Mohon tunggu...
Zakky Abdillah
Zakky Abdillah Mohon Tunggu... Editor - Zakky Abdillah

Masih Awam

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Berita Gratis Vs Berita Premium Berbayar

31 Januari 2021   19:39 Diperbarui: 31 Januari 2021   19:53 1809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Ilmunesia.com

Ingat sekali dulu sebelum muncul internet yang super mudah seperti sekarang, untuk mengonsumsi berita yang berkualitas dan akurat mereka perlu untuk membeli koran atau majalah agar mendapat ulasan yang mendalam tentang suatu peristiwa atau informasi tertentu. 

Tapi kini kita dihadapkan pada realitas mengonsumsi berita layaknya brosur motor yang dibagi-bagi sales di jalanan, mudah sekali, tinggal terima, langsung di genggaman, tinggal baca (kalau mau membaca), kalau mau membaca pun baca judulnya saja, nggak suka beritanya langsung buang. Yaa begitulah...

Portal-portal berita online gratis banyak sekali beterbangan di jagad online. Ciri-ciri berita daring (online) gratis itu biasanya, pertama, banyak iklan. Tentu sebagai ganti enggannya kita membayar dalam konsumsi berita, media membebankan kita agar mau halaman berita yang kita baca penuh dengan iklan yang justru membayar media. 

Mau gimana lagi? gratis mau masih tanpa iklan? memang menyebalkan membaca berita dengan iklan yang 'bandel'. Diklik 'close' masih muncul lagi iklan yang lebih besar, mau baca tulisan beritanya harus scroll ke bawah berkali-kali baru iklannya hilang, mau baca beritanya malah dibawa ke laman lain yang tidak berhubungan.

Kedua, berita terbagi dalam beberapa halaman. Masih berhubungan dengan iklan, media berharap para pembaca yang masuk ke halamannya bisa berlama-lama, melakukan banyak klik, sehingga terlihat traffic di suatu berita terlihat ramai. Hal ini memudahkan agar iklan bisa muncul berkali-kali di halaman yang akan dibaca. 

Mau gimana lagi ya kan? Niatnya mau membaca berita secara utuh, ternyata dibagi-bagi sampai 7 halaman, itu pun biasanya kalimat informasi utamanya ada di halaman terakhir. 

Tentu iklan dan halaman menyusahkan para pembaca, selain bersusah-susah dalam membaca berita di banyak halaman dan untuk menyingkirkan iklan, ada beban lain yang harus ditanggung pembaca seperti kuota internet yang lebih cepat habis karena iklan yang dimuat dengan grafis yang tinggi dan bahkan berbentuk video, itu pun harus diakses oleh pembaca di banyak halaman, belum lagi ancaman malware dan keamanan data apabila dibawa ke situs iklan yang belum terjamin keamanannya.

Ketiga, berita dikemas dengan judul yang clickbait. Tentu untuk menarik pembaca, tidak ada cara lain bagi media untuk memancing calon pembaca dengan judul yang bombastis, heboh, membuat penasaran, bahkan tidak mencerminkan isi berita sama sekali. Lagi-lagi larinya adalah untuk peningkatan traffic laman agar iklan-iklan muncul dan memberi kompensasi bagi para pembaca gratisan ini. 

Belum lagi ditambah karakter orang-orang Indonesia yang malas membaca, ditunjukkan angka literasi yang dirilis dalam World Culture Index Score. 

Sudah orangnya punya literasi yang rendah ditambah judul yang clickbait, pasti yang dipahami kemudian adalah judul berita = informasi. Tentu akan menghasilkan pemahaman yang salah bagi pembaca, inilah sumber hoax yang diciptakan secara kolaboratif oleh media, pengiklan, dan pembaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun