Mohon tunggu...
Zahra FitriYanda
Zahra FitriYanda Mohon Tunggu... Mahasiswa - MTSN

Memasak, bernyanyi, traveling

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Halte Kenangan

25 Maret 2024   06:35 Diperbarui: 25 Maret 2024   06:50 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Vira, aku minta maaf kepadamu karna aku menyebutmu 'Ratu Es' kemarin itu," ucapku kepadanya. Vira tidak membalas, ia hanya terdiam, tatapan dinginnya terarah ke jalanan. Apakah dia masih marah?

Lima menit berlalu, selama lima menit tadi kami hanya terdiam menatap jalanan yang diguyur oleh hujan. Setidaknya aku telah meminta maaf kepadanya, kalau urusan memaafkan itu bukan urusanku lagi. Hujan sudah reda. Sepertinya bus yang biasanya kunaiki terlambat hari ini.

Vira menoleh kepadaku. "Iya, aku maafin, Ali," ucap Vira dengan lembut. Akhirnya ia menanggapiku setelah lima menit berlalu. Aku pun menoleh ke hadapannya, mengangguk sambil tersenyum. Sekarang perasaanku lega, dia telah memaafkanku.

"Ini akan menjadi pertemuan terakhir kita kan?" ucapku. Dia tidak menjawab, dia hanya mengangguk kepadaku. Sebuah bus pun berhenti di depan halte, Vira berdiri dari duduknya memberi isyarat bahwa dia akan pergi.

Entah kenapa tiba-tiba dadaku terasa sesak, Vira akan pergi meninggalkanku, kita tidak akan bertemu lagi. Sejujurnya aku sangat menyukainya, si "Ratu Es" itu. 

Sekarang apa yang harus lakukan?


Vira pun mulai berjalan menuju bus. Apa yang harus aku lakukan? Vira keluar dari halte, ia sekarang ada di trotoar jalan. Tunggu! Apa yang harus lakukan? Pintu bus mulai terbuka, Vira berdiri sebentar menunggu pintu terbuka sempurna.

Entah kenapa, badanku berdiri dari duduk, aku berlari dan menyambar tangan kanan Vira dengan tangan kiriku, tangannya terasa hangat walaupun cuaca ini terasa dingin. Tunggu! Apa yang aku lakukan? Detak jantungku berdegup tidak karuan.

"Vira, aku menyukaimu!" Kalimat itu terucap olehku. Vira menoleh kepadaku, ia tampaknya terkejut, wajahnya pun jadi memerah.

Pintu dari bus telah terbuka sempurna.

"Sebenarnya, Ali, aku juga menyukaimu," Vira berseru kepadaku. Aku sangat tidak menyangka hal ini, sial, bahkan aku tidak melihat kebohongan dari tatapannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun