan dengan makna sebenarnya, dengan mengejar narasumber utama.
Bila saja saat berbicara, keliru memilih kata atau tak tuntas berbicara. Maka isi dari pembicaraan akan menghadirkan ragam penafsiran. Tak jarang, kemudian menjadi isu kontroversial, memicu terjadinya pro-kontra di ruang publik hingga menciptakan polemik. Tak hanya di dunia nyata, namun juga merambah dunia maya. Iya, kan?
Kukira, Hal itu difahami oleh Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, yang dilansir liputan6.com. Coba kita simak ujaran Gubernur yang biasa disapa Kang Emil itu.
"Saya amati secara teori filosofi, manusia menganggap alam sebagai suporting system bukan partner. Jadi alam boleh dirusak, boleh ditebang untuk eksistensi manusia. Itu pikiran keliru!"