Dzuhur sudah sejak tadi. Tradisi di kampung Amak, pasti ada bangku panjang di setiap depan rumah. Untuk bercengkrama termasuk rumah gadang. Aku duduk di sebelah Ayah Gaek, di bangku panjang. Berkisah tentang kabar keluarga di Curup, kuliahku juga kondisi terbaru di kampung.
Kau di dalam. Di kelilingi perempuan anggota rumah gadang. Duduk di sebelah Amak Gaek. Bukan aku yang mengenalkanmu tapi Tek Wirda. Aku tak tahu yang dibicarakan. Tapi aku tahu. Sesekali, matamu menatapku. Kukira kau sudah pernah tahu caraku. Saat pertama, kau kuajak kerumah. Akan kubiarkan kau mencari caramu.
Tak lama. Beberapa orang keluar dari rumah. Kulihat kau dan Tek Wirda sibuk di dalam. Terdengar suara Amak Gaek, menyebut namaku mengajak makan. Kutatap Ayah Gaek.
"Makan, Yah?"
"Masih kenyang. Tadi sarapan ketan sama pisang goreng!"
"Makan nasi belum, kan?"
"Nanti saja! Ajak si Upik makan!"
"Namanya Nunik, Yah!"
"Haha..."
"Jadi, Ayah belum makan sekarang?"