Mohon tunggu...
Zahra Salsabilla Alamsyah
Zahra Salsabilla Alamsyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Program Studi S1 Akuntansi Universitas Pamulang

semua yang diunggah disini ditujukan untuk memenuhi tugas kampus

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Upaya Mempertahankan Bahasa Sunda di Tengah Pengaruh Era Globalisasi

24 Juni 2021   10:17 Diperbarui: 24 Juni 2021   10:30 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Disusun oleh: Zahra Salsabilla Alamsyah (201011201733)

Mahasiswa Program Studi S1 Akuntansi Universitas Pamulang

PENDAHULUAN 

     Bahasa daerah atau lokal di Indonesia, termasuk didalamnya ialah bahasa Sunda, merupakan salah satu asset yang sangatlah berharga dalam menjadikan Indonesia sebagai negara yang paling kaya serta unggul baik dengan keberagaman budaya, bahasa maupun sumber daya yang ada di Indonesia tersendiri. Hal ini menjadikan negara Indonesia mampu bersaing dengan keunggulannya tersendiri ditengah era globalisasi ini.  Sebagai aset yang berharga, keberagaman akan budaya, bahasa serta sumber daya ini sangatlah perlu untuk di kembangkan, dilestarikan, dan terus dibina. Terutama Bahasa serta Budaya, dimana jika kita tidak melakukan pemeliharaan, mustahil budaya dan bahasa ini tidak  akan bertahan justru mungkin akan pudar dan punah begitu saja tanpa kita sadari.

     Lalu bagaimanakah upaya yang dapat dilakaukan untuk mempertahankan Bahasa lokal ini ditengah pengaruh era globalisasi?

PEMBAHASAN 

     Bahasa Sunda merupakan salah satu bahasa yang menjadi ciri khas dari Provinsi Jawa Barat, Banten dan di perbatasan Jawa Barat dan Jawa Tengah . Dimana dari hasil penelitian bahwasannya bahasa Sunda yang tumbuh dan berkembang di Provinsi Banten, misalnya yang merupakan  variasi geografis, memiliki keunikan akinbat terjadinya sentuhan dari bahasa-bahasa daerah disana (Suriamiharja dkk., 1971: 4-5; Nothofer, 1977: 59; Hardjasudjana dkk., 1978: 2; Iskandarwasid dkk., 1985: -2, Sumantri, 1993: 3 Lauder, 1993: 20). Hal ini bisa kita lihat bahwa Suku Baduy di Lebak menggunakan bahasa Sunda pula, dimana keberagaman kekhasan bahasa sunda ini merupakan asset yang perlu dilindungi oleh masyarakat serta pemerintah daerah sekitar.

     Namun, seiring berkembangnya zaman yang disertai dengan globalisasi tidak hanya sikap dan pola hidup masyarakat yang berubah akibat dampak dari globalisasi, melainkan bahasa Sunda pun juga terkena dampak dan tengah berhadapan dengan berbagai permasalahan. Keberadaan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional juga menjadi salah satu pengaruh besar dalam kehidupan bahasa Sunda ini.

     Banyak sekali faktor yang menyebabkan hilangnya berbagai bahasa, salah satunya bahasa ibu yang turut hilang akibat dari pengaruh lingkungan yang tidak mendukung baik lingkupan internal maupun eksternal. Dimana bahan bacaan masyarakat yang berisi tentang bahasa daerah belum tersedia baik itu surat kabar ataupun majalah, tidak mustahil jikalau bahasa sunda nantinya akan mengalami penurunan penggunaannya terutama dalam kota-kota besar, seperti yang kita ketahui bahwasannya masyarakat di kota-kota besar lebih sering menggunakan bahasa Indonesia maupun bahasa luar lainnya dibanding dengan bahasa daerahnya masing-masing. Bahasa Indonesia yang memiliki kedudukan tinggi atau sebagai bahasa nasional ini dapat berpengaruh besar terhadap penggunaan bahasa Sunda, sehingga terjadinya persentuhan bahasa dalam masyarakat serta timbulnya bilingualism antara bahasa Indonesia dengan bahasa daerah di Indonesia, tentunya hal ini seharusnya mendapatkan perhatian lebih dari berbagai pihak.

     Hal penting yang perlu diketahui dan disadari semua pihak dalam kaitan budaya dan bahasa daerah adalah masalah pewarisan. Rosidi (2006: xiv-xvii) berpendapat bahwa pewarisan ini terkait dengan pewarisan keterampilan dan pewarisan apresiasi kepada generasi yang lebih muda. Budaya, termasuk kesenian, tanpa diapresiasi lama-kelamaan akan punah. Dalam kaitan bahasa Sunda, Wahya dan Adji (2016: 81-82) berpendapat bahwa masalah penerusan antargenerasi menjadi salah satu faktor kurang berhasilan pengajaran bahasa Sunda di Jawa Barat. Orang tua, apalagi yang hidup di perkotaan, sudah jarang mengajak anak-anaknya berbahasa Sunda, bahwa di bangku sekolah pun sudah jarang sekali penerapan terkait bahasa Sunda ini dalam kegiatan belajarnya.

    Dalam hal ini, dunia Pendidikan mengambil peran yang cukup besar dengan cara mengupayakan regulasi pemakaian bahasa Sunda yang harus diajarkan secara resmi di jenjang sekolah terendah yaitu PAUD yang menjadi tingkatan awal untuk belajar bahasa. Bahasa Sunda ini diharapkan dapat dikenalkan diluar daerah Jawa Barat baik melalui buku-buku bacaan muatan lokal terkait bahan ajar bahasa Sunda. Tidak hanya dengan buku bacaan bahan ajar saja, kita juga bisa turut memperkenalkan budaya Sunda secara maksimal baik melalui  permainan tradisional, naskah, lagu, ataupun sastra lisan menggunakan penuturan bahasa Sunda. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun