Mohon tunggu...
zahra eljenna
zahra eljenna Mohon Tunggu... Guru/ Magister Manajemen Pendidikan Islam

Penulis reflektif yang percaya bahwa pendidikan Islam sejati tumbuh dari hati yang ikhlas 🌸

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kepemimpinan Spiritual dalam Dunia Pendidikan Islam: Antara Idealitas dan Realitas

18 Oktober 2025   16:38 Diperbarui: 18 Oktober 2025   16:38 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Memimpin dan mengajar, bukan hanya sekedar mengatur jadwal atau menilai hasil belajar. Tapi, sebuah ibadah yang menuntut kejernihan hati"


"Setiap kalian Adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya" (HR. Muslim)

Dalam Khazanah pendidikan Islam kepemimpinan spiritual bukan sekadar posisi struktural atau jabatan administratif. Kepemimpinan adalah amanah ruhani, sebuah panggilan untuk menuntun,  bukan hanya mengarahkan; untuk membangkitkan semangat bukan sekedar memberi instruksi.

Imam al-Ghazali dalam Ihya 'Ulumuddin menegaskan bahwa "pemimpin Adalah hati bagi tubuh umat". Jika hati itu bersih, maka seluruh tubuh akan sehat; tetapi jika hati itu rusak, seluruh tubuh akan sakit. Artinya, keberhasilan sebuah Lembaga pendidikan sangat ditentukan oleh kebeningan hati pemimpinnya.

Namun, realitas dunia pendidikan hari ini menunjukkan pemandangan yang berbeda. Tuntutan administrasi, regulasi dan capaian kinerja sering kali menjadikan para pemimpin Lembaga dan guru terjebak dalam rutinitas mekanis hingga tanpa disadari nilai-nilai spiritual yang menjadi ruh pendidikan Islam perlahan memudar.

Stephen R. Covery, seorang tokoh kepemimpinan global mengatakan "Leadership  is not a position, but a choice-a moral authority". Kepemimpinan spiritual menuntut bukan hanya keterampilan teknis, tetapi juga kedalam moral dan spiritual yang menumbuhkan keikhlasan dan kebermaknaan dalam bekerja.

 Kepemimpinan spiritual yang seharusnya menjadi poros dalam membangun budaya lembaga yang berakhlak dan berjiwa ikhlas, kini sering tersisih oleh semangat manajerial yang terlalu rasional dan duniawi. Padahal, pendidikan Islam tidak hanya menuntut kecerdasan intelektual tetapi juga pembinaan jiwa dan akhlak. Hal yang tak bisa tumbuh tanpa sentuhan spiritual dari sang pemimpin.

Sehingga disini muncul jarak antara idealitas dan realitas. Idealnya, setiap pemimpin pendidikan Islam adalah figur yang mampu memancarkan keteladanan, menumbuhkan iklim batin yang sehat dan menghadirkan Allah dalam setiap langkah kepemimpinannya. Namun dalam realitasnya, tidak sedikit yang kehilangan arah spiritual di tengah arus profesionalisasi dan modernisasi pendidikan.

Kini, barangkali sudah saatnya kita melihat kembali hakikatnya kepemimpinan dalam dunia pendidikan Islam bukan sekedar mengelola lembaga tetapi memimpin jiwa. Karena di balik setiap kebijakan ada hati-hati kecil yang menunggu untuk dituntun menuju cahaya.

Kepemimpinan spiritual bukan konsep usang, tetapi napas yang justru paling dibutuhkan di tengah hiruk-pikuk dunia pendidikan hari ini. Sebab pendidikan Islam sejatinya bukan hanya proses mentransfer ilmu, tetapi juga menumbhkan jiwa dan menuntun hati menuju Allah.

Sudah saatnya para pendidik dan pemimpin lembaga Islam menyegarkan kembali ruh kepemimpinan yang berlandaskan keteladanan dan keikhlasan. Karena sejatinya, ketika seorang pemimpin mampu menghadirkan Allah dalam niat dan keputusannya, maka seluruh sistem pendidikan akan berjalan dengan berkah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun