2. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya hari ini juga engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” (Lukas 23:42-43)
Yesus menjanjikan pengharapan pada seseorang yang dianggap paling tak layak. Dalam hal ini kita seringkali merasa tak berarti saat tak bisa berkarya atau tak mampu melakukan apa-apa.
Tetapi sabda ini mengingatkan: di mata Tuhan, tak ada penderitaan yang sia-sia, dan setiap orang layak untuk dikuatkan.
3. “Ibu, inilah anakmu… Inilah ibumu!” (Yohanes 19:26-27)
Kalimat ini sungguh menyentuh, dalam luka-Nya Yesus memberitahukan kepada Yohanes (kita) bahwa Maria, Ibu-Nya sebagai “Ibu” (Ibu kita), demikian juga Yesus memberitahu Maria, Ibu-Nya bahwa Yohanes (kita) adalah “anaknya.”
Ungkapan ini sebagai simbol bahwa dalam setiap pergumulan dan penderitaan yang kita alami saat ini, Tuhan menghadirkan keluarga baru, yakni orang-orang yang menopang dan ada si sekitar kita. Artinya kita tidak ditinggalkan sendirian. Kehadiran mereka merupakan bukti kasih Allah yang nyata dalam kehidupan kita.
4. “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?” (Matius 27:46)
Sabda Yesus ini sama dengan ribuan pertanyaan hati kita saat dianda musibah: “Tuhan, kenapa harus saya yang menanggung derita ini?” Sebuah sabda yang menggambarkan pergulatan iman Yesus, dan kita ikut masuk dalam pergulatan itu.
Saya pribadi pernah merasa bahwa Tuhan terlalu diam. Doa tak bergaung, kesakitan tak kunjung reda. Ternyata Yesus pun pernah merasa ditinggalkan, dan justru di saat itulah, Ia paling dekat dengan kita yang menderita. Teriakan-Nya menjadi doa kita juga.
5. “Aku haus.” (Yohanes 19:28)
Kita menyadari bahwa kita juga haus akan kedamaian, akan kepastian terlepas dari beban, dan akan semangat hidup. Sabda ini membuat kita menyadari bahwa Yesus tidak jauh dari penderitaan manusia.