Mohon tunggu...
Zahra Syahrani
Zahra Syahrani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Seorang Mahasiswi di Universitas Indonesia

Sedang mnekuni bidang menulis dan semoga kedepannya dapat berkembang jauh.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kamu Punya Teman yang Toxic Productivity? Cut-off atau Biarin Aja?

26 Maret 2024   17:45 Diperbarui: 26 Maret 2024   17:47 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Talk. Heal. Thrive.

Punya teman yang bisa diajak buat kerja sama bareng emang seru, apalagi kalo kerjanya sat set dijamin, deh pertemanan jadi nyaman dan menyenangkan. Tapi, gimana kalau teman kamu malah kecanduan kerja sampai mengganggu hubungan pertemanan kalian? Hal ini pasti annoying banget. Jadi, apa mending langsung cut-off aja?

Sebelumnya, kita harus tahu dulu apa itu toxic productivity. Toxic productivity adalah kondisi dimana seseorang tidak mau berhenti untuk bekerja dan cenderung memforsir diri untuk selalu melakukan kegiatan produktif (do, be, and get more) tanpa memperhatikan diri sendiri dan sekitarnya. Hal tersebut, seringkali membuat keretakan dalam pertemanan. Maksud hati pengen buat mengingatkan supaya bisa istirahat dulu walau cuma sebentar, eh tapi malah langsung dibantah. Kalau lagi gak sabar pengennya tinggalin aja gak, sih? 

Eitss tapi tunggu dulu, peran kita sebagai teman, harus bisa mencoba untuk mengerti kenapa dia bisa bersikap seperti itu. Terdapat alasan dibalik seseorang yang mengalami toxic productivity salah satunya adalah FOMO (Fear of Misiing Out) atau ketakutan akan ketertinggalan. Di era saat ini sosial media menjadi tempat orang-orang "hidup" dan membagikan sisi kehidupannya yang indah seringkali menjadi alasan mengapa FOMO kian marak terjadi pada kalangan remaja bahkan dapat berujung Burn-out. Oleh karena itu, kehadiran seorang teman untuk men-support akan sangat membantu untuk mengatasinya.

Sumber: DoCheck
Sumber: DoCheck

Seorang teman yang baik akan selalu memberikan dukungannya. Maka, hal apa sajakah yang dapat kita lakukan sebagai seorang teman dari orang toxic productivity?

Menanyakan Sumber Masalah Mengapa Ia Enggan Untuk Berhenti

Manusia yang pada dasarnya memiliki sifat escaping atau melarikan diri saat terkena masalah seringkali mencari distraksi untuk pelariannya. Mungkin, teman kamu juga salah satu orang yang melakukannya dengan memforsir pekerjaannya. 


Beri Pengertian Bahwa Pekerjaannya Bukan Penentu Identitasnya

Dalam beberapa kasus, terdapat orang-orang yang memang merasa bahwa kuantitas dan kualitas pekerjaannya adalah penentu eksistensinya. Di situlah peran teman dibutuhkan sebagai penenang dan penyadar bahwa ia akan tetap berarti walaupun tidak selalu sempurna.


Pentingnya Istirahat Sama Dengan Pentingnya Bekerja

Dengan menerapkan prinsip ini temanmu akan sadar bahwa pekerjaannya bukanlah segalanya. Seseorang bisa bekerja secara maksimal dengan istirahat yang cukup. 

Temani Untuk Mencari Pertolongan Pada Ahli

Jika kondisi temanmu sudah tidak dapat diatasi, kamu bisa bantu dia untuk mengonsultasikan kondisinya kepada ahli seperti psikolog. Peran pendamping dalam hal ini cukup penting untuk membantu dirinya sadar bahwa saat ini dia sedang membutuhkan pertolongan.

Sumber: Alodokter
Sumber: Alodokter

Nah, sekarang kamu udah tau dong ya cara untuk mengatasi teman kamu yang toxic productivity. Apapun cara yang kamu lakukan, sadari bahwa kamu sudah berusaha yang terbaik untuk membantunya. Bantulah dia semampumu dan jadikan pertemanan kalian sehat dengan mendukung satu sama lain. Jadi, sekarang no more worries apalagi cut-off, ya!

Referensi:

Tsabita, Alni, dkk. (2024). View of Tren Toxic Productivity Sebagai Gejala Terjadinya Burnout Syndrome Terhadap Prestasi Akademik pada Remaja Rentang Usia 18-23 Tahun di Kota Bandung. Diakses 2024.

Student Column Binus (2023). Cara Mengatasi Kebiasaan Toxic Productivity. Diakses 2024.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun