Membangun kecintaan pangan daerah lewat inovasi menu MBG agar anak menjauhi fast food & minuman manis
Sejak kecil, saya sering rindu akan kehangatan masakan ibu; singkong rebus, tempe kacang goreng mendoan, sambal tomat, dan sayur bayam bening. Di manapun saya berada, satu gigitan masakan tradisional itu membawa nostalgia, keakraban, dan kebanggaan terhadap asal usul.
Pengalaman inilah yang membekas dalam pikiran saya bahwa menu lokal punya kekuatan lebih dari sekadar rasa namun jauh dari itu ia mampu menyentuh hati anak-anak.
Dalam konteks Program Makan Bergizi Gratis (MBG), jika menu lokal diolah dengan kreativitas tanpa mengorbankan gizi, anak-anak bisa secara perlahan terbiasa menikmati pangan asli daerah. Lambat laun, mereka bisa meninggalkan ketergantungan terhadap fast food, makanan olahan tinggi gula, sosis, nugget, pasta instan, atau mie pedas yang belakangan makin marak masuk ke menu sekolah.
Mengapa Menu Lokal “Modern” Penting di MBG
- Ekspos secara tidak langsung karena menu lokal ditampilkan dengan gaya modern, agar anak tidak merasa “dipaksa” tapi ikut tertarik.
- Menjaga esensi gizi dengan memastikan proporsi karbohidrat, protein, lemak sehat dan sayuran tetap terpenuhi.
- Menjembatani selera kekinian + budaya lokal melalui kombinasi lauk lokal + elemen modern agar tetap relevan di lidah generasi muda.
- Memberdayakan suplai lokal seperti petani, UMKM pangan lokal, supplier bahan tradisional ikut dalam rantai pasok.
Contoh Paduan Menu Lokal dan Modern selama 1 Minggu
Melalui tulisan ini saya pribadi ingin berbagi contoh menu seminggu yang selama ini saya terapkan yang memungkinkan untuk MBG yang merupakan perpaduan olahan menu tradisional atau lokal Jawa Timur.
- Senin:
Nasi jagung, urap sayur, lauk tempura udang dan bakwan jagung, susu segar, buah pisang - Selasa:
Nasi pecel sayur, lauk sate tempe dan jamur krispi/rempeyek kacang, susu segar, buah jeruk - Rabu:
Nasi, sayur asem, lauk nugget tongkol dan tahu bulat, susu segar, buah melon - Kamis:
Nasi, sayur lodeh, lauk tempe mendoan dan pindang goreng telur, buah semangka - Jumat:
Nasi soto ayam, lauk ayam goreng/suwir dan telur rebus, susu segar, buah pepaya
Sebagai catatan: “nugget”, “tempura”, atau “krispi” di sini bisa dibuat dengan bahan lokal (misalnya ikan atau tempe) dan diproses sendiri, bukan produk olahan pabrik dengan bahan pengawet tinggi.
Setelah anak-anak mulai mengenal menu ini, di minggu-minggu berikutnya lauk bisa lebih lokal: mendhol, tempe bacem, lentho, semur ikan lokal, pepes, dan sebagainya.
Embal, Contoh Pangan Lokal yang Bisa Diangkat
Saya mengangkat menu pangan lokal Jawa Timur karena saya orang Jawa Timur, namun almarhum suami saya orang "Turkei" (keturunan Kei, Maluku Tenggara). Sebagai orang yang berdarah Ambon, Maluku, ia sudah lama mengenal embal, olahan singkong khas Kota Tual / Maluku Tenggara. Embal sering digunakan sebagai pengganti nasi dan makanan pokok, serta camilan tradisional.
Badan Pangan Nasional juga mendukung pengembangan pangan lokal seperti Embal sebagai upaya diversifikasi pangan lokal.
Saya sangat yakin jika menu MBG menampilkan varian lokal seperti embal (kalau cocok secara logistik & gizi); misalnya embal dipadukan dengan kuah ikan lokal, krupuk ikan, dan sepotong buah, anak-anak di daerah Maluku pasti antusias. Menu tersebut seolah menjadi jembatan antara budaya lokal dan program kesehatan generasi.