Mohon tunggu...
Zahrotul Mutoharoh
Zahrotul Mutoharoh Mohon Tunggu... Guru - Semua orang adalah guruku

Guru pertamaku adalah ibu dan bapakku

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ternyata Mutasi Saya Itu...

19 Juli 2020   08:55 Diperbarui: 19 Juli 2020   08:45 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Saya telah mengabdi di sekolah lama kurang lebih 15 tahun. Sejak Januari 2005 hingga 2 Januari 2020.  Selama itu pula saya belajar dan belajar.

Bagaimana saya tidak terus belajar? Saya seorang lulusan Pendidikan Agama Islam. Saya mengabdi di sebuah Sekolah Luar Biasa di wilayah kecamatan saya tinggal.

Pada awalnya saya memang masih mengajar sesuai bidang saya. Tetapi memang pembelajaran tetap dilakukan dengan melihat kemampuan dan perkembangan anak-anak luar biasa ini.

Mengajar agama untuk mereka adalah lebih kepada pembiasaan ibadah. Shalat, puasa dan penerapan tingkah laku yang baik. Dan itu pastinya lebih banyak kepada praktik daripada teori. Mereka tidak butuh banyak teori.

Nah, selama itu pula saya belajar banyak hal. Ketika membelajarkan kepada anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita dan tunadaksa. Dari segi materi hingga metode, alat pembelajaran tentu berbeda.

Saya mulai belajar pula huruf braille. Saya belajar kepada guru senior, yang beliau kebetulan juga seorang tunanetra. Saya belajar menghafal dan menulis. 

Menurut beliau, saya harus belajar menghafal dan menulis 10 huruf pertama terlebih dahulu. Baru kemudian 10 huruf selanjutnya ditambah titik tiga. Dan selebihnya ditambah titik dua. Kecuali untuk huruf w yang menurut beliau diketemukan paling akhir.

Ketika saya belajar, tulisan saya dipantau oleh beliau. Ketika salah ya akan dikatakan salah. Dari kesemuanya yang saya pelajari dari tulisan braille adalah tusing. Tulisan singkat. Karena memang tidak banyak yang mampu mempergunakan tusing ini. Orang tunanetra lebih mempergunakan tusing buatan sendiri daripada yang baku.

Nah, dari saya belajar braille, saya mendapatkan kepercayaan dari sekolah lama untuk mengajar kelas tunanetra. Ya, tentu saja saya tetap harus belajar untuk menguasai dunia mereka.

Masih banyak yang harus saya pelajari dari braille. Tidak hanya menulis dengan abjad a sampai z. Tetapi juga tulisan matematika dan sebagainya. Bahkan braille musik juga ada. Jujur ini belum saya kuasai. Karena musik biasanya ada guru tersendiri di sekolah.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun