"Kita tidak boleh mengkhawatirkan diri kita sendiri." - Paus Fransiskus
Hari Raya Paskah tahun ini terasa begitu syahdu. Di tengah sukacita merayakan kebangkitan Kristus, dunia juga melepas kepergian seorang tokoh yang begitu berarti, Bapa Paus Fransiskus.
Tangis pun pecah tak terkendali, seakan tiada percaya ketika notifikasi live YouTube KompasTV menyiarkan berita nestapa ini. Jemari pun bergetar, seiring tetes air mata tersurat kenangan betapa saya pernah merasa begitu dekat meski tak bersitatap.
Bapa Fransiskus meninggal dunia dengan damai di usia 88 tahun. Kepergiannya diiringi doa umat dari berbagai penjuru dunia, tepat di hari yang menjadi inti iman Kristiani yakni hari Paskah; kebangkitan dan harapan.
Paus Pertama Jesuit
Sejak terpilih menjadi Paus ke-266 pada tahun 2013, Jorge Mario Bergoglio yang dikenal dunia sebagai Paus Fransiskus, menjadi simbol kesederhanaan dan kasih yang nyata.
Beliau adalah paus pertama dari ordo Jesuit, juga paus pertama yang berasal dari Benua Amerika. Namun, yang membuatnya paling istimewa adalah caranya mencintai umat: dengan menjadi dekat, merangkul, mendengar, dan hadir tanpa sekat.
Saya selalu menyematkan kata-kata atau nasehat beliau sebagai motivasi hidup dalam tulisan-tulisan saya. Kata-katanya bukan hanya indah, tapi menyejukkan. Saya pribadi pernah begitu tersentuh oleh ucapannya:
“Kita tidak boleh takut untuk menjadi lembut. Lembut dan rendah hati tidak berarti lemah.”