Sudah agak gelap, karena lampu padam. Di sengaja? Bisa jadi! Dalam undangan tertera. Rapat digelar sesudah isya. Di perpustakaan istana, lantai dua.
Tiga asisten pustaka Istana sudah hadir. Roni, pria berkacamata. Lulusan terbaik jurusan nutrisi Fakultas Peternakan. Memegang kendali menyusun data yang sentiasa mengalir deras di media online. Bogel, lelaki berkepala botak dan berperawakan kekar. Namun gemulai dan piawai mengolah apapun bahan dapur. Walau hanya lulusan tata boga di SMK.Â
Terakhir, bernama Ayu. Tak perlu kusebut pendidikannya, demi menjaga kerahasiaan istana. Berambut panjang sebahu. Masih lajang dan baru pulang dari jepang. penyandang Dan lima beladiri karate.
Ketiganya, duduk takzim dihadapanku. Sudah tiga minggu, akibat kesibukanku. Tak lagi mendengar laporan mingguan dari tiga asisten pustaka itu. Biasanya, pertemuan diadakan setiap malam minggu. Tapi pertemuan mingguan, kumajukan malam ini.
Cahaya lilin temaram. Mengisi ruang rapat pustaka istana lantai dua. Kutatap Roni, yang mengerti inginku. Kuanggukkan kepala. Wajah Roni, segera tegang.
"Maaf, Tuan! Lampu mati. Laptop saya..."
"Tak usah presentasi atau pakai statistik! Aku sekarang tak butuh itu!"
"Iya. Tuan. Tapi, bahan laporan..."
"Ceritakan saja! Jangan gara-gara teknologi, otakmu tak lagi menyimpan informasi!"
"Siap, Tuan!"
"Waktumu sepuluh menit. Apa saja topik menarik satu minggu terakhir?"
"Urutan pertama, adalah tentang..."
Seperti mesin diesel, awalnya lambat, namun segera mengaalir lancar. Roni menjelaskan tentang pemilihan pilpres di negara yang jauh dari eropa. Perang berita dan data palsu, saluran bantuan bencana yang terhambat, isu perbaikan kurikulum. Akh..! Semoga lampu segera menyala. Biar aku membaca presentasi Roni saja.
"Isu terhangat yang terakhir adalah. Beberapa artis yang diduga..."
"Sudah! Jangan bahas gosip!"
"Tapi itu bukan gosip!"
"Iya! Tapi aib!"
Roni terdiam. Perlahan anggukkan kepala. Aku jadi teringat status seorang kawan : "Barang siapa yang menjaga aib saudaranya, maka Tuhan akan menjaga aibnya".
Aku menatap Bogel. Bahu lelaki kekar itu. turun beberapa centimenter. Saat matanya menatapku. Bogel bernafas lega. Mataku beralih kepada Ayu, yang tersenyum tenang.
"Giliranku, Tuan?"
"Kepalaku pusing, mendengarkan Roni. Tak usah bahas urusan intelejen. Kau ceritakan perjalananmu saja!"