Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Beda Pendukung Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan

23 Februari 2023   09:26 Diperbarui: 23 Februari 2023   09:30 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan, Sumber Foto Kompas.com

Survei terbaru Litbang Kompas tentang sosok capres patut untuk disimak. Diadakan pada rentang waktu bulan Januari 2023. Meski pelaksanaan pemilu presiden makin dekat dan melihat perbandingan hasil sebelumnya, pergerakan suara tidak begitu mengejutkan. Ya mirip-mirip lah. Satu figur mendominasi. Yang lain saling kejar-mengejar.

Kandidat masih tetap berkutat pada tiga tokoh politik. Yaitu kader PDIP Ganjar Pranowo, Ketua Umum Partai Gerindra yang juga Menteri Pertahanan Prabowo Subianto dan mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Berdasar urut ranking, hasil survei Litbang Kompas tersebut adalah Ganjar mendulang suara 25.3 persen, Prabowo 18.1% dan Anies Baswedan 13.1 persen.

Perkembangan beberapa waktu lalu, Prabowo mendapat gugatan dari eks pendukung setianya Amien Rais yang untuk pilpres 2024 beralih ke Anies Baswedan. Dikatakan setia, karena Amien konsisten dibelakang Prabowo saat pilpres 2014 maupun 2019. Amien menggugat, karena merasa di “cuekin” oleh Prabowo. Namun pada kenyataan lain, Prabowo justru menerima tambahan dukungan dari Jokowi Mania atau JoMan. Dan di hasil survei Litbang Kompas, suaranya naik walau hanya 0.5 persen.

Akan halnya Ganjar dan Anies, ini yang sangat menarik dijadikan bahan perbincangan saat membandingkan hasil survei. Disarikan dari Kompas.com 22 Pebruari 2023, angka 25.3 persen yang didapat Ganjar ternyata merupakan lonjakan suara dari survei Oktober 2022 lalu. Ketika itu suara yang diperoleh Ganjar hanya dapat 23.2 persen. Jadi ada peningkatan sebesar 2.1 persen.

Sementara suara Anies Baswedan melorot. Melihat keadaan demikian, Kompas.com menggambarkan pakai kalimat “ potensi keterpilihan mantan Gubernur DKI Jakarta itu mengalami penurunan signifikan sebanyak 3.4 persen, dari 16.5 persen pada survei Oktober”. Naah, kondisi ini yang saya bilang menarik tadi. Ganjar dan Prabowo sama-sama naik. Sedangkan Anies justru turun.

Seperti apa sosok Ganjar Pranowo dibanding Anies Baswedan..? Keduanya memiliki perbedaan sekaligus juga persamaan. Tak perlu kita bahas perbedaannya. Melihat rekam jejak keduanya, kita yang aktif mengikuti perkembangan politik nasional tentu sudah paham. Lagipula, biarlah perbedaan itu menjadi pertimbangan internal para pemilik vox pop saat akan menentukan pilihan nanti.

Adapun kesamaannya, sangat cocok dibicarakan sehubungan dengan keluarnya hasil survei Litbang Kompas. Tapi yang dimaksud bukan dalam konteks sebagai gubernur. Dimana baik Ganjar maupun Anies pernah merasakan pertarungan berebut kursi sebagai orang pertama di provinsi. Dan faktanya, kedua tokoh politik ini sanggup mengalahkan lawan masing-masing.

Lantas persamaan apa yang mana..? Yakni dalam soal kejelasan maju sebagai kandidat capres. Ingat, meski dalam tiap survei nama Ganjar Anies konsisten selalu ada di tiga besar, namun untuk urusan kelanjutan hingga masuk pada tahap mendaftar pilpres 2024 ke KPU nanti, masih jadi pertanyaan besar dikalangan masyarakat Indonesia.

Kendalanya ada di parpol pengusung. Ganjar Pranowo memang kader PDIP tulen. Sukses masuk sebagai anggota legislatif tingkat nasional. Lalu di “promosikan” oleh PDIP menjadi Gubernur Jawa Tengah. Sukses pula hingga menang dua periode. Namun untuk urusan capres tunggu dulu. Megawati selaku pemegang otoritas penentu nama kandidat terkesan “emoh” mencapreskan Ganjar.

Nasib Anies setali tiga uang. Juga tak fix. Apakah tiga calon partai pengusung yakni Nasdem, Demokrat dan PKS bisa lanjut atau tidak menjadi kawan koalisi.?. Meski sudah sama-sama melakukan deklarasi capres, ketiga partai belum ada kata sepakat soal cawapres. Akibatnya, hingga kini posisi Anies tetap mengambang. Bagai buih dilautan yang terombang-ambing tak jelas hendak mengarah kemana.

Biasanya, konstituen politik cenderung ingin kepastian. Jika seorang kandidat capres ada di posisi kabur tentang siapa saja yang bertindak salaku partai pengusung, konstituen yang sudah menetapkan pilihan dapat berpikir ulang. Ini capres lanjut nyalon atau tidak..? Lebih-lebih bila masa menunggunya terlalu lama. Bisa jadi, dari yang awalnya cuma berpikir ulang akhirnya pindah haluan.

Kondisi seperti itulah yang mestinya terjadi pada Ganjar dan Anies. Karena bosan menunggu keputusan partai pendukung, para pemilih lalu alih labuhan meninggalkan keduanya. Misal merapat kepada Prabowo. Dampaknya kemudian, pada saat dilakukan survei oleh Litbang Kompas, suara Ganjar Anies sama-sama turun. Namun faktanya tidak. Ganjar naik sedangkan Anies turun.

Meski mungkin ada benarnya, saya mohon para pembaca tidak menghubungkannya dengan faktor kharisma. Yaitu sebuah kemampuan, kelebihan atau kekuatan “spiritual” internal yang dimiliki seseorang untuk menarik rasa simpati pihak lain. Mengapa tak perlu dihubungkan demikian..? Karena soal kharisma sangat subyektif. Sulit diukur menggunakan pertimbangan akal pikiran. Ada baiknya, kita gunakan yang logis-logis saja.

Lalu faktor apa yang jadi penyebab perbedaan hasil survei Ganjar Anies..? Saya melihatnya dari segi upaya dan komitmen pendukung masing-masing. Ada ketidak samaan ikhtiar yang dilakukan pendukung Ganjar Anies. Terutama dari segi semangat. Dan perbedaan itulah yang membuat pemilih Ganjar bisa nambah. Sebaliknya punya Anies turun.

Saya lihat, para pendukung Ganjar terus bergerak melakukan dua hal. Meski Megawati belum juga mencapreskan kadernya tersebut, mereka tetap bergerak mempengaruhi publik. Selain itu, juga aktif mengkonter berbagai isu yang mendiskreditkan Ganjar. Dampaknya, nama Ganjar konsisten berkibar di tengah masyarakat. Ini langkah positif. Minimal menjadi daya dorong bagi PDIP agar tak lagi alergi terhadap Ganjar.

Awalnya, para pendukung Anies memang aktif mencari suara sebagaimana terjadi pada pihak disekitar Ganjar. Terlebih saat masih baru-barunya deklarasi oleh Nasdem. Namun belakangan, ketika nasib pencapresan Anies tambah kabur gara-gara Demokrat, PKS dan Nasdem sendiri rebutan cawapres, gerakan pendukung Anies melambat. Penyebabnya, ya karena tak ada kepastian partai pengusung sebagaimana di atas tadi.

Yang dilakukan sekarang ini cuma mengkonter saja. Ya benar. Saya lihat dan amati, para pendukung Anies bisanya cuma menangkis serangan lawan. Itupun secara sporadis. Bahkan kadang terkesan mengada-ada. Misal, momen kebersamaan delapan parpol dimana didalamnya ada Nasdem, Demokrat dan PKS yang menolak sistem proporsional tertutup, di branding sebagai bentuk deklarasi atau dukungan kepada Anies.

Apa yang diungkap memang pendapat subyektif saya. Untuk validitasnya tentu butuh elaborasi lebih lanjut. Mengapa demikian, karena faktor lain bisa jadi juga berpengaruh. Misal karena Ganjar saat ini masih menjabat Gubernur. Sementara Anies sudah purna. Tapi setidaknya hal tersebut merupakan gambaran awal. Mengapa saat disurvei oleh Litbang Kompas hasilnya beda. Padahal Ganjar Anies punya problem yang sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun