Mohon tunggu...
Zabidi Mutiullah
Zabidi Mutiullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Concern pada soal etika sosial politik

Sebaik-baik manusia, adalah yang bermanfaat bagi orang lain

Selanjutnya

Tutup

Politik

Fix, AHY Tak Bisa Jadi Cawapres Anies Baswedan

25 Januari 2023   11:15 Diperbarui: 25 Januari 2023   11:32 902
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anies Baswedan Saat Ketemu Petinggi Partai Nasdem, Demokrat dan PKS di Bali November 2022 Lalu, Sumber Foto TEMPO.CO

Kelihatannya mau final. Bahwa Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY tak bisa jadi cawapres Anies Baswedan. Ini terlihat dari ketegasan Partai Nasdem. Sebagai pihak yang mengusung Anies selaku capres. Rupanya, walau butuh tambahan suara buat memenuhi syarat 20%, Nasdem tak mau juga disetir oleh partai lain. Meski calon teman koalisi sekalipun.

Sikap tegas partai Nasdem terlihat setidaknya dari tiga hal berikut ini. Pertama, Nasdem tak mau ada sikap mutlak. Main menang-menangan atau adu kuat. Mewajibkan figur tertentu agar jadi pasangan Anies Baswedan. Dari partai politik manapun yang hendak gabung ke Koalisi Perubahan atau KP. Apalagi dari Partai Demokrat yang ngotot mengusung nama AHY.

Tak dapat di pungkiri, selama saya mengikuti proses perjalanan Anies sebagai capres partai Nasdem, yang terlihat paling ngotot ya memang partai Demokrat. Disarikan dari tayangan Tempo.co, 24/01/2023, menurut salah satu Deputi partai ini, yang bernama Syahril Nasution, hal tersebut karena aspirasi dari para kader. Juga karena duet Anies-AHY dipandang sangat kuat dan merupakan harapan rakyat yang ingin perubahan.

Kedua, andai terjadi pemutlakan sebagaimana diatas, lebih baik Nasdem pilih sikap tidak diteruskan. Ini ditegaskan sendiri oleh salah seorang Wakil Ketua Partai Nasdem Ahmad Ali. Disarikan dari sumber yang sama, kata Ali, jika sampai dibuat penegasan kalau bukan AHY sebagai wakil presiden lalu Koalisi Perubahan tidak akan terjadi, maka Nasdem tak bisa berdiskusi lagi.

Itu berarti, perjalanan Koalisi Perubahan yang juga di gagas bersama Partai Keadilan Sejahtera atau PKS, bakal selesai. Finish hanya sampai pada pengumuman Anies sebagai capres oleh Nasdem. Sementara pihak KPU yang sejak awal sudah “tenguk-tenguk” menunggu kedatangan Anies untuk mendaftar pada bukan oktober 2023 nanti, harus menutup kembali pintunya buat Anies.

Yang ketiga, biarpun partai calon teman koalisi kasih dukungan pada pencapresan Anies namun disampaikan pada detik-detik akhir atau injury time, Nasdem berencana tak akan meneruskan langkah untuk memajukan Anies Baswedan. Mengapa, karena pemilihan waktu tersebut ibarat melakukan sanderaan. Mengunci satu pihak agar keinginan yang bersangkutan dituruti.

Lagi-lagi kata Ahmad Ali, pihak Nasdem lebih condong mengambil sikap mundur. Tak akan terus memajukan Anies sebagai capres pada perhelatan pilpres 2024. Ini jika mitra koalisi, tentu yang dimaksud Ali adalah PKS dan terlebih Demokrat, melakukan saling sandera soal dukungan dan cawapres (Tempo.co, 22 Januari 2023).

Dapat ditebak apa yang akan terjadi andai ketiga faktor diatas benar-benar faktual. Akan terjadi situasi tak bagus bagi Demokrat dan AHY. Demokrat bisa merana karena tak bisa ikut cawe-cawe di pilpres. Partai ini hanya jadi penonton. Sementara AHY, pastinya diliputi rasa galau. Sebab keinginanya jadi cawapres tak kesampaian.

Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Pak SBY, saya kira diliputi rasa merana. Mengapa, karena dua harapannya pupus sekaligus secara bersamaan. Yaitu, sebagai partai Demokrat ada diluar ring kontestasi pilpres. Lalu sebagai kandidat, putranya yang dijadikan kader penerus, lagi-lagi tak dapat menjangkau jabatan yang di incar. Setelah sebelumnya gagal di pilgub DKI Jakarta 2017 silam.

Sebenarnya, Tim Kecil yang dibentuk bersama oleh Nasdem, Demokrat dan PKS sudah intens ketemu. Membicarakan banyak hal tentang pemilu presiden pada 2024 mendatang. Utamanya terkait pematangan rencana koalisi yang akan dinamai Koalisi Perubahan itu. Masalah figur, ketiga partai tak sekalipun mempersoalkan pencapresan Anies.

Tapi ketika sampai pada wacana cawapres, diskusi ketiganya mengalami kebuntuan. Penyebabnya, ya karena ada penyanderaan itu tadi. Bila ini terus berlanjut, bisa disimpulkan semangat yang di usung ketiga partai bukan lagi kebaikan. Atau semata dalam rangka ikut partisipasi pada ajang kontestasi pilpres mencari pemimpin baru.

Semangat ketiga partai sudah masuk dalam koridor perang. Ya namanya juga perang. Mainnya bukan lagi saling bantu atau support. Tapi menang-menangan. Bunuh-bunuhan satu sama lain. Konsekwensinya, pasti ada yang kalah. Akibatnya, yang tertinggal dihati masing-masing partai adalah rasa sakit hati. Puncaknya, ambil sikap menjatuhkan diantara ketiga partai.

Gambaran apa yang terjadi di atas jelas merupakan sinyal buruk bagi Koalisi Perubahan. Jika Nasdem tetap bersikukuh tak mau mencawapreskan AHY sebagai pendamping Anies, Partai Demokrat akan merasa ada di pihak yang kalah. Karena kalah, bisa jadi memilih sikap frontal. Menarik diri dari rencana gabung ke Koalisi Perubahan dan hengkang ke kelompok lain.

Di dunia politik, sikap frontal Demokrat tak bisa disalahkan. Mengapa, ya karena Demokrat juga punya kalkulasi opportunis dan pragmatis sebagaimana juga dimiliki oleh Nasdem. Dalam imajinasi saya, Demokrat bisa bersikap mendang-mending. Daripada tak mampu memajukan AHY, ya lebih baik semuanya tak dapat mengusung figur. Termasuk Nasdem.

Tentu dengan konsekwensi apes bagi Anies. Karena tak bisa meneruskan cita-cita menjadi capres. Upaya turun ke bawah dari ujung Barat hingga ujung Timur yang selama ini telah dilakukan, jadi percuma. Ibarat pohon mangga, sama sekali tak berbuah. Meski telah di usahakan demikian rupa. Termasuk pakai pupuk terbaik sekalipun.

Sekarang ini sudah jadi nyata. Bahwa Nasdem melakukan kuncian tak bisa mencawapreskan AHY. Bahkan hingga keluar pernyataan rela tak meneruskan pencapresan Anies. Ada baiknya, mulai saat ini AHY dan Demokrat mengambil langkah strategis lain. Agar eksistensinya pada pileg dan pilpres 2024 tetap terjaga. Salah satu langkah tersebut misalnya, masuk ke Koalisi Indonesia Bersatu atau ke Koalisi Indonesia Raya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun