Belum kering air mata kedukaan , rasa pilu yang menghujam jiwa. Kesaksian demi kesaksian  dari warga  yang selamat, membuat air mata negeri ini mengalir bagaikan anak sungai tiada bisa dibendung.
Dalam sekejab mata, semua yang  sudah dibangun bertahun-tahun , melalui proses yang sangat panjang, hancur berkeping-keping . Hanya puing-puing kedukaan,  serpihan- demi serpihan yang tidak akan bisa sama sekali untuk disusun dan ditata kembali menjadi bentuk awalnya.  Kalau Allah SWT sudah berkehendak " Kun fa yakun", Tiada daya yang bisa diperbuat oleh manusia. Â
Bahkan saat ini ada suatu kawasan yang sudah ditenggelamkan oleh  lumpur yang disebut oleh ahli sebagai peristiwa (Likuifaksi). Apapun istilah yang ada dalam keilmuan sains, tetap saja itu terjadi atas kehendak yang maha kuasa.
Dari video-video  Likufaksi yang terjadi di Palu, pohon-pohon bergerak, bukit-bukit seperti berlari, bumi membelah,  gundukan tanah baru terbentuk.  Lumpur  tersebut akhirnya menelan  Ribuan nyawa , rumah dan bangunan lainnya
serta tumbuh-tumbuhan ditelan  mentah-mentah oleh bumi. The lost word ,mungkin inilah julukan untuk perkampungan yang sudah ditelan oleh bumi.
Duka yang mendalam, rasa takut yang amat sangat, kehilangan anggota keluarga, kehilangan harta benda.  Beban mental,rasa takut, khawatir yang berlebihan, trauma psikis yang semakin dalam.  Anak terpisah dari ayah dan ibunya.  Ribuan nyawa hilang seketika,  korban luka-luka dan patah tulang, hilang tiada tahu dimana rimbanya.  Dan bahkan informasi terakhir dari humas BNPB ada puluhan ribu warga  saat berada di pengungsian dengan segala keterbatasan logistik.  Keterbatasan bahan pokok (sembako) untuk bisa bertahan hidup, keterbatasan air bersih, keterbatasan fasilitas MCK, kekurangan tenaga medis,obat-obatan ,kekurangan relawan dan dengan segala kompleksitas permasalahannya.
Masih banyak korban yang belum dievakuasi , dan saat ini  masih tertimbun di reruntuhan bangunan. Mayat-mayat yang belum dikuburkan,  karena keterbatasan sarana alat-alat berat dan dan tim  yang akan mengevakuasi korban.
Ditengah-tengah kedukaan yang mendalam, muncul berita-berita yang terkadang membuat kita miris dengan kondisi yang ada.  Isu penjarahan yang dilakukan oleh warga di supermarket , penjarahan  bantuan-bantuan yang memasuki lokasi bencana. Bahkan isu-isu yang memojokan agama tertentu, isu-ksu yang memojokan relawan dari LSM tertentu, yang sudah berjuang membantu.
Di tengah-tengah kedukaan yang mendalam, sebagian besar masyarakat tidak menjadikan bencana ini untuk bermubasabah diri. Terkadang malah memilih untuk bersiteru memperdebatkan sesuatu yang terkadang tidak  pantas. Isu sara tetap saja digoreng hingga betul-betul matang. Saling memojokan antara pendukung yang satu dengan yang lainnya semakin dipertajam.
Bahkan ada juga yang memanfaatkan momen ini untuk meningkatkan pencitraan diri.  Memberikan bantuan dengan embel-embel partai, embl -embel  jabatan.  Masih saja dalam kondis kedukaan kampanye tetap berjalan.
Tidak salah seorang Bapak bangsa  hari ini gerah dan angkat bicara. yaitu Bapak SBY hari ini mengingatkan agar para pejabat tidak membawa embel-embel jabatan, bendera partai ke lokasi bencana.