Mohon tunggu...
Zakaria Nasrul Jabbar
Zakaria Nasrul Jabbar Mohon Tunggu... Mahasiswa/Teknik Informatika/Univerisitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Mahasiswa aktif di Program Studi Teknik Informatika Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menata Ulang Kompetensi Insinyur Perangkat Lunak di Era AI dan Tanggung Jawab Sosial

14 April 2025   18:03 Diperbarui: 14 April 2025   18:03 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang seharusnya diketahui oleh seorang insinyur perangkat lunak? Pertanyaan ini mungkin terdengar sederhana, namun jawabannya menjadi semakin kompleks seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi, khususnya dalam bidang kecerdasan buatan (AI), data science, dan integrasi sistem yang semakin luas dalam kehidupan sosial. Dalam artikelnya yang berjudul "What Should a Software Engineer Know?", Ipek Ozkaya (2020) mengajukan pembaruan penting atas ruang lingkup pengetahuan yang seharusnya dikuasai oleh insinyur perangkat lunak, tidak hanya dari segi teknis, tetapi juga etika dan sosial.

  • Mengawali dari Dasar: SWEBOK dan 15 Area Pengetahuan

Sebagai landasan, Ozkaya merujuk pada Guide to the Software Engineering Body of Knowledge (SWEBOK), yang telah mengidentifikasi 15 area fundamental yang perlu dikuasai oleh para insinyur perangkat lunak. Area ini mencakup spektrum luas: dari kebutuhan perangkat lunak, desain, konstruksi, pengujian, pemeliharaan, hingga aspek manajemen, proses, ekonomi, dan dasar-dasar matematika serta teknik.

Namun, meskipun daftar ini memberikan kerangka yang cukup komprehensif untuk memahami praktik RPL secara profesional, Ozkaya mengingatkan bahwa perubahan sosial dan teknologi telah menciptakan kebutuhan untuk memperluas cakupan pengetahuan tersebut. Dalam dunia yang semakin kompleks dan saling terkoneksi, ada setidaknya tiga area tambahan yang menurutnya wajib dikuasai oleh insinyur perangkat lunak masa kini: data science, komputasi perangkat keras, dan rekayasa yang bertanggung jawab secara sosial.

  • Pentingnya Literasi Data: Software Bertemu Data Science

Pergeseran besar sedang terjadi di dunia software. Kini, banyak sistem tidak lagi sekadar berdasarkan algoritma prosedural, tetapi juga data-driven, terutama yang melibatkan machine learning (ML). Oleh karena itu, pemahaman tentang data science menjadi semakin esensial.

Ozkaya menyoroti bahwa sistem berbasis ML menuntut perhatian baru dalam hal maintenance, validasi, dan pengujian. Model dan data mengalami erosi secara berbeda dari komponen perangkat lunak tradisional. Maka, insinyur perangkat lunak perlu memahami siklus hidup model data, termasuk versioning, customization, hingga continuous testing.

Selain itu, kolaborasi dengan data scientist semakin lazim. Ozkaya mengutip studi yang mengidentifikasi dua peran data scientist dalam tim software: polymaths dan moonlighters. Polymaths adalah ahli data yang menguasai sebagian pekerjaan perangkat lunak, sedangkan moonlighters adalah insinyur perangkat lunak yang secara temporer mengambil peran analitik data. Dalam konteks ini, perbedaan peran menjadi semakin kabur, dan penguasaan dasar-dasar data science menjadi keterampilan wajib bagi insinyur modern.

  • Mengenali Perangkat Keras: Optimalisasi dan Kesadaran Energi

Tidak semua aplikasi membutuhkan komputasi intensif, namun kebutuhan akan efisiensi energi, performa tinggi, dan pengolahan multimodal data kini menjadikan pemahaman terhadap perangkat keras sebagai bagian dari desain perangkat lunak. Ozkaya menggarisbawahi pentingnya penguasaan platform seperti GPU, multicore, dan FPGA, yang memiliki karakteristik unik dan menuntut pendekatan pemrograman yang spesifik.

Contoh nyata lainnya adalah pengembangan energy-aware software. Ketika efisiensi energi menjadi faktor penting dalam komputasi modern, kemampuan insinyur perangkat lunak untuk memahami dan mengoptimalkan sistem berdasarkan platform perangkat keras menjadi kompetensi yang semakin bernilai.

Lebih jauh lagi, munculnya quantum computing juga memunculkan pertanyaan baru: bagaimana cara kita akan mengembangkan perangkat lunak di masa depan yang berjalan di atas arsitektur komputasi yang sama sekali berbeda? Persiapan terhadap kemungkinan ini menuntut mindset yang terbuka dan adaptif terhadap teknologi baru.

  • Rekayasa yang Bertanggung Jawab Sosial: Pilar Etika dalam Pengembangan Sistem

Dalam bagian paling reflektif dari artikelnya, Ozkaya menegaskan bahwa rekayasa perangkat lunak bukan hanya soal membangun sistem yang berjalan dengan baik, tetapi juga sistem yang berdampak baik bagi masyarakat. Kasus seperti kecelakaan Boeing 737 MAX dan kebocoran data Equifax menjadi pengingat bahwa kegagalan dalam sistem perangkat lunak bisa berdampak fatal.

Dengan mengadopsi prinsip rekayasa yang bertanggung jawab secara sosial, insinyur perangkat lunak dituntut untuk memperhitungkan aspek etika dalam seluruh siklus hidup pengembangan sistem. Tidak cukup hanya berpegang pada kode etik profesi, tetapi juga memahami bagaimana keputusan teknis memengaruhi keselamatan publik, hak privasi, dan keadilan sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun