Mohon tunggu...
Yayuk CJ
Yayuk CJ Mohon Tunggu... Pembalap Baru

SOLI DEO GLORIA

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menu Lokal dan Kreativitas MBG yang Menggugah Selera Anak untuk Makan Sehat

4 Oktober 2025   10:00 Diperbarui: 4 Oktober 2025   10:35 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menu makanan sehat hari Senin MGB Kalidawir, Tulungagung, Kabupaten Malang - Source: IG @eksistulungagung

Membangun kecintaan pangan daerah lewat inovasi menu MBG agar anak menjauhi fast food & minuman manis

Sejak kecil, saya sering rindu akan kehangatan masakan ibu; singkong rebus, tempe kacang goreng mendoan, sambal tomat, dan sayur bayam bening. Di manapun saya berada, satu gigitan masakan tradisional itu membawa nostalgia, keakraban, dan kebanggaan terhadap asal usul.

Pengalaman inilah yang membekas dalam pikiran saya bahwa menu lokal punya kekuatan lebih dari sekadar rasa namun jauh dari itu ia mampu menyentuh hati anak-anak.

Dalam konteks Program Makan Bergizi Gratis (MBG), jika menu lokal diolah dengan kreativitas tanpa mengorbankan gizi, anak-anak bisa secara perlahan terbiasa menikmati pangan asli daerah. Lambat laun, mereka bisa meninggalkan ketergantungan terhadap fast food, makanan olahan tinggi gula, sosis, nugget, pasta instan, atau mie pedas yang belakangan makin marak masuk ke menu sekolah.

Mengapa Menu Lokal “Modern” Penting di MBG

  • Ekspos secara tidak langsung karena menu lokal ditampilkan dengan gaya modern, agar anak tidak merasa “dipaksa” tapi ikut tertarik.
  • Menjaga esensi gizi dengan memastikan proporsi karbohidrat, protein, lemak sehat dan sayuran tetap terpenuhi.
  • Menjembatani selera kekinian + budaya lokal melalui kombinasi lauk lokal + elemen modern agar tetap relevan di lidah generasi muda.
  • Memberdayakan suplai lokal seperti petani, UMKM pangan lokal, supplier bahan tradisional ikut dalam rantai pasok.

Contoh Paduan Menu Lokal dan Modern selama 1 Minggu

Melalui tulisan ini saya pribadi ingin berbagi contoh menu seminggu yang selama ini saya terapkan yang memungkinkan untuk MBG yang merupakan perpaduan olahan menu tradisional atau lokal Jawa Timur.

  • Senin:
    Nasi jagung, urap sayur, lauk tempura udang dan bakwan jagung, susu segar, buah pisang
  • Selasa:
    Nasi pecel sayur, lauk sate tempe dan jamur krispi/rempeyek kacang, susu segar, buah jeruk
  • Rabu:
    Nasi, sayur asem, lauk nugget tongkol dan tahu bulat, susu segar, buah melon
  • Kamis:
    Nasi, sayur lodeh, lauk tempe mendoan dan pindang goreng telur, buah semangka
  • Jumat:
    Nasi soto ayam, lauk ayam goreng/suwir dan telur rebus, susu segar, buah pepaya

Sebagai catatan: “nugget”, “tempura”, atau “krispi” di sini bisa dibuat dengan bahan lokal (misalnya ikan atau tempe) dan diproses sendiri, bukan produk olahan pabrik dengan bahan pengawet tinggi.

Setelah anak-anak mulai mengenal menu ini, di minggu-minggu berikutnya lauk bisa lebih lokal: mendhol, tempe bacem, lentho, semur ikan lokal, pepes, dan sebagainya.

Menu makanan sehat hari Rabu MGB Kalidawir, Tulungagung, Kabupaten Malang - Source: IG @eksistulungagung
Menu makanan sehat hari Rabu MGB Kalidawir, Tulungagung, Kabupaten Malang - Source: IG @eksistulungagung

Embal, Contoh Pangan Lokal yang Bisa Diangkat

Saya mengangkat menu pangan lokal Jawa Timur karena saya orang Jawa Timur, namun almarhum suami saya orang "Turkei" (keturunan Kei, Maluku Tenggara). Sebagai orang yang berdarah  Ambon, Maluku, ia sudah lama mengenal embal,  olahan singkong khas Kota Tual / Maluku Tenggara. Embal sering digunakan sebagai pengganti nasi dan makanan pokok, serta camilan tradisional.

Badan Pangan Nasional juga mendukung pengembangan pangan lokal seperti Embal sebagai upaya diversifikasi pangan lokal.

Saya sangat yakin jika menu MBG menampilkan varian lokal seperti embal (kalau cocok secara logistik & gizi); misalnya embal dipadukan dengan kuah ikan lokal, krupuk ikan, dan sepotong buah, anak-anak di daerah Maluku pasti antusias. Menu tersebut seolah menjadi jembatan antara budaya lokal dan program kesehatan generasi.

Menu makanan sehat hari Senin MGB Kalidawir, Tulungagung, Kabupaten Malang - Source: IG @eksistulungagung
Menu makanan sehat hari Senin MGB Kalidawir, Tulungagung, Kabupaten Malang - Source: IG @eksistulungagung

Tantangan yang Harus Dihadapi

Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam setiap penerapan program selalu dihadapkan pada tantangan dan kendala di lapangan, antara lain seperti:

  1. Keterbatasan bahan lokal & fluktuasi musim
    Beberapa bahan pangan lokal tidak selalu tersedia sepanjang tahun. Perlu koordinasi dengan petani / penyedia agar stok bisa terprediksi.
  2. Masakan fresh / waktu memasak
    Agar tetap higienis dan menghindari keracunan, pengolahan harus dilakukan dalam waktu tepat, penyimpanan minimal, distribusi cepat.
  3. Kapasitas SDM & keahlian dapur
    Tim dapur harus memiliki kemampuan mengolah pangan lokal menjadi menu yang menarik dan aman. Kebutuhan pelatihan higienis, teknik olahan, dan kreativitas sangat penting.
  4. Menarik selera anak modern
    Anak-anak terbiasa dengan fast food, rasa keras, garing, atau manis. Perlu inovasi agar makanan lokal tampil “kekinian” (tekstur, penyajian, nama menu).

Data dan Contoh Praktik, MBG Kalidawir, Tulungagung

Dilansir dari laman metrotvnews.com dan akun Instagram @eksistulungagung, dapur MBG Kecamatan Kalidawir, Tulungagung, Kabupaten Malang, rutin memamerkan menu harian di akun resminya TikTok dam Instagram lengkap dengan info kandungan gizi.

Konten tersebut merupakan bagian dari agenda mingguan, di mana setiap pekan SPPG mengunggah rangkuman menu MBG yang disiapkan untuk para peserta didik. Sajian yang ditampilkan pun cukup beragam.

Misalnya, paket hari ke-60 terdiri dari: nasi, ayam saus mentega, tempe goreng, tumis wortel & jamur, dan pisang; total gizi per porsi: ± 845,3 kkal, protein 26,8 g, lemak 60,6 g, karbohidrat 76,4 g.
Pada minggu 8–12 September 2025, menu dijadikan lebih variatif seperti tahu kres + jeruk + ayam teriyaki; serta nasi kuning + telur orak-arik + bakso + wortel & timun + orek tahu.

Langkah transparan ini mendapat apresiasi publik dan guru, yang menyebut variasi menu membuat siswa makin bersemangat.

Menu lokal dibarengi kreativitas bukan hanya memanjakan mata & lidah, tetapi juga memberi energi dan fokus. Anak menjadi lebih siap belajar, aktif berdiskusi, dan lebih kuat menahan kantuk. Bila dilaksanakan secara konsisten, program ini dapat:

  • Membentuk kebiasaan makanan sehat
  • Menumbuhkan kecintaan terhadap pangan daerah
  • Mengurangi konsumsi makanan olahan berisiko jangka panjang
  • Menjadi model bagi sekolah / daerah lain

Dengan strategi menu lokal dan kreativitas penyajian, MBG dapat menjadi jembatan antara gizi sehat dan cinta terhadap kuliner daerah. Anak-anak tidak hanya kenyang, tetapi bangga dan peduli akan pangan lokalnya, sekaligus terlindung dari pengaruh fast food atau minuman tinggi gula. Salam Sehat dan Semangat! (Yy).

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun