Mohon tunggu...
zaldy chan
zaldy chan Mohon Tunggu... Administrasi - ASN (Apapun Sing penting Nulis)

cintaku tersisa sedikit. tapi cukup untuk seumur hidupmu

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengenang Dwi Koen, Pencipta "Panji Koming" Si Penangkap Kebisingan dalam Sunyi

25 Agustus 2019   12:52 Diperbarui: 25 Agustus 2019   17:26 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto : https://intisari.grid.id

Kamis, 22 Agustus 2019. Pukul 03.14 Dini hari. Di Rumah Sakit Premier Bintaro Tangerang Selatan, Kartunis Dwi Koendoro menghembuskan nafas terakhir pada usia 78 tahun. 

Kamis sore, sosok yang lebih dikenal sebagai pencipta strip komik Panji Koming tersebut, telah dimakamkan di Pemakaman Umum Tanah Kusir Jakarta.

Hingga saat kutulis artikel ini, pada hari ketiga sejak kepergian sosok yang bisa disapa Dwi Koen atau DeKa, dengan menggunakan fasilitas pencarian artikel, aku hanya menemukan 4 artikel di Kompasiana dalam interval 8 tahun, yang mengulik dan menyigi tentang Dwi Koen atau Panji Koming.

Aku urut mulai dari yang terlama, ya? Pertama, Kompasianer Jemie Simatupang (Tayang pada kanal catatan, 24 Januari 2011) dengan judul artikel "Dwi Koen, Panji Koming [85-86] dan Pemberontakan". 

Kedua, Muhammad Wislan Arif (Tayang pada kanal humor, 05 September 2011) dengan judul artikel "Politik Cartoon-Panji Koming Mengirim Surat, ada Timun dan Sukribo [Features-44]". 

Ketiga, Andi Kurniawan (Tayang pada sosbud, 02 Maret 2015) dengan judul artikel "Panji Koming, Di Manakah Kau?" dan Keempat, yang terbaru oleh Roikan (Tayang pada kanal Sosbud, 08 Maret 2019) artikel berjudul "Referensi Buku Kartun(1) : Menakar Panji Koming".

Sebagaimana "kebiasaan" keluarga besar Kompasianer jika ada tokoh yang berpengaruh pergi. Jika kuanggap Kompasiana adalah Indonesia Mini, yang menangkap "kebisingan" aneka peristiwa dan fenomena anak negeri di ranah literasi digital. Adakah Indonesia kehilangan sosok Dwi Koen? Semoga aku saja yang lebay, ya?

sumber foto : https://hot.detik.com
sumber foto : https://hot.detik.com

Awal perkenalan dengan Panji Koming dan Sekilas Dwi Koen dan Karyanya
Aku mengenal Dwi Koen dari karyanya di Harian Kompas Minggu. Semasa sekolah dasar, aku mengenal Tabloid Bola yang menjadi sisipan Kompas terbitan Jum'at. Maka Dwi Koen dengan Panji Koming hadir pada hari minggu. 

Saat itu, aku tak mengerti makna gambar komik yang berlatar kerajaan dengan corak hitam putih serta sedikit tulisan. Aku lebih tertarik menaklukkan kolom kosong TTS yang mendatar dan menurun.

Seiring berjalan waktu, saat kuliah dan di era reformasi. Komik Panji Koming menjadi "asupan gizi" untuk bahan diskusi. Lontaran kritik sosial politik terhadap pemerintah dan fenomena sosial, disajikan dengan humor yang sarkastik. 

Hingga beberapa teman, menyadur cara itu dan ditempelkan secara acak di dinding-dinding kampus. Kukira lebih efektif, dibandingkan membuat selebaran atau stensilan dengan banyak kalimat.

Dwi Koendoro Brotoatmojo nama lengkap Dwi Koen, Lahir di Banjar Jawa Barat (13 Mei 1941), melalui pendidikan dasar di Bandung, SMP di Surabaya, dan sempat mengenyam pendidikan di Akademi Seni Rupa Indonesia Yogyakarta. 

Dia memulai karier sebagai ilustrator di beberapa koran harian serta penerbitan, juga dunia pertelevisian di Yogyakarta.

Dwi Koen menikah dengan Hurian Dewasih (1969) dan dikaruniai 3 orang anak yaitu Wahyu Ichwandardi, Waluyo Ichwandiardono, dan Alfi Ichwandito. 

Kendati Dwi Koen membebaskan ketiga anaknya untuk memilih bidang yang disukai. Sekarang, ketiga anaknya juga bekerja di media. Mengikuti sang ayah, di dunia ilustrasi dan gambar.

Sejak 1976, Dwi Koen bergabung sebagai karyawan tata artistik dan ilustrator di PT Kompas Gramedia hingga terakhir menjadi staf redaksi harian Kompas. Tak hanya bidang ilustrasi, Dwi Koen juga menjamah film. 

Film animasinya pernah mendapat penghargaan Internasional Animation Festival Hiroshima (1984), Piala Citra kategori Film Dokumenter (1981) juga film iklan 1976. Selain itu, dia juga aktif di organisasi profesi semisal Asosiasi Animasi Indonesia.

Sumber foto : https://intisari.grid.id/
Sumber foto : https://intisari.grid.id/

Panji Koming : Berawal dari Pekerjaan Sambilan, Kritik Humor, Karakter Prangko Indonesia, dan Menjadi Kajian Ilmiah
Panji Koming, hanya salah satu dari banyak karya Dwi Koen, semisal Om Pasikom, Sawung Kampret. Versiku, sosok unik yang tergambar dari komik Panji Koming dan aneka karakter di dalamnya, yang memancangkan nama Dwi Koen tak hanya nasional, tapi juga dunia. 

Pada Tahun 1999, karakter Panji Koming terpilih menjadi gambar prangko Indonesia.

Komik Strip Panji Koming pertama kali hadir di surat kabar Kompas edisi Minggu 14 Oktober 1979. Kata "Koming" selain singkatan dari "Kompas Minggu" juga berarti "Bingung" atau "Gila". Diciptakan atas sasaran dari Kartunis senior G.M. Sidharta.

Meski berlatar belakang kerajaan Majapahit (acapkali dimaknai sebagai simbol Negara Indonesia), melalui Panji Koming, Dwi Koen sering mengangkat tema-tema aktual di Indonesia masa kini. 

Jangan marah, jika dalam sebuah wawancara dengan Seno Gumira Ajidarma, Dwi Koen menyatakan awalnya, pembuatan komik itu dikerjakan sambilan.

Setidaknya, ada 6 tokoh yang berseliweran di komik ini. Panji Koming sebagai tokoh utama, digambarkan sebagai pemuda yang lugu juga peragu, Ni Woro Ciblon sang kekasih yang cantik, sabar, dan pendiam, Pailul sahabat setia yang konyol dan terbuka serta Ni Dyah Gembili kekasih Pailul, dengan karakter perempuan gemuk dan suka terus terang.

Dinamika 4 tokoh itu dengan tema yang diangkat, melibatkan Mbah sosok putih berjenggot panjang, sebagai ahli spiritual dan Denmas Arya Kendor, sosok birokrat gila hormat dan gila jabatan yang acapkali dijadikan "papan pantul" kritikan juga lelucon sang komikus.

dumber foto : https://ceknricek.com
dumber foto : https://ceknricek.com

Menurut Seno Gumira Ajidarma, Kartun seperti Panji Koming tak hanya menyajikan dagelan yang sekadar humor untuk memancing tawa. Tapi memiliki dimensi serius. 

Bukan sekadar gambar dan teks, namun juga menyerempet bahaya yang bisa ditafsirkan sebagai pelecehan. Bagi siapapun, terhadap pelecehan bisa menjadi sensitif. Maka, kartunis adalah profesi riskan yang harus dihargai lebih dari sekadar tukang melucu.

Dari semula keberadaannya, Panji Koming adalah komik kritik. Dwi Koen secara cerdas melakukan itu kepada penguasa negara yang diwakili pemerintah juga kepada masyarakat yang mewakili bangsa. Sikap kritis yang menjadi kontribusi sosial sebagai pilar keempat demokrasi.

Keseriusan kritik sosial dan politik yang dimuat dalam Panji Koming, bahkan acapkali menjadi bahan penelitian ilmiah bidang ilmu humaniora. 

Silahkan telusuri di Mbah Google, ya? Kenapa Panji Koming dan bukan yang lain? 

Seno Gumira memberikan dua alasan logis. Pertama, komik Panji Koming tak hanya kritis tapi keras. Kedua, termuat di Harian Kompas yang beredar luas.

sumber gambar : https://ceknricek.com
sumber gambar : https://ceknricek.com

Menanti Karya Komikus seperti Panji Koming, walaupun dengan Cara dan Gaya Berbeda.
Dwi Koen, menyelesaikan tugas dan tanggung jawab sosialnya sebagai manusia dengan karya yang mewarnai perjalanan bangsa dan negara. Panji Koming kukira tak akan berhenti karena beberapa tahun terakhir pun telah dilakukan regenerasi itu.

Mungkin gegara kurang update, aku berharap akan ada sosok legenda seperti Dwi Koen yang melalui karya, mengkritisi secara lugas dan cerdas. 

Bukan sajian aneka karya bak lontaran peluru nyasar, tapi ikan yang menemui kolamnya. Bukan aneka kritik yang memecah keutuhan, namun penangkap kebisingan dalam sunyi.

Selamat jalan Dwi Koen. Aku mengenangmu dengan karya-karyamu

Curup, 25.08.2019

Zaldychan

[ditulis untuk Kompasiana]

Taman baca

Wikipedia, PDAT, Intisari 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun