anak-anak yang lebih rentan. Anak-anak juga harus beradaptasi dengan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) sampai waktu yang tidak ditentukan. Penutupan sekolah selama masa pandemi tidak hanya mempengaruhi kualitas pembelajaran tapi juga kesehatan mental anak. Sebab, sekolah tak hanya tempat anak belajar tetapi juga tempat perkembangan sosial dan emosionalnya.
Pandemi COVID-19 sudah berlangsung satu tahun lebih lamanya. Banyak perubahan perilaku yang terjadi di masyarakat, termasuk dalam kegiatan sehari-hari. Ditambah lagi dengan informasi tentang peningkatan kasus positif COVID-19 hingga kabar duka yang silih berganti setiap harinya. Semua ini jelas berdampak negatif bagi kesehatan fisik dan mental setiap orang, termasukKesehatan mental seorang anak tidak kalah penting dengan kesehatan fisik mereka. Penelitian yang diterbitkan dalam JAMA Pediatrics yang dilakukan di Provinsi Hubei, Cina—tempat virus Corona pertama kali ditemukan, menunjukkan bahwa sampel sebanyak 2330 anak sekolah dilaporkan 22,6% diantaranya mengalami gejala depresi dan 18,9% menunjukkan gejala kecemasan. Hal tersebut didukung dengan pernyataan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yang memperkirakan bahwa 1 dari 5 anak mengalami gangguan mental pada tahun tertentu.
Gangguan kesehatan mental anak biasanya didefinisikan sebagai keterlambatan atau hambatan dalam perkembangan pemikiran, perilaku, keterampilan sosial, atau pengaturan emosi yang sesuai dengan usianya. Meskipun tidak semua persoalan kesehatan mental dapat dicegah, sebagai orang tua, Anda dapat mengambil tindakan yang tepat untuk membantu menjaga kesehatan mental anak Anda demi pertumbuhan yang optimal. Untuk menjaga kesehatan mental anak selama pandemi dan sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ), orang tua dapat bisa mengambil peran dengan mengikuti rekomendasi IDAI untuk mencegah stres anak selama pandemi.Â
Berikut beberapa tips diantaranya :
- Bangun kepercayaan dan hubungan yang baik antara anak dengan orangtua. Hal ini sangat penting agar anak merasa aman dan memiliki tempat untuk bersandar dan mengeluh, sehingga ia tidak tumbuh menjadi pribadi yang rendah diri dan insecure. Misalnya, beri anak lebih banyak perhatian dan sering ajak berbicara, dampingi anak saat  bermain dan belajar, selalu menepati janji, menghindari kalimat yang menyakiti hati anak, atau memberikan kenyamanan berupa pelukan hangat saat anak menghadapi masalah yang membuatnya merasa sedih atau cemas.
- Bantu anak meningkatkan rasa percaya diri dengan mendengarkan dan menghargai perasaan mereka. Anak yang percaya diri seringkali mampu melakukan banyak hal sendiri, selalu berpikir positif, dan merasa bangga dengan dirinya sendiri. Tentunya hal ini tidak terjadi secara tiba-tiba, membutuhkan stimulasi dan dukungan dari orang-orang terdekatnya. Misalnya dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk rutin melakukan aktivitas fisik dan eksplorasi di lingkungan dan pekarangannya dengan tetap menjaga prokes, memuji dan menghargai usaha serta prestasinya, katakan tidak apa-apa bagi mereka untuk merasa sedih atau marah, dorong mereka untuk berbicara tentang perasaan mereka, dan kemudian dengarkan keluhan dan pendapat mereka.
- Biasakan anak dengan pola hidup sehat. Ingat, mental yang sehat dibentuk dari fisik yang sehat. Maka dari itu, pastikan kebutuhan gizi mereka juga terpenuhi untuk mengoptimalkan kesehatan mereka. Selain itu sediakan waktu untuk aktivitas fisik, bermain, dan aktivitas dengan keluarga. Beri kesempatan anak untuk istirahat atau time-out yang sesuai, pastikan juga mereka mendapatkan tidur yang cukup dimana masa tidur berkualitas bagi anak adalah 9-11 jam.
Zahra Balqis Hidayat, Elis Mediawati
KKN Tematik 2021
Universitas Pendidikan Indonesia
Sumber referensi:
https://www.halodoc.com/artikel/ini-cara-menjaga-kesehatan-mental-anak-agar-tumbuh-optimal
https://www.alodokter.com/cara-menjaga-kesehatan-mental-anak-yang-perlu-dipahami-orang-tua