Mohon tunggu...
Zainal Tahir
Zainal Tahir Mohon Tunggu... Freelancer - Politisi

Dulu penulis cerita, kini penulis status yang suka jalan-jalan sambil dagang-dagang. https://www.youtube.com/channel/UCnMLELzSfbk1T7bzX2LHnqA https://www.facebook.com/zainaltahir22 https://zainaltahir.blogspot.co.id/ https://www.instagram.com/zainaltahir/ https://twitter.com/zainaltahir22 https://plus.google.com/u/1/100507531411930192452

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pagoyang

29 September 2019   07:23 Diperbarui: 1 Oktober 2019   06:22 60
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pagoyang di Jalan Pesantren, Batulicin. (foto: zainaltahir)

Di daerah atas bagian selatan provinsi Sulawesi Selatan, setelah menanam padi sambil menunggu masa panen, masyarakatnya banyak yang datang ke kota Makassar. 

Mereka mencari pekerjaan pengisi waktu agar asap dapur tetap ngepul. Ada yang jadi tukang kayu dan banyak yang jadi kuli bangunan di berbagai proyek, baik pemerintah maupun swasta yang membangun kompleks perumahan. 

Foto: zainaltahir
Foto: zainaltahir
Banyak pula yang memilih jadi pagoyang, membawa kendaraan tak bermesin, keliling kota mencari penumpang. Biasanya mereka ngetem di ujung lorong menanti calon penumpang yang ada di kawasan itu. 

Tapi itu dulu. Kini tinggal terhitung jari pagoyang itu, terlibas sama sarana transportasi rakyat bernama bentor singkatan dari becak motor. Terkini, di Makassar seolah-olah disesaki dengan ojol alias ojek online.

Foto: zainaltahir
Foto: zainaltahir
Pagoyang berarti orang yang menggoyang. Apa yang digoyang? Yah, roda tiga yang tak bermesin itu yang populer disebut becak. Sehingga pagoyang jika di bahasa Indonesiakan berarti tukang becak.

Saya mendapati banyak pagoyang di kota Batulicin ini ketika selepas subuh tadi saya jogging keliling kota. Bentuk becaknya tak sama dengan becak yang ada di Makassar yang sudah mulai langka itu. 

Tapi rata-rata saya lihat becak di ibukota Kabupaten Tanah Bumbu ini, mirip-mirip sama becak yang ada di kota-kota pulau Jawa. Bagian depannya terbuka lebar, sehingga memudahkan penumpang naik ke becak itu. 

Sementara becak di Makassar pintu naiknya hanya sepertiga bagian depan becak, sisi kiri dan kanan ada dindingnya sehingga merepotkan orang kalau ingin naik ke becak tersebut. Saya biasanya kalau naik becak di Makassar harus naik dengan cara melangkah mundur, mendahulukan punggung.

Foto: zainaltahir
Foto: zainaltahir
Nah, saya tak bermaksud naik becak pagi ini,  Tapi setidaknya saya sudah tahu bahwa untuk bisa ke mana-mana di kota Batulicin ini, ada pagoyang yang bisa dipanggil. Ada becak yang bisa membawa saya ke mana-mana. Walau saya belum tahu pagoyang di kota ini apakah dari Makassar atau dari Jawa?

Yang jelas, sudah berhari-hari saya di Batulicin, saya belum menemukan kendaraan umum. Tak ada Gojek, Gocar, Grab apalagi Uber. Bus, Mikrolet dan oplet pun belum saya lihat. Walau untuk pergi-pergi, saya tak begitu susah, sebab ada teman yang bisa antar saya, pakai mobil Avansa kantor.

Saya berpikir, mungkin bagus juga saya memulai usaha ojol di sini.

ZT -Batulicin, 29 September 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun