Sudah lewati jam delapan malam. Dua belas jam hari itu. Kau dan aku bersama. Tak lagi ada gerimis. Dan tak lagi ada tangis. Kau masih bersandar. Di bangku kayu memandangku.
"Mas mau pulang?"
Kucoba baca wajahmu. Meraba resahmu. Aku tersenyum. Kopiku tersisa sedikit, kureguk habis. Kau berdiri. Tak bersuara dan lenyap di balik pintu. Aku tertegun dan menunggu. Tak lama, kau kembali. Segelas air putih sudah kau taruh dihadapku. Aku tertawa.
"Diminum Mas. Air hangat!"
"Haha..."
"Kok?"
"Nanyain pulang. Tapi minumnya ditambah?"
Tak ada jawabmu. Kau memilih menatapku. Kuraih gelas di meja. Kureguk sedikit. Bukan hangat tapi panas. Kembali gelas itu kutaruh di meja. Kau tertawa. Kugerakkan telunjukku ke arahmu. Aku hafal sikapmu. Kau tak bersuara. Tapi kau tak ingin aku segera pulang.
"Minggu depan. Mas Ke kampung Amak!"
"Pesisir?"
"Iya. Siguntur Muda! Nik Ikut?"